Tak perlu overthinking jika gagal. Tak perlu takut jika salah. Kau masih terlalu muda untuk itu. Masih banyak yang bisa diperbaiki dan dicoba. So, jangan membatasi dirimu hanya karena gagal. Itu adalah proses belajar bukan pelajaran.
~Mesafira Scholastika~Happy reading love🌻
Aku memeluk kakiku sambil menatap kosong ke depan. Udara segar sungai terus menyapa hangat diriku. Aku diam, merasakan hembusan angin yang bersiul di telingaku. Aku mendengus. Entah kenapa beberapa hari ini aku terus kepikiran mengenai beberapa kejadian misterius yang hampir merenggut nyawaku. "Pohon! Lo tau gak sih, akhir-akhir ini gue sial mulu. Nyaris mati, digangguin mantannya pacar, ditinggal mama kerja, kenapa sih gue sial mulu? Kenapa nama gue harus Mesa? Kenapa gak sial aja? Biar sesuai dengan kisah gue gitu," cerocosku pada pohon rindang yang tak jauh dari beradaku. "Pohon! Lo dengerin gue gak sih? Jawab dong!" Desakku pada pohon itu.
Pohon itu tak memberi respon apapun hanya sedikit bergoyang saat ditiup angin. Ya iyalah, dia 'kan benda mati. Otak gesrekku mulai on. "Pohon, tukeran jiwa yuk! Gue jadi lo, lo jadi gue. Gue pen hidup tenang kek lo. Mau ya?" Ucapku memohon.
Kesal karena tak diberi respon, aku mengambil batu- batu kecil di situ dan melemparinya, berharap ia terusik dan menjawabku. "Woi! Lo budek ya?" Kesalku pada pohon itu karena tak terusik sama sekali.
"Lagian pohon kok diajak bicara, aneh!" Aku menoleh pada sumber suara. Ternyata Agas. Pria itu berjalan mendekat sambil tertawa kecil. Mungkin ia lucu dengan kekonyolanku.
Bodo amatlah!
"Kekurangan teman curhat lo, sampai harus curhat ama pohon?" Ejeknya lalu duduk di sampingku.
Aku meliriknya sebentar. "Kekurangan kerjaan lo, sampai harus ngikutin gue?" Ucapku percaya diri.
Pria itu melirik ke arahku. "PD boleh, tapi jangan over juga kali," nyinyirnya.
Aku memanyunkan bibirku tanda tak suka dengan pernyataan itu. Sedetik kemudian keadaan menjadi diam dan tenang. Tak ada suara kecuali siulan angin. Aku menatap pria yang duduk di sampingku itu. Ia terlihat sedang memikirkan sesuatu. Mungkin ia sedang dalam masalah. "Kalo suatu saat gue bikin salah, lo masih mau temanan ama gue?" Celetuknya.
Aku semakin menatap dalam pria yang masih memandang kosong ke depan. "Emang lo bakal bikin salah apa?" Tanyaku bingung.
Pria itu mengendikkan bahu. "Anything," jawabnya sambil menatap lesu wajahku.
Aku mendengus. Berusaha mencari jawaban yang tepat. "Mungkin tergantung dari kesalahan lo sih. Gue manusia, hati gue bukan malaikat. Kalo kesalahan lo terlalu fatal, mungkin gue gak bakal maafin lo. Tapi gue percaya, lo gak sejahat itu buat nyakitin gue terlalu dalam," jelasku dengan pandangan dibuang ke depan.
"Kalo gitu gue minta maaf ya, kalo suatu saat gue nyakitin lo," kata pria itu menatapku dalam.
Aku menatap kedua netra milik pria itu sepertinya ia tidak sedang bercanda. "Niat bet sih lo buat nyakitin gue," ujarku.
"Maaf," lirih pria itu. Ia berucap seolah ia akan melakukan kesalahan fatal padaku. Tapi entah kenapa, aku tidak takut dengan pernyataannya bahwa kelak ia akan menyakitiku. Aku tahu ia pria baik. Aku mengenalnya sudah cukup lama. Ia tak mungkin menyakitiku dengan sangat dalam, itu bukan sifatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
M E S A F I R A ✔️
أدب المراهقين~Mesafira Scholastika~ Ketika hidup mulai menampakkan kekejamannya, maka kau harus bersiap untuk terluka dan terkejut! Kalimat itu relevan dengan kisah seorang gadis bernama Mesafira Scholastika. Namanya yang cantik tak secantik hidupnya. Berantakan...