23. Tudung merah?

8 4 1
                                    

Karena pada akhirnya yang bakal jadi motivator dan inspirator permanen ya, diri lo sendiri.
~Mesafira Scholastika~

Happy reading love🌻

Aku mempercepat pergerakanku saat merasa dipantau oleh subjek di belakangku. Entah perasaanku saja atau memang benar adanya. Aku menyipitkan mata memastikan firasatku. Merasa ada yang aneh, aku menghentikan aktivitasku kemudian menenteng keranjang berisi beberapa cemilan itu menuju kasir.

Aku melirik sipit ke belakang. Sosok bertudung merah itu mengikutiku. Ia bahkan sekarang di belakangku. Kakiku gemetar. Aku meremat tanganku yang mulai mengeluarkan keringat. Dibawah dinginnya AC, aku bisa merasakan keringat dingin yang menjalari sekujur tubuhku.

"Makasih, Mbah," tuturku sambil menerima sekresek kantung putih berlogo alfamart itu.

Aku mempercepat langkahku berusaha menjauhi sosok itu. Aku merutuki diriku karena tak membawa motor.

Sial!

Aku pikir sosok itu kehilangan jejakku. Namun firasatku melenceng. Saat berbalik ke belakang, si bertudung merah itu terlihat mempercepat langkahnya. Firasatku mengatakan sosok dibalik bertudung itu bukan sosok yang sama dengan si bertopeng yang selalu menakutiku itu.

Praumng

Tubuhku tergeletak jatuh di aspal saat mendengar suara tembakan itu. Barang belanjaanku, berhamburan bebas di jalanan. Aku pikir dia menembakku. Jantungku seketika berhenti berdetak. Aku menelan salivaku. Berharap seseorang datang membantuku. Sialnya malam itu jalanan masuk menuju gang rumahku sepi. Aku membulatkan mataku saat melihat sepasang kaki berselimutkan sepatu hitam berdiri di depanku. Dengan berani aku menengadahkan wajahku melihat wajah sosok itu. Lampu jalanan yang tak terlalu terang, di tambah dengan tudung yang menutupi wajah sosok itu, sungguh membuatku kesulitan mengenali wajahnya.

Aku mundur perlahan saat pistol diarahkan tepat di pelipis kiriku. Tenggorokanku seketika mengering. Mulutku seketika berat untuk berteriak. Lorong yang tak berpenghuni itu mungkin akan menjadi saksi akhir hidupku di dunia. Mataku membulat sempurna saat trigger pistol ditarik perlahan ke belakang.

Praumng

Aku menutup mata serta telingaku mendengar suara tembakan itu. Apa aku masih hidup?

Aku membuka mataku. Alisku menyatu tanda kebingungan dengan pertunjukan di depanku.

Hah?!

Seseorang terlihat datang dan menutup mulut si bertudung merah itu dengan selembar kain. Si bertudung itu langsung tertidur saat mulutnya dibekap dengan kain. Aku tidak bisa mengenali sosok yang mungkin membius bertudung merah itu karena wajahnya tertutup tudung jaket dan menggunakan masker.

Apa ini?

Saat sedang berusaha mencerna semuanya, tiba-tiba tubuhku layu ditempat saat merasakan sesuatu memblok akses bernapasku.

©®

"Lain kali gak boleh gegabah kek gini. Salah ambil langkah, semua bakal kebongkar. Lain kali Lo harus berunding sebelum bertindak."

"Sampai kapan? Sampai kapan gue harus nunggu, hah!?" Tubuhnya bergetar.

"Semua hutang bakal lunas. Tapi bakal gak kebayar kalo kita ngambil jalan masing-masing."

M E S A F I R A  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang