Jangan menilai sesuatu tanpa kau tahu bagaimana rasanya berada diposisi itu.
~Mesafira Scholastika~Happy reading love🌻
Aku menatap kosong ke depan. Hal aneh beberapa hari ini sungguh mengusik batinku. Aku bahkan hampir tak bisa tidur setiap malam karena otakku tak bersahabat dengan mood-ku. Sepertinya aku insomnia, pikirku. Aku membuang napas lelah. Masalah yang datang dengan bingkai teka-teki itu sangat sulit dipecahkan.
Semua yang gue tahu, lo tahu, Sa.
Kalimat dari Agas kala itu kembali berputar dalam benakku. "Gue tanya Agas langsung aja kali, ya?" monologku. Aku berpikir sebentar. Kemudian mengambil benda elektronik yang selalu kupakai untuk berbicara jarak jauh dengan subjek tujuanku.
Panggilan tersambung
"Gas, bisa ketemu bentar, gak?"
"Gue sibuk!"
"Lo kenapa sih?"
"Kalo gue salah bilang, jangan jutek kek gini," ketusku tak terima dengan sikap Agas yang cuek.
Karena tak mendapat feedback dari pria itu, aku mematikan panggilan. Aku mendengus menyesali sikapku, kemudian berpikir sebentar.
Lo yang butuh Agas, Mesa. Tenang. Kalo lo mau dapet jawaban dari teka-teki hidup lo, lo harus harus lebih calm.
Aku membuang napas pasrah. Kali ini aku harus mengalah. Aku mengambil kembali benda elektronik yang kubuang asal di atas kasur, lalu kembali mengaplikasikannya.
"Hm?" ucap pria itu-Agas- saat panggilan tersambung.
"Maaf."
"Kalo lo nelpon gue buat cari tahu jawaban soal pertanyaan lo itu, lo salah, Sa. Karena jawaban yang lo cari ada di pertanyaan lo. Gue tutup dulu. Ada hal yang harus gue urusin." Aku mendengus. Pernyataan dari Agas sungguh membangongkan. Tapi sebentar, bagaimana ia bisa tahu maksud dan tujuanku? Bahkan aku sendiri belum memberitahunya. Apakah ia cenayang? Aku menggeleng menghilangkan asumsi tak masuk akal itu.
What?! Jawabannya ada dalam pertanyaan gue? Bukannya bantuin gue mecahin pertanyaan di kepala gue, kenapa lo malah nambah satu pertanyaan lagi, Gas?
©®
Aku memutuskan ke gereja untuk mencurahkan keluh kesahku pada pencipta saat punggungku terasa tak sanggup lagi menanggungnya.
Langkah penuh kebimbangan itu terasa ingin sekali cepat masuk ke dalam ruang doa-ruang adorasi- itu. Saat langkahku menginjak pintu masuk ruang doa itu, hawa damai menyambutku. Belum juga berdoa, namun aku merasa separuh bebanku seolah sirna.
Aku mengambil posisi ternyaman versiku dan mulai melantunkan doaku. Ketenangan yang mengundang penghayatan mendalam, membuatku menangis tersedu-sedu mengingat betapa lelah dan capeknya fisik serta mentalku.
Tuhan, aku selalu berusaha kuat ditengah badai ombak yang bergelora di sekelilingku. Meski aku tahu, cobaanmu takkan melebihi kapasitas umatmu, namun ingin sekali kukatakan, aku capek Tuhan. Aku lelah dengan drama hidupku. Ini terlalu menyakitiku, Tuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
M E S A F I R A ✔️
Ficțiune adolescenți~Mesafira Scholastika~ Ketika hidup mulai menampakkan kekejamannya, maka kau harus bersiap untuk terluka dan terkejut! Kalimat itu relevan dengan kisah seorang gadis bernama Mesafira Scholastika. Namanya yang cantik tak secantik hidupnya. Berantakan...