Al - 7

1K 90 19
                                    

"Baiklah, terimakasih Pak Yoongi"

"Sama-sama, semoga kita bisa terus bekerja sama" ucap Yoongi sambil bersalaman dengan rekan bisnisnya.

Mereka sedang berdiri di luar ruang meeting. Tidak jauh dari sana ada lift dan lift itu terbuka dengan Jieun di dalamnya.

"Sayanggg" panggil Jieun membuat Yoongi dan sang rekan bisnis melihat ke arah Jieun.




Jieun melambaikan tangan pada Yoongi sambil tersenyum lebar sedangkan Yoongi menatap Jieun datar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jieun melambaikan tangan pada Yoongi sambil tersenyum lebar sedangkan Yoongi menatap Jieun datar.

"Istri anda?" Tanya sang rekan bisnis.

"Iya" jawab Yoongi sedikit senyuman ke arah rekan bisnisnya.

"Istri Anda sangat cantik, beruntung Anda mendapatkannya"

Jieun mendengar itu tersenyum.
"Terimakasih" jawab Jieun dengan senyuman.

Rekan bisnis Yoongi sudah turun bersama resepsionis yang mengantar Jieun.



"Kenapa kemari?" Tanya Yoongi.

"Aku sudah membeli ponsel dan aku membeli banyak pakaian, habis itu pergi ke salon. Aku terlihat cantik bukan?" Tanya Jieun mencoba memutar tubuhnya di hadapan Yoongi.

"Tidak" jawab Yoongi.

"Orang tadi saja bilang Aku cantik"

"Lebih baik kamu pulang, jangan menggangguku di sini dan jangan lagi datang ke sini"

"Kenapa?" Tanya Jieun.

"Karena kamu memang tidak pernah ke sini jadi jangan pernah kesini lagi"

Jieun mengeluarkan kartu hitam milik Yoongi dan mengembalikannya.

"Nih" ucap Jieun lalu ingin berjalan keluar.

"Satu lagi, jangan memakai pakaian seperti itu. Kamu terlihat seperti ingin menjual diri" ucap Yoongi.

"Iya, Aku memang sedang menjual diri padamu!" Sewot Jieun lalu keluar dari ruangan Yoongi dan menutup pintu dengan cukup kencang.

Jieun dengan kesal keluar dari perusahaan Yoongi namun ternyata Dia tidak ingin pulang tapi Dia sudah mengembalikan kartu milik Yoongi.

"Nyonya, kita pulang sekarang?"

"Iya, Aku tidak punya uang lagi" ucap Jieun menatap ke arah jalanan.

"Apa Aku sering keluar seperti ini?" Tanya Jieun.

"Tidak Nyonya, Nyonya tidak pernah keluar tanpa se izin Tuan Yoongi"

"Jadi Aku selalu di rumah?"

"Iya Nyonya"

"Padahal keluar rumah itu menyenangkan, kenapa Aku terus saja di rumah" ucap Jieun dan tidak mendapat jawaban dari anak buah Yoongi.

.

.

Yoongi sudah pulang setelah makan malam jadi Dia langsung ke kamarnya dan Dia melihat Jieun ada di kamarnya.

"Kenapa kamu masih berada di kamarku?" Tanya Yoongi.

"Aku istrimu, sudah jangan mengajakmu berbicara Aku sedang tidak ingin berbicara denganmu" ucap Jieun yang duduk di kursi meja rias dengan barang-barang makeup tertata di sana setelah Jieun pergi berbelanja tadi.

"Kalau begitu pergi dari kamarku!" Yoongi.

Jieun bangkit dari duduknya, Yoongi fikir Ia akan keluar dari kamar namun ternyata tidak, Jieun berjalan ke arah ranjang lalu menidurkan dirinya dan menarik selimut tanpa berucap apapun.

Yoongi tidak memperdulikan itu lebih memilih untuk mandi setelah itu Ia keluar dari kamarnya. Yoongi memilih untuk tidur di kamar lain.

.

.

Keesokan paginya saat Yoongi kembali ke kamarnya Ia bertatapan dengan Jieun karena Jieun sudah bangun dan masih berbaring di ranjangnya.

Namun Jieun hanya menatapnya sebelum bangkit dan mencepol rambutnya lalu berjalan keluar dari kamar tanpa berucap apapun pada Yoongi.

Yoongi juga tidak terlalu memperdulikan itu dan memilih bebersih sebelum pergi bekerja.

Saat Yoongi turun untuk sarapan ternyata Jieun ada di dapur duduk di depan pantry sambil melihat pelayan memasak.

"Harusnya kamu membantu mereka" ucap Yoongi membuat Jieun meliriknya sinis.

"Itu memang pekerjaan mu, bukannya malah duduk berleha-leha" Yoongi mengetahui lirikan mata Jieun.

"Nyonya tidak mau sarapan juga dengan Tuan?" Tanya Bibi.

"Tidak, Aku tidak berselera makan dengan pria itu" ucapnya dengan keras supaya di dengar Yoongi.

"Jangan mulai memanjakannya Bi" Yoongi memperingati Bibi.

"Baik Tuan" jawab Bibi namun hal itu malah membuat Jieun berjalan menghampiri Yoongi yang sedang sarapan.

"Apa?" Tanya Yoongi merasa risih di tatap oleh Jieun.

"Aku istrimu kan?" Tanya Jieun.

"Bukan" Jawab Yoongi membuat Jieun benar-benar menatap pria itu sebal.

"Aku ingin pulang saja, Aku masih memiliki rumah kan?" ucap Jieun membuat Yoongi berdiri dan menghampiri Jieun lalu mencekram lehernya.

"Jangan macam-macam Jieun!" Ucap Yoongi dengan tatapan tajamnya.

"Akhhh lepass" Jieun memegangi tangan Yoongi supaya melepas cengkraman pada lehernya.

Uhukk... Uhukk

Jieun terbatuk setelah Yoongi melepaskan cengkeraman di lehernya.

"Kau, Ya!" Jieun memegangi lehernya yang sakit, Yoongi tidak main-main saat mencekiknya.

"Sudah pernah ku katakan Jangan coba-coba berfikir untuk pulang" Yoongi pada Jieun lalu Ia berjalan pergi meninggalkan Jieun membuat Bibi langsung menghampirinya.

"Nyonya tidak papa?" Tanya Bibi.

"Apa dia selalu seperti itu?" Tanya Jieun.

"Iya Nyonya, nyonya jangan pernah bilang ingin pulang saat berada di depan Tuan. Tian bisa marah" jelas Bibi.

"Akhh leherku sakit" keluh Jieun.

"Saya akan ambilkan air hangat untuk mengompresnya" Bibi berjalan ke arah dapur meninggalkan Jieun.

"Aishh pria itu awas saja..." Jieun.





✅ Another lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang