Al - 26

819 88 17
                                    

Haesoo masih malas untuk bertemu Yoongi atau berbicara dengan Yoongi.
Jadi Ia memutuskan pergi ke rumah Ayah Jieun tanpa memberitahu Yoongi.

"Yah" panggil Jieun.

"Iya, apa yang ingin kamu bicarakan?" Tanya Ayah.

Namun entah mengapa bibirnya seakan sulit untuk menanyakan soal kecelakan itu pada pria tua di hadapannya ini.

Niat awal Haesoo dari rumah sudah sangat menggebu untuk menanyakan langsung pada Ayah Jieun namun saat sudah berhadapan seperti ini malah Haesoo seakan sulit untuk berucap.

"Jieun?" Panggil Ayah.

"Oh, bagaimana keadaan Ayah?" Tanyanya pada akhirnya.

"Ayah baik-baik saja"

"Apa ada masalah? Kenapa kamu datang sendiri ke sini?"

"Memangnya kenapa jika Aku datang sendiri ke sini?"

"Tidak, hubunganmu dan Yoongi baik-baik saja kan?" Tanya Ayah.

"Ya, begitu"

"Ayah semakin tua, kapan kamu akan memberikan Ayah cucu"

"Bukankah sudah ada Keenan?" Jawab Haesoo.

Membahas cucu jangan dengannya, bahas saja dengan Jieun jika Ia sudah kembali pada tubuhnya - batin Haesoo.

"Keenan kan putra Kakakmu, Ayah ingin cucu dari mu"

"Aku tidak ingin membahas itu" ucap Haesoo membuat Ayah mengusap puncak kepala Haesoo.

Entah mengapa Haesoo merasa nyaman mendapat sentuhan dari Ayah Jieun. Haesoo jadi berfikir apa Ia juga masih memiliki Ayah seperti Jieun? Apa hubungannya dengan sang Ayah juga baik-baik saja?.

Pada akhirnya Haesoo lupa tujuan awal Ia datang ke rumah ini.

.

.


"Jika kamu menjemputku hanya ingin marah lebih baik tidak perlu, Aku bisa pulang sendiri dan Aku pasti akan kembali ke rumah mu tenang saja"

Iya, Yoongi menjemput Jieun di rumahnya. Ia tau posisi Jieun ada di mana dan mengkonfirmasi pada supir Jieun dan benar saja Jieun ada di rumahnya.

"Aku tidak berucap apapun sejak tadi" Yoongi.

Mereka sudah keluar dari area rumah Jieun, lebih tepatnya hanya mereka berdua di dalam mobil. Yoongi membawa mobilnya sendiri.

"Yah siapa tau" Jieun menatap ke arah jendela di sampingnya.

"Kenapa kamu menemui Ayahmu?" Tanya Yoongi.

"Untuk menanyakan soal kecelakaan yang pernah Ia sebabkan" Jieun masih menatap ke arah luar.

"Apa menurutmu Dia akan mengakuinya? Mengakui dosa-dosanya? Ini sudah 3 tahun berlalu" ucap Yoongi.

"Maaf" Jieun.

"Lebih baik jangan membahasnya" Yoongi.

Jieun hanya bisa menggerutu, padahal kan Yoongi yang nanya kenapa Ia menemui Ayah sekarang Ia yang meminta untuk tidak membahasnya.

"Ingin makan di rumah ada di luar?" Tanya Yoongi.

"Hah?" Jieun langsung melihat ke arah Yoongi.

"Kamu gak budeg kan?" Yoongi.

"Mau makan di mana?" Tanya Yoongi lagi.

"Di luar" jawab Jieun cepat.

Tumben manusia es yang tidak memiliki hati seperti pohon pisang ini menanyakan hal seperti itu, biasanya ucapannya adalah perintah.

Mereka sampai di restoran namun atensi Jieun tertuju pada seseorang membuat langkahnya terhenti sampai Yoongi menarik tangannya membuat Jieun menatap Yoongi.

"Duduk, lihat apa sih?" Tanya Yoongi.

"Aku seperti melihat seseorang yang ku kenal" ucap Jieun.

"Mungkin temanmu" Yoongi.

"Heumm mungkin saja" Jieun masih penasaran Dia orang itu, kenapa cukup familiar.

Jika familiar untuknya berati orang itu di kenal Haesoo bukan Jieun.

Yah Ia jadi semakin penasaran padanya, apa Ia harus mencarinya?.








Yah Ia jadi semakin penasaran padanya, apa Ia harus mencarinya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










"Mau langsung pulang?" Tanya Yoongi.

"Iya, memangnya mau kemana lagi?" Jieun merasa aneh pada sikap Yoongi.

Jieun tiba2 melihat ke arah Yoongi yang sedang menyetir, mengulurkan tangannya menyentuh dahi Yoongi lalu menyentuh dahinya sendiri.

"Apa?" Yoongi.

"Gak panas, Kamu gak sakit kan? Atau Kak Seokjin mendiagnosa kamu sakit parah dan sebentar lagi meninggal" ceplosnya membuat Yoongi menurunkan tangan Jieun di dahinya.

"Ya!" Yoongi tidak percaya Jieun akan mengucapkan hal itu.

"Yakan siapa tau, kita bisa menemui pengacaramu untuk membicarakan soal ahli waris semua hartamu" ucap Jieun tanpa beban membuat Yoongi hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan.

"Kamu gak akan mati dalam waktu dekat kan?" Tanya Jieun lagi membuat Yoongi menarik satu tangan Jieun dan menaruhnya di dadanya.

"Gimana?" Tanya Yoongi.

"Apa?" Jieun.

"Detaknya masih normal kan?" Tanya Yoongi dan Jieun mengangguk.

"Ya udah" jawab Yoongi membuat Jieun mengerucutkan bibirnya.

Harapannya pupus menguasai harta Yoongi. Astagfirullah Haesoo, Banyak-banyak istighfar.

Mereka terhenti di lampu merah dan sperskian detik Jieun terkejut karena Yoongi mencium bibirnya, memperdalam cumbuan mereka dan Jieun merespon itu, memeluk leher Yoongi.

Keduanya seakan lupa dimana mereka berada sekarang sampai suara klakson menyadarkan keduanya dan Yoongi menarik diri dari Jieun, memakai sabuk pengaman lagi sebelum melajukan mobilnya.

Jieun jadi salah tingkah karena apa yang Yoongi lakukan, biasanya kan Dia yang menggoda Yoongi kenapa malah Dia merona saat Yoongi yang melakukannya duluan.

Sial, mungkin Dia akan menerima tawaran Jieun asli untuk membuat Yoongi sepenuhnya terpikat pada Jieun.





Entah mengapa situasaninya sedikit awkard saat keduanya berada di kamar.

Iya, Jieun kembali ke kamar Yoongi setelah Ia memutuskan untuk membuat Yoongi menyukai Jieun lagi.

"Yoon" panggil Jieun yang baru keluar dari kamar mandi dan Yoongi yang duduk di sofa sibuk dengan iPad nya.

"Hmm" dehem Yoongi.

Mode es lagi - batin Jieun.

"Bisa kita meneruskan yang tadi?"

"Hah?" Yoongi seakan menjadi sangat bodoh atas pertanyaan Jieun.

Jieun menghampiri Yoongi, duduk di atas pahanya dan langsung mencium bibir Yoongi.

Yoongi menaruh iPad nya di sofa kosong sampingnya lalu satu tangan untuk menahan tengkuk Jieun dan satunya memeluk pinggang Jieun sebelum akhirnya Yoongi mengangkat Jieun dan membawanya ke atas ranjang.

Oke sekian terimakasih 🥲






✅ Another lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang