34. Die

6 4 0
                                    

Diusai remaja menjelang dewasa nanti, lo bakal ngerti arti dari people come and go. Sampai akhirnya lo paham bahwa satu -satunya orang yang bakal stay di sisi lo 24 jam itu, diri lo sendiri.
~Mesafira Scholastika~

Happy reading love🌻

Aku berdecak kesal membaca pemberitahuan dari kampus pada handphone-ku. Detik berikutnya tatapanku beralih menatap ibu yang juga menatapku kini. Perasaan ragu timbul saat hatiku bergejolak untuk memberitahukan perihal ini pada ibu.

Pasalnya aku ingin meminta izin padanya untuk tidak mengikuti ujian akhir semester besok, meski sudah kutebak jawabannya. Ia pasti takkan mengizinkan. Apalagi pihak kampus yang tidak memberikan izin ujian susulan, pasti ibu semakin tidak memperbolehkanku untuk tidak ikut ujian dengan alasan untuk menjaganya.

Jujur saja aku merasa ini tak adil bagi ibu. Waktu aku sakit dulu, ia menjagaku full time. Tapi saat dirinya yang sakit kini, aku malah harus meninggalkannya 'hanya' untuk mengikuti ujian akhir semester.

Aku berjalan pelan menuju tempat ibu. Salivaku tertelan asal saat hendak melontarkan isi hati. Aku mendudukkan diriku pada kursi dengan tatapan tertuju ke bawah. Tak berani menatap matanya.

"Ma,"

Aku memberanikan diri menatapnya. "Mesa izin gak ikut UAS besok, boleh?" Ibu masih menatapku, menunggu kalimat selanjutnya. "Mesa gak tega aja ninggalin Mama sendirian." Wajahku memelas. Berharap ibu mengerti.

Aku menarik napas dalam kemudian menghembuskannya, berusaha agar tetap terlihat santai. Tak mampu menjawab dengan kata-kata, ia menggenggam tanganku, mengelusnya perlahan, menenangkan. Detik berikutnya, ia menggeleng seolah berkata 'tidak' pada pertanyaanku.

Aku terdiam sejenak. Bingung harus bagaimana menghadapi situasi ini. Otakku berputar cepat mencari jalan keluar."Ah'ha!" Aku teringat sesuatu. Mataku seketika berbinar saat secuil ide itu hinggap di benakku. "Oh, iya." Mata ibu beralih padaku. "Mesa minta tolong Agas aja kali, ya," ujarku. Ibu menatapku sambil mengulas senyum yang tak sesempurna dulu.

Aku mengambil handphone dalam tasku lalu mulai mengaplikasikannya. Aku membuang napas perlahan berharap kontak yang kutuju menjawab panggilan. Senyum sumringahku terulas saat suara berat seseorang dari seberang sana menyapa.

"Ada apa, Sa?"

"Baru bangun lo?" tanyaku basa-basi.

"To the point aja."

"Ye, santai aja kali," kesalku terhadap respon pria itu.

Kadang suka heran gue sama story life gue. Pemeran cowoknya demen bet meranin karakter jadi cool boy.

Tak ada kalimat lanjutan dari pernyataanku, pria itu berujar, "Ya udah maaf. Ada apa?"

"Gitu dong. Jadi Abang ketus amat perasaan," gurauku.

Merasa candaanku kali ini jayus, aku langsung menyampaikan niatku meneleponnya. Daripada panggilannya dimatiin kan, repot. "Gue mau minta help, boleh?"

"What?" Suara Agas terdengar datar dan berat.

"Besok lo kelas siang kan?"

M E S A F I R A  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang