13. pertengkaran

119 12 26
                                        

*****

Charlotte menunduk. Ia terlihat sedang memikirkan sesuatu,entah itu apa. "Saya tidak bisa melihat hantu-hantu seperti yang anda lihat,tetapi sosok itu.." Charlotte menjeda kalimatnya sembari menangis pelan. "Sosok itu..adalah sosok yang sudah membunuh sahabat saya,waktu itu dia menampakan dirinya disaat saya sedang berada pada toilet tepat di sebelah ruangan ini,saya dan salah satu teman saya sedang bercermin dan tanpa disengaja kami melihat wanita itu pada pantulan cermin itu".

Andira melangkah maju. Ia menepuk-nepuk pundak Charlotte yang begitu bergetar akibat tangisannya. "Jangan nangis charl,gue yakin teman-teman Lo udah tenang di atas sana.."

Charlotte hanya mengangguk pelan.

*****

"Jam berapa?". Tanya zila.

Cizze langsung saja melihat handphonenya. "Udah jam 11 malam".

"Kira-kira kita dicari gak ya di Malanial? Atau keadaan Malanial lagi riuh gara-gara kita hilang?". Zila dengan pandangan kosong nya menatap langit-langit seraya mengujarkan beberapa kalimat yang terkesan sedang menebak-nebak apa yang terjadi pada Malanial.

"Ista.." Alice,sedari tadi hanya terus menerus melamun seraya mengucap nama sahabatnya itu sembari menumpahkan buliran-buliran air dari matanya.

"Gue gak ngantuk sama sekali". Ujar vara dengan kepala yang menyandar pada tembok ruang itu.

"Ga bakal bisa tidur sih". Ujar launa.

Jika dilihat dari mimik-mimik wajah gadis-gadis itu,tidak ada keceriaan yang terkandung sama sekali. Tatapan mereka sangat kosong dan hampa. Nafas yang mereka miliki juga terdengar sangat berat.

Aulia bangun dari duduknya. Ia melangkah menuju pintu bertujuan ingin keluar dari ruangan ini.

"Lo mau kemana?". Tanya Launa.

Aulia mengentikan langkahnya kemudian membalik badannya sehingga mengarah ke seluruh sahabatnya yang tengah menatap dirinya. "Kenapa? Buat apa Lo nanya kayak gitu? Lo ga suka kalau gue keluar?".

Mendengar itu,launa yang terlahir dengan tekanan batin yang tinggi sontak bangun dari duduknya. "Maksud Lo apa? Gue nanya baik-baik ya!".

"Terus? Harus diwajibkan kalau gue jawab dengan yang baik-baik juga?".

Launa terdiam dengan pandangan kesal dan bingung. Ia tidak mengerti mengapa Aulia,gadis yang ia kenal beberapa tahun selama ia menjalankan kehidupannya di Malanial berubah menjadi seperti ini. Apa karena kematian ista? Atau karena konfliknya dengan gadis Oktora tadi?

"Dengar ya Launa syerlo Anastasya! Lo ga usah sok-sokan akrab sama gue..Lo itu cuman anak yang dibuang smaa nyokap dan bokap Lo! Ga Sudi gue berteman sama bocah kayak Lo! Asal Lo tau..gue baik ke Lo,itu semua hanya drama!".

Deg!

Launa sangat kaget mendengarnya. Aulia..ternyata sikap baiknya,senyuman yang ia berikan pada dirinya hanyalah drama?..

"AULIA! Lo apa-apaan sih!". Vara bangun dari duduknya.

"Apa? Kalian benci sama gue? Silahkan! Akhirnya berakhir juga drama gue selama ini" ujar gadis berhijab itu.

"Ya..gue memang punya latar belakang yang menyedihkan dibanding Lo! Tapi.." gadis dengan tatapan yang tersirat kemarahan yang begitu membara,launa dengan buliran air mata yang sudah jatuh membasahi pipinya maju mendekati gadis berhijab yang berada di dekat pintu berbahan jati itu.

ALAM LAIN! (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang