02. Hari pertama

39 12 32
                                    

Jangan bilang cinta dan peduli ama orang lain, kalo lo aja belum bisa cinta dan peduli sama diri lo. Itu namanya munafik!
~Mesafira Scholastika~

Happy reading love🌻

Aku mengambil seragam hitam-putih yang kuletakkan di atas kasur lalu mengenakannya. Aku bahagia sekali hari ini. Wajahku berseri saat melihat pantulan diriku di cermin. Aku terlihat begitu cantik dengan balutan kemeja putih dan rok hitam.

Senyum sumringahku menghiasi wajahku. Aku terus memandang kagum pantulan diriku, enggan berpaling. "Duh, kenapa ya kok gue baru sadar sih kalo gue cantik?" Heranku pada diri sendiri. "Udah cantik, masuk univ ternama, ish ... ish ... ish ...ish!" Kagumku sambil menggeleng pelan kepalaku tak percaya.

Aku menghentikan aktivitasku ketika sesuatu menyinggahi otakku. Aku mendengus. "Tuh cowo yang kemaren prodi apa yah?" Tanyaku pada diri sendiri. "Keknya dia seangkatan deh ama gue," tebakku.

Semoga hari ini ketemu ama dia deh, aminnnnn! Lanjutku dalam hati.

Usai berdebat dengan hati dan otak, aku langsung bergegas keluar menuju gerbang. Hari ini aku berangkat dengan angkot, ban motorku kempes tiba-tiba saja.

©®

Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya kami dipanggil untuk baris-berbaris. Aku sedikit heran, apakah anak kuliah apel tiap hari? Entahlah, aku masih sangat awam untuk mengetahui hal itu.

"Sa," panggil Alexa. Aku berdehem sebagai jawaban. "Leher lo sakit?" tanyanya lugu.

"Maksud lo?" tanyaku tak mengerti maksud gadis itu.

"Lo kenapa celingak-celinguk gak jelas gitu?"

"Lagi nyari jodoh!" timpalku. Dapat kulihat sepintas, ada keheranan di wajah gadis itu. Aku tersenyum simpul sambil terus melanjutkan aktivitasku. Pandanganku terus kuedarkan, tapi jumlah maba diprodi kami terbilang cukup banyak, aku jadi kesusahan. Alexa terus mendorong pelan pipiku karena terus berbalik entah mencari apa. Jujur, aku tidak mendengar pengumuman di depan. Pengumuman itu terdengar samar di telingaku. Setelah beberapa menit mencari akhirnya ...

"Nona yang kepang rambut pimpin kita dalam doa."

Aku yang terus sibuk sendiri, tak menyadari akan panggilan itu. "Mesa! Lu dipanggil ke depan anyim," bisik Alexa namun mampu membuat semua mata tertuju padaku.

Aku yang mendapat panggilan mendadak itu, langsung gelagapan, bingung harus bagaimana. Aku menelan salivaku. Semua mata menatapku seakan berkata cepatan anyim, panas bege!

Aku mendengus, berusaha menetralkan jantungku. Kenapa gue bangke? Manusia 'kan banyak. Hobi banget sih bikin nih jantung olahraga pagi;( batinku.

©®

Kakiku melangkah kecil sebelum akhirnya terhenti ketika mataku dengan sekilas melihat seseorang sedang asik menghisap-hembuskan asap rokok. Ia dengan santai menatapku. Memang, di kampus tidak ada larangan untuk merokok, tapi bukankah itu akan mengurangi nilai karakter? Aku berpikir sebentar, kemudian memilih acuh.

Aku menatap lama pria itu. Dan bukankah itu ...

Pria yang kemarin?!

Aku berjalan kearahnya dengan pandangan yang tak mau lepas. "Soal kemaren lo gak mau minta maaf?" Tanyaku basa-basi.

Bukannya menjawab dia malah terus menatapku dan tetap diam. Ia lalu berdiri dari duduknya.

M E S A F I R A  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang