Usaha aja dulu. Tar hasilnya biar Tuhan yang nentuin. Never give up!
~Mesafira Scholastika~Happy reading love🌻
Aku mengucak mataku dengan sedikit kasar. Tadinya kukira sedang bermimpi, ternyata tidak. Seorang wanita tengah baya dengan celemek hitam-putih itu terlihat sibuk dengan peralatan dapurnya. Aku menatapnya sendu dari jarak sedang.
"Karena tidak tahu pasti bagaimana keadaan Ibumu, saran saya jangan mengatakan hal-hal kasar atau menyinggung hal-hal yang tak disukainya. Perawatan medis saja tidak cukup jika tidak didukung oleh lingkungan."
"Maksudnya, Dok?"
"Sabar dan lebih banyak mengalah. Dua hal yang mendukung pemulihan pasien. Memang benar, bipolar adalah penyakit seumur hidup. Pasien tidak akan pulih total; tapi setidaknya dengan rutinitas pengobatan, dukungan dari lingkungan, akan meminimalisir kemungkinan yang tak diinginkan." Aku mengangguk paham. Kepalaku tertunduk sebentar merefleksikan semua sikap egoisku. Mungkin aku salah satu penyebab munculnya penyakit ini.
"Mesa!"
Aku tersentak kaget. Lamunanku buyar. Aku berjalan menuju meja makan dengan senyum yang mengambang di bibirku.
Sekuat itukah dirimu? Sebegitu tak maunya dirimu untuk menyusahkanku? Maaf, aku pernah salah menilaimu.
Senyum yang mengambang terpaksa itu akhirnya memudar saat diriku berhadapan dengan ibu kini. Senyum itu kini berusaha menahan tampungan airmata di pelupuk mataku. "Mesa, kamu kenapa?" Suara lembut itu mengalun sambil mengelus lembut pipiku.
Pertahananku runtuh. Cih! Aku salah melabeli diriku wanita kuat. Aku memeluk tubuh ibu sambil menangis tersedu-sedu dalam pelukannya. "Maafin Mesa, Ma ...."
Tangan yang tak lagi muda itu mengelus lembut punggungku. "Mesa jahat, Ma," kataku sambil terus terisak.
"Nggak, sayang," balasnya. Kata 'sayang' itu ... oh tidak, aku mendapatkannya kembali. "Kamu gak jahat. Mama yang egois," lanjutnya.
Aku menggeleng pelan dalam pelukannya. "Ma," panggilku lirih.
"Kenapa, sayang?"
"Tinggal bareng Mesa lagi mau, ya," mohonku.
Wanita itu mempertimbangkan sebentar. "Untuk sekarang Mama gak bisa, sayang," putusnya
"Terus kap-"
Kalimat kesalku hampir saja terucap. Namun ucapan dokter kala itu terputar seketika dalam benakku; sabar dan lebih banyak mengalah. Aku membuang napas pasrah. Hanya akan menciptakan keributan jika aku terus membantah. Sekarang bukan saatnya mendahulukan ego, tapi kedamaian. Aku percaya jika tak ada yang sempurna di dunia ini. Dan, membuat sesuatu menjadi sempurna bukan tugasku, kan?
"Huft! Yaudah deh. Mesa bakal tunggu sampai Mama mau tinggal lagi sama Mesa. Tapi ..." Aku menggantung kalimatku.
Dahi ibu terlihat mengernyit. "Tapi apa?" ujarnya dengan nada penasaran.
"Tapi Mesa udah gak tahan lagi mau makan. Lapar ...." Ibu terkekeh melihat raut wajahku berubah seperti kucing kelaparan.
"Astaga, Mama pikir kamu mau ngomongin hal serius, dasar."
"Itu hal serius dong, Ma. Lapar kan kaitannya sama lambung. Kalo Mesa mati kelaparan Mama ikhlas?" candaku.
"Huuissd! Gausah ngomong kek gitu. Mama gak suka." Aku terkekeh kecil mendapat teguran sayang itu.
"Oia, Ma, tar sore kita ke gereja, yuk!" ajakku antusias.
"Eung ... boleh." Senyumku mengambang sempurna mendengar persetujuan itu. Tak lupa, aku menyorakinya dengan tepuk tangan dan berucap, horeeeeeee.
![](https://img.wattpad.com/cover/331995445-288-k514257.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
M E S A F I R A ✔️
Novela Juvenil~Mesafira Scholastika~ Ketika hidup mulai menampakkan kekejamannya, maka kau harus bersiap untuk terluka dan terkejut! Kalimat itu relevan dengan kisah seorang gadis bernama Mesafira Scholastika. Namanya yang cantik tak secantik hidupnya. Berantakan...