I'm not a good people. But, not a bad people either.
~Mesafira Scholastika~Happy reading love🌻
Aku termenung dalam kesunyian. Tak ada hawa suka maupun duka. Hidup terasa abu-abu untukku. Dalam diam, aku berusaha manautkan setiap hal-hal aneh yang terjadi belakangan ini. Agas, Alivio, Reyner, Leola, si misterius itu, semuanya. Dengan pelan kutelaah kembali setiap moment bersama mereka. Dan ya, setelah kutelaah perlahan, puing-puing kejanggalan muncul di atas permukaan.
Ada beberapa hal aneh yang terjadi, dan sayangnya aku tidak peka kala itu. Setiap moment itu kembali terputar otomatis dalam benakku, beriringan dengan setiap kalimat teka-teki Agas yang bilang, 'lo tahu semuanya, Sa. Tapi lo-nya aja yang terlalu fokus sama dunia percintaan lo'.
Aku mendengus, lelah. Dan, sebentar, bukankah selama ini ada sosok yang membantuku? Alisku bertaut. "Dia siapa ya? Kenapa dia gak nolongin pas ibu dibunuh, ya? Dan, kenapa dia selalu nolongin gue?" Otakku berpikir dengan cepat. "Bentar, jangan-jangan ..." Tanganku terulur mencari handphone saat sesuatu muncul di benakku. Setelah mendapat, langsung kuoperasikan.
Aku membuka isi chatt-ku bersama si misterius, mencari sesuatu yang kutuju. Aku berdiam sebentar setelah menemukannya. Oh, shit! Ternyata sosok berkostum serba hitam tanpa topeng itu adalah sosok yang selalu membantuku. Wajar saja dia tak melukai ibu kala itu. Lantas mengapa ibu terus menangis setelah bertemu dengannya? Aku menggeleng. Teka-teki ini sungguh tak dapat diterima logikaku.
Alivio, Agas, kenapa mereka terkesan begitu memahami dinamika hidupku? Siapa mereka sebenarnya? Dan reyner, kenapa akhir-akhir ini dia menghilang? Bahkan disaat ibu meninggal pun, dia tak datang meski hanya sekadar berbelasungkawa.
Aku merebahkan diri di atas kasur. Otakku terasa seperti ingin meledak saking banyaknya menampung pertanyaan. Gue gak boleh jenuh. Gue pasti bisa. Gue harus bertindak, pikirku. Aku mengangguk, memantapkan niatku. Dengan sekali helaan napas, dapat kurasakan kembali semangat kemenangan.
Tanganku menjalar mencari handphone yang kubuang asal di atas kasur. Dengan penuh semangat, aku mengambil jaket, memakainya, lalu keluar menjalankan ide spontan yang muncul tanpa pertimbangan matang di otakku.
Langkahku terhenti saat benda elektronik dalam saku jaketku berdering. "Jangan gegabah!" Pinta seseorang di seberang sana. Tidak tahu siapa. Nomornya bahkan tak tersimpan di kontakku.
Aku mengernyit. Melihat teliti setiap sudut rumahku. Seseorang pasti sedang memantauku. "Lo siapa? Lo gak punya hak buat larang-larang gue."
"Kalo kamu gegabah, semuanya bakal gagal! Begitupun juga dengan pembalasan dendam kamu."
"Gue gak peduli! Gue juga gak percaya sama lo. Apapun yang mau lakuin bukan urusan lo. Stop ikut campur!"
"Musuh ada disekitar kamu. Jangan keluar sebelum saya pinta."
"Cih! Terserah lo mau ngomong apa, gue gak peduli."
Aku mematikan panggilan sepihak. Langkahku terhenti saat mendapat notif pesan masuk dari nomor tidak dikenal. Penasaran, aku langsung membuka isi chatt-nya. Mataku memicing, memperjelas penglihatan. Apa yang kulihat sungguh sulit dipercaya. Foto ayah bersama seorang pria yang terlihat seumuran dengannya. Mereka terlihat akrab. Bahagia.
![](https://img.wattpad.com/cover/331995445-288-k514257.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
M E S A F I R A ✔️
Teen Fiction~Mesafira Scholastika~ Ketika hidup mulai menampakkan kekejamannya, maka kau harus bersiap untuk terluka dan terkejut! Kalimat itu relevan dengan kisah seorang gadis bernama Mesafira Scholastika. Namanya yang cantik tak secantik hidupnya. Berantakan...