Aku terlalu pandai membagi cinta sampai aku lupa kalo aku sendiri sedang mengemisnya.
~Mesafira Scholastika~Happy reading love🌻
Malam itu dengan suasana yang sangat dingin, aku duduk termenung di depan jendela kamarku dengan kedua tangan yang menopang dagu. Aku mendengus beberapa kali mengingat betapa tak terarahnya hidupku. Tatapan senduku menyiratkan betapa berantakannya hidupku. Kejadian hari ini benar-benar membuatku ragu akan keberuntungan dalam hidup. Andai saja bisa, aku ingin menjadi bintang di atas sana. Yang tak pernah menangis dan justru selalu menghadirkan senyum untuk setiap mahkluk yang menatapnya. Aku ingin menjadi bintang yang selalu ditunggu, digemari dan dikagumi. Tapi apa mungkin bisa? Tidak tentunya.
Star, aku tak tahu sampai kapan aku kuat dan bertahan. Aku lelah dengan hidupku. Kenapa keberuntungan tak pernah berpihak padaku? Sampai kapan aku akan seperti ini? Sampai mati?( batinku.
Aku melap airmataku yang baru saja menetes. Aku menarik-hembuskan napas perlahan menetralkan emosiku.
Lama berbincang dengan bintang di angkasa, aku berjalan menuju dapur untuk mengisi perutku. Tadinya aku tak ingin makan, namun cacing lambungku terus memberontak hingga aku harus mengalah.
Aku sedikit terkejut ketika melihat wanita tua yang adalah ibuku berada di meja makan sambil memakan makanan yang tadi kusiapkan sebelumnya. Aku terus menatapnya. Bagaimana ia lahap dengan hidangan sederhanaku sangat membuat hatiku pilu. Rasanya ingin menangis. Tapi mengapa ia tak memanggilku dan mengajakku makan bersamanya? Oh biarlah, aku tak perduli.
Aku sedikit bingung dengan tingkah wanita itu. Tadi ia melahap makananku, namun sekarang ia malah menangis menatap makanan itu. Apa ada yang salah dengan makanan itu? Atau mungkinkah ia sedang dalam masalah? Entahlah, aku tak tahu. Ia sudah sangat berbeda sekarang.
"Ma," panggilku lirih ketika sudah tak tahan lagi melihat ia menangis. Aku berjalan mendekat, menatapnya sebentar lalu memeluknya hangat dari belakang. "Mama kenapa?" Tanyaku lirih. Jujur aku tak kuat melihat airmata itu jatuh dari muara mata cantik miliknya. "Mesa salah ya? Mesa nyakitin mama ya? Maaf ya ma, karena sampai sekarang masih jadi beban buat mama," lanjutku. Tidak, aku tak kuat. Aku menangis dalam pelukan itu. Ini pertama kalinya aku sedekat ini dengan wanita itu. Ketika hampir tujuh tahun menghilang, kehangatan itu kini kembali dalam pelukku.
Wanita itu menangis sejadinya. Aku semakin mempererat pelukan sayang itu. Tubuhnya yang selalu tegar kini rapuh dalam pelukku. "Mesa, mama harus pergi," spontannya sambil melap kasar airmatanya.
Aku bingung dengan wanita itu. Tadi sangat hancur, namun sekarang? Ia menjauh seperti tak ingin mendekatiku. "Mah! Mama kenapa sih? Setiap kali datang pasti langsung balik. Kenapa sih, keknya mama gak pengen spent time sama Mesa? Mama gak kangen sama Mesa?" Ocehku panjang lebar. Apakah wanita itu tidak sadar akan tingkahnya yang selalu menyayat hatiku? Apa perasaanku tak sepenting itu untuknya? Aku sendiri bingung dengan jawaban atas pertanyaanku. "Mesa salah apa ma? Kalo Mesa salah, bilang! Jangan menjauh kek gitu. Segitu gak perdulinya mama sama mental dan perasaan Mesa, huh!?" Muakku dengan segala sikapnya. "Sebenarnya Mesa anak mama bukan sih?" Tambahku dengan nada frustasi. Wanita itu berbalik kemudian menatapku nyalang. Aku membalas tatapan itu dengan airmata yang terus mengalir. Jika semua harus berakhir sekarang, mungkin aku harus ikhlas. Tapi kepalaku benar-benar sudah penuh dengan teka-teki hidupku.
Wanita itu berjalan mendekat. Mengelus pelan pipiku dan berakhir pada cekikan di rahang. Aku tidak menyangka bahwa ia akan sekasar ini. "Jaga mulut kamu!" Ucapnya dengan penekanan disetiap kata.
Aku meringis. "Ma, sakit," lirihku. Ia menghempaskan wajahku kasar. Tatapannya yang tadi nyalang kini berubah iba. Aku tak tahu ada apa sebenarnya yang terjadi dengan wanita itu. Ia berubah total. Ia lalu melenggang pergi tanpa sepatah kata pun. Maaf pun tak terucap oleh lidahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
M E S A F I R A ✔️
Novela Juvenil~Mesafira Scholastika~ Ketika hidup mulai menampakkan kekejamannya, maka kau harus bersiap untuk terluka dan terkejut! Kalimat itu relevan dengan kisah seorang gadis bernama Mesafira Scholastika. Namanya yang cantik tak secantik hidupnya. Berantakan...