20. Penasaran

5 6 22
                                    

Jangan pernah menjadikan orang lain sebagai standarmu. Ciptakan sendiri standarmu.
~Mesafira Scholastika~

Sekedar inpo, mampir juga di cerita baruku ya. Judulnya
1. Aku dan Mentalku
2. Kumpulan Puisi Remaja Gabut (bukan novel)

Happy reading love🌻

Aku berjalan mengelilingi setiap seluk rak, mencari barang yang ingin kubeli. Langkahku terhenti saat melihat sosok yang tak asing lagi di netraku. Aku berjalan mendekat. Sebentar, bukankah itu Alivio? Pria itu terlihat sedang mencari sesuatu. "Lagi nyari apa, Frater?"

Ia menatapku sebentar lalu melanjutkan aktivitasnya tanpa menghiraukan pertanyaanku. Jadi frater judesnya gini amat, Pak. Tar kalo jadi imam, kasian umatnya. Pasti dijutekin terus.

Aku membuang napas kesal. "Lagi nyari apa? Siapa tahu Mesa bisa_" Perkataanku terhenti saat melihat wajah datarnya menatapku ketus. Lagi, aku membuang napas pasrah. "Eung, kalo frater butuh bantuan, kasitau ya. Jangan sungkan. Mesa pamit ke sebelah."

Perasaan kesal dan malu menggeluti hatiku. Baru beberapa langkah, seorang gadis datang menemui pria itu. Mereka terlihat asik berbincang. Pria itu pun sesekali tersenyum bahkan sampai tertawa. Gila! Aku masih terus menatap sinis pada mereka. Aku iri pada gadis itu, dia terlihat sangat akrab dengan Alivio.

Kekesalanku memuncak. Aku berjalan kearah sejoli itu dengan wajah masam. "Frater! Freter kenapa sih? Tadi ngomong sama saya judes. Sekarang sama cewek ini malah sok asik gini. Pilih kasih bet, sih!" ketusku.

"Maksudnya?" Gadis itu terlihat bingung.

"Nanti saya jelasin." Mendengar penuturan Alivio, wajah gadis itu semakin memunculkan tanya.

Pria itu menarikku jauh dari gadis tadi. "Itu karena saya tidak mau pacar kamu marah lagi sama kamu. Kamu lupa kalo pacar kamu itu posesif?" jelasnya.

Aku membuang arah pandangku. "Tapi kan dia gak ada di sini?" sanggahku.

"Kalo kamu lupa biar saya ingatkan. Kamu ingat waktu di biara? Pacar kamu datang tiba-tiba dan marah sama kamu hanya karena cemburu lihat kamu sama saya berdiri berdua."

Aku menimang kembali pernyataan pria itu. Benar ucapannya, jika Reyner melihatku lagi bersamanya, maka dia pasti akan marah lagi padaku. "Satu lagi. Kamu sudah remaja, pandai-pandailah dalam memilih pasangan. Atau kamu akan celaka," peringatnya dalam.

©®

Aku merebahkan diriku sebentar di atas kasur. Pandai-pandailah dalam memilih pasangan. Atau kamu akan celaka. Kalimat itu berputar terus dalam otakku. Apa salah jika Reyner cemburu? Bukankah jika dia cemburu, berarti dia takut kehilanganku? Aku semakin bingung dengan pilihanku sendiri.

Drttt ... drttt ... drttt

Aku langsung mendudukan diriku saat mengetahui siapa yang menelpon. Kontak yang kuberi nama '?'-nomor si misterius- itu membuatku penasaran dengan topik apa yang akan dia bawakan. Saat aku menekan ikon hijau, panggilan terputus. Aku mengernyit bingung. Apa maksudnya? Pikirku.

Ting

Saat mendapat notif masuk, aku langsung membuka aplikasi WhatsApp.

M E S A F I R A  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang