"Jieun, apa kamu pernah tenggelam?"
"Aku? Tidak"
"Aku bermimpi kamu tenggelam" ucapnya membuat Jieun mengerutkan dahinya.
"Dan kemarin Aku datang kerumah mu"
"Benarkah?" Tanya Jieun excited.
"Kenapa reaksimu seperti itu?"
"Tidak ada"
"Jangan menyembunyikan apapun dariku Jieun, sekarang Aku juga dirimu!"
"Yoongi memang tidak pernah mau datang ke rumah ku"
"Alasannya? Dia seakan tidak suka saat saat berada di sana"
"Ayah-"
"Jieun... Jieun!"
"Hah, Jieun mau ngomong apa tadi?"
"Apalagi sih ini, kenapa hidup Jieun penuh taka teki kaya gini sih?" Helaan nafasnya sebelum akhirnya memilih untuk bangun.
"Nyonya akan makan siang?" Tanya Bibi saat melihat sang nyonya turun ke lantai bawah.
"Enggak Bi, Jieun mau pergi" ucapnya.
"Nyonya belum makan siang loh, ini udah jam lewat makan siang"
"Iya nanti makan kok" ucap Jieun lalu berjalan keluar.
Jieun langsung naik ke mobil dan pergi, Ia meminta diantar ke perusahaan Yoongi.
Sesampainya di perusahaan Jieun hanya bertanya pada Resepsionis apa suaminya itu di kantor atau tidak dan setelah itu Ia langsung naik ke ruangan sang Suami.
"Sayang..." Panggil Jieun langsung masuk tanpa mengetuk pintuk dahulu.
"Ngapain ke sini?" Tanya Yoongi.
"Ingin menemui suamiku apalagi?"
"Aku tidak ingin bertemu denganmu"
"Masih saja" gumam Jieun.
"Aku merindukanmu" Jieun melangkah ke arah Yoongi.
"Sudah ku bilang jangan mengganggu saat Aku sedang bekerja"
Jieun tidak memperdulikan itu dan menghampiri Yoongi lalu memutar kursi yang Yoongi duduki untuk menghadapnya setelah itu Jieun menduduki paha Yoongi membuat Yoongi mendelik tajam.
"Yoon, Aku lelah" ucapnya menyandarkan tubuhnya pada Yoongi.
"Jika lelah tetaplah di rumah bukannya datang kesini"
Jieun mengalungkan tangannya pada leher Yoongi lalu menyembunyikan wajahnya pada perpotongan leher Yoongi.
Dalam hati Ia meminta maaf pada Jieun, tapi Wangi tubuh Yoongi benar-benar menangkan pikirannya.
"Aku masih bekerja Jieun"
"Sebentar saja, Aku menyukai wangi tubuhmu" ucapnya lalu memberi kecupan pada leher Jieun.
"Jieun!" Ucap Yoongi karena tubuhnya meremang saat Jieun mengecup lehernya.
Wanita ini sangat suka menggoda Yoongi secara terang-terangan.
Jieun mengangkat kepalanya menatap Yoongi lalu mengecup bibir Yoongi.
Pertama hanya kecupan namun kedua kalinya, Ia menempelkan bibirnya lebih lama dan Yoongi ternyata tidak menolaknya sampai akhirnya Ia berani menuntut lebih pada Yoongi.
"Emhhh.." lenguh Jieun semakin mengalungkan tangannya pada Leher Yoongi.
Namun kegiatan mereka terhenti karena suara ketukan pintu dan pintu terbuka.
Yoongi langsung melepas pagutan keduanya sedangkan Jieun menyembunyikan wajahnya di dada Yoongi sambil sedikit tersenyum.
"Oh Pak Yoongi Ma-maaf" ucap sang sekertaris saat melihat posisi Bosnya sedang memangku sang istri.
"Yah ada apa?" Tanya Yoongi berusaha menormalkan raut wajahnya.
"Ada Pak Seokjin datang ingin menemui Anda"
"Suruh masuk" ucap Yoongi lalu sang sekertaris berjalan keluar.
"Turun" ucap Yoongi pada Jieun.
"Kenapa? Bukankah kamu menikmatinya tadi?"
"Turun Jieun!"
Akhirnya Jieun turun dari pangkuan Yoongi dan Yoongi membenarkan Jasnya.
"Yoo- Hai Jieun" sapa Seokjin saat masuk.
"Oh Dokter" ucap Jieun tersenyum ke arah Seokjin.
"Bagaimana keadaanmu?" Tanya Seokjin.
"Baik"
"Ingatanmu sudah kembali?" Tanya Seokjin dan Jieun menggelang.
"Kamu kesini ingin bertemu denganku atau ingin mengobrol dengan Jieun?" Tanya Yoongi.
"Sensi banget, Gua ngajakin istri Lo ngobrol sebentar juga. Lagian Gua udah punya istri jadi gak usah cemburu" Seokjin pada Yoongi.
"Gak jelas" Yoongi.
"Mending kamu pulang" Yoongi pada Jieun.
"Dih masih aja, istrinya di usir" Seokjin.
"To the poin, kesini mau ngapain?" Yoongi pada Seokjin.
"Bosen aja, jadi pengin kesini sekalian nanyain keadaan Jieun dan ternyata Jieun ada di sini juga" Seokjin.
"Aku udah gak kenapa-kenapa Dokter" ucap Jieun membuat Seokjin tertawa.
"Gak perlu seformal itu Jieun, Kamu selalu memanggilku Kakak" Seokjin pada Jieun.
"Yoon" panggil Jieun.
"Apa?"
"Aku lapar, belum makan siang tadi" ucap Jieun membuat Yoongi melihat ke arah jam tangannya yang sudah menunjukan pukul 3.
"Ya sudah sana makan" ucap Yoongi yang beralih pada pekerjaannya lagi.
"Ayo" Ajak Jieun.
"Aku akan mengobrol dengan Seokjin"
"Lo mau nemenin dulu?" Seokjin.
"Gak, ngapain. Udah sana pergi Aku belum ingin makan"
"Kalau makan Aku?"
"Jieun!"
"Astaga, galak banget sih" Grutu Jieun membuat Seokjin tertawa.
"Kak, Jieun keluar dulu yah" ucap Jieun pada Seokjin sebelum akhirnya keluar.
"Gak usah galak-galak sama Istri" Seokjin.
"Ngomong-ngomong Jieun jadi seperti itu?"
"Seperti itu bagaimana?"
"Frontal"
"Yah seperti yang di lihat dan itu selalu membuat darahku naik"
"Makannya jangan jahat-jahat pada Jieun lagipula kan bukan kesalahannya"
"Tapi Dia sendiri yang bilang akan menanggung semuanya, jadi apa itu salah Gua?"
"Yoon, semoga hati Lo cepet luluh deh. Ini udah 3 tahun, lagipula Lo itu udah keterlaluan soal Jieun yang jatuh di kolam itu. Dia hampir meregang nyawa nya Yoon"
"Lo bisa ngomong gitu karena gak ada di posisi Gua, Lo tau banget apa yang terjadi, semuanya. Gak ada yang Lo gak tau"
"Gua gak mau bahas ini lagi karena hanya ngebuat rasa benci Gua semakin dalam, Wanita Gua pergi"
"Gua tau dan paham soal itu tapi Gua juga yakin Lo gak sejahat ini" Seokjin akhirnya berdiri dan berjalan keluar dari ruangan Yoongi.
Yoongi menaruh bolpoin yang Ia pegang lalu menyandarkan tubuhnya sambil memejamkan mata, mencoba mengontrol emosinya saat Seokjin mengungkit hal itu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅ Another life
Fanfiction🔞 Awal mula perubahan sikap Arogan seorang Yoongi yang perlahan mulai menghilang dan akhirnya berbanding terbalik 180° pada sang istri. Mungkin terdapat kata-kata kasar juga kekerasan dan part 🔞 lebih bijak lah dalam memilih bacaan 👍