Daripada menyimpan rencanamu dalam pikiranmu, lebih baik merealisasikannya. Untuk itu, kau hanya perlu MENCOBA!!
~Mesafira Scolastika~Happy reading love🌻
Aku melirik sebentar ke arah Om Leonard. Pria itu terlihat diam seolah memikirkan sesuatu. Pria itu menarik-hembuskan napas lalu berkata, "Alexa tidak akan buka mulut!" Ia lalu beralih pandang padaku. "Kita harus ambil jalan lain," lanjutnya. Aku semakin memfokuskan pendengaranku padanya.
Berpikir sejenak, ia kembali berujar, "Kamu masih punya nomor misterius itu?" Aku mengangguk. "Kita buat video penyiksaan Alexa. Minta dia untuk bertemu disuatu tempat, kalo dia mau Alexa selamat."
Aku menimang sejenak. "Terus gimana, Om?"
"Gigi ganti gigi. Manusia ganti manusia. Kalau mereka mau kita bebasin Alexa, mereka harus nurutin perintah kita."
"Tapi, gimana kalo orang itu gak nepatin janji?"
"Dia pasti bakal nepatin janji!"
Aku memicingkan mataku. "Om Leo, kenal?"
"Kamu sudah tahu jawabannya."
"Siapa? Mesa kenal, Om?"
"Nanti juga kamu tahu. Sekarang kita jalanin dulu rencana kita."
Aku mengangguk sambil mengulas senyum simpul. "Drama lebih tepatnya." Meski tak terlalu jelas, namun aku dapat melihat senyum singkat yang terukir di wajah pria itu.
©®
Sesampainya ditempat dimana Alexa disandera, smirk-ku mengambang melihat gadis itu yang berusaha melepaskan ikatan pada kaki dan tangannya. Wajah gadis itu kini penuh keringat. "Aoommhh ... aaooommh ...." Suara jeritan yang tak terdengar jelas itu membuat gadis itu tersiksa. Dan itu yang kuharapkan.
"Gimana, Lex? Enak 'kan?" ledekku. Jari telunjukku dengan sigap menyeka kasar setiap tetesan keringatnya yang berjatuhan. "Cup ... cup ... cup .... Panas ya? Pengen marah ya?" Aku memasang wajah memelas. "Marah aja, gak apa-apa kok." Merubah raut wajah terlihat lebih santai aku kembali berujar, "Ekhm, gak bisa marah? Oh, iya!" Aku memukul keningku. "Mulutnya kan lagi dilakbanin, ya? Aaa, kasihan!"
Aku berpikir sebentar. "Mau dibukain?" Gadis itu masih menatapku sengit. Bodo amat dengan tatapannya, aku melanjutkan kalimatku. "Boleh," tambahku.
Dengan kasar aku menarik benda itu dari mulutnya. Reaksinya cukup memuaskan. Tatapan yang tadinya sengit, kita seolah menahan sakit di pelupuk matanya.
"Cih! Bahkan kalo gue sampai bunuh lo pun, dendam gue gak akan terbayarkan. Dan, tentu. Gue gak bakal bunuh lo." Aku menggeleng pelan mengiringi kalimat akhir. "Iblis ke lo gak bakal sengsara kalo langsung dibunuh. Enaknya kek gini, disiksa!" ujarku dengan penekanan diakhir kata.
"Lo kira gue takut, huh!?" Senyum sinis gadis itu nampak. "Gak sama sekali!" tantang gadis itu.
Aku mendongakkan wajah gadis itu dengan telunjukku. "Yakin gak takut?" Gadis itu tak memberi respon. Ia menatapku seolah menunggu kalimat dan aksiku selanjutnya. "Okey, kita lihat aja."
Mengambil jarak selangkah dari gadis itu, aku menemukan tangan dan dengan antusias berkata, "Kejutan!"
Alexa terlihat bingung saat aku menerima sebuah kotak berukuran sedang dari seseorang. Menatap sebentar wajah yang terlalu munafik itu, nuraniku berkata, Gue gak bakal bunuh lo, bajingan! Gue bakal nyiksa lo sampai lo tahu arti dari sengsara dan menderita!
Puas dengan tanda tanya yang nampak pada wajah gadis itu, aku lalu membuang kumpulan kecoak ke arahnya.
"Aaaaaa! Mesanjing! Gila ya lo! Gue geli tolol! MESANJING BIADAB, SIAL, SETAN LO, TAI!"
Nuraniku puas dengan kejutan kali ini. Mendengar teriakan minta tolong dan umpatannya yang tertuju padaku, memberikan satu kebanggan tersendiri padaku. Sebelum meninggalkan ruangan itu, tak lupa aku mengambil kamera tersembunyi yang kugunakan untuk merekam aksiku tadi.
Aku mengetuk pintu ruangan Om Leonard meminta izin. Saat dipersilakan, aku langsung masuk, tak lupa senyum sumringahku yang ikut mengambang melihat pria tengah baya itu.
"Done!" ucapku sambil melangkah menuju kearahnya.
Seolah sudah menebak hasilnya, pria itu tak memberi respon apa-apa. Ia menerima kamera yang kusodorkan kearahnya sambil menonton kembali aksi bejatku.
Melihatnya yang menjeda video itu, aku berujar, "Nextnya gimana, Om?" tanya yang sudah tak sabar lagi ingin mengakhiri permainan ini.
Pria itu menatap sembarang arah. "Meski Alexa penting buat mereka, mereka pasti tidak akan menyerahkan diri langsung ke kita," jelasnya.
Dahiku berkerut. "Maksudnya?" Om Leonard menatapku dalam. Dari tatapannya, kutebak ada misi besar yang telah dia susun. Aku tidak peduli apa pun itu misinya. Aku hanya ingin mengakhiri permainan ini dan hidup normal seperti remaja pada umumnya.
"Misi di dalam misi!" katanya, memutuskan pandang.
Seolah paham, aku mengangguki ucapannya. "Mesa tunggu kabar baiknya." Usai mengatakan itu aku keluar ruangan itu meninggalkan Om Leonard.
Saat hendak menutup pintu, aku teringat sesuatu. Oh, shit!
"Om! Videonya gimana?"
"Itu tugas saya. Istirahatlah. Kamu butuh stamina besar untuk drama besar besok." Aku mengangguki nasehatnya dari balik pintu.
©®
"Apa kabar?" sapa seseorang saat penggilan tersambung. Menunggu kalimat selanjutnya, seseorang di seberang sana tak memberikan kalimat balasan.
"Aku, Leo! Teman sekolahmu. Alexa, dia dalam genggamanku! Hidup atau matinya, itu keputusanku!" lanjut pria itu dengan santai namun tegas.
"Ikuti perintahku! Jika tidak, jasadnya yang akan kukirim." tambahnya dengan nada pasti.
"Apa maumu?"
"Temui aku di gedung tua! Tempat dimana kau selalu meneror Mesa," pintanya, jelas.
"Aku tidak sebodoh itu, Leo! Kau pasti ingin menjebakku kan?" Pria itu berdecih. "Kau salah jika berpikir aku akan menuruti maumu seperti anjing!" tolaknya.
"Terserah kau saja. Berikan kalimat perpisahan pada Alexa, jika besok kau tak mau menemuiku."
"Apa maumu!?"
"Kau tahu mauku!"
Pria di seberang sana tersenyum sinis. "Tidak semudah itu!"
"Gigi ganti gigi, manusia ganti manusia!" Pria itu perlahan mengepal tangannya.
Lawan bicaranya terdiam sebentar lalu menyetujui permintaan pria itu. "Meski aku tahu kau takkan semudah itu membebaskan Alexa, tapi aku terima tawaranmu," putusnya.
Sudah kuduga!
©®
Waduhhh gimana ye lanjutannya
See u ya!
TBC..
Sabtu, 19 Agustus 2023🌻
KAMU SEDANG MEMBACA
M E S A F I R A ✔️
Teen Fiction~Mesafira Scholastika~ Ketika hidup mulai menampakkan kekejamannya, maka kau harus bersiap untuk terluka dan terkejut! Kalimat itu relevan dengan kisah seorang gadis bernama Mesafira Scholastika. Namanya yang cantik tak secantik hidupnya. Berantakan...