19. Caranya?

77 7 1
                                    

*****

Alice berusaha terus menerus untuk melepaskan ranting itu dari leher vara menggunakan pisau yang ia temui sebelumnya. Meskipun pisau itu bekas milik sesosok wanita yang sudah membunuh sahabatnya,launa. Bahkan bercak darah itu saja masih ada pada pisau ini.

"Sabar var,tinggal sedikit" ucap Alice ketika dirinya berhasil mengiris-iris ranting itu sehingga sisa sebagian kecil saja.

Pergerakan tangannya dibuat hati-hati karena sebagian kecil ranting ini sudah sangat melekat pada leher vara,jadi dirinya juga dibuat was-was. Takutnya terjadi kesalahan,dan..ia malah mengiris leher vara. Ughhh..ngeriii.

"Bismillah ya Allah"

Dengan hati-hati,pandangan yang fokus. Sumber cahaya hanya terdapat pada senter vara. "Bismillah,bismillah,bismillah, bismillah.."

1..

2..

3..

Yup berhasil. Alice berhasil melepaskan ranting itu dari leher vara.

Vara dengan cepat mengambil oksigen sebanyak mungkin. Tau kan sesusah apanya dia untuk bernafas sekali saja pada saat posisinya tadi.

"Hufttt,syukur makasih yaallah" ujar Alice sembari bernafas dengan lega.

Namun, penderitaan mereka tidak berhenti sampai disitu saja. Ranting-ranting itu kembali menjalar dan mengejar mereka.

Melihat itu tentu saja gadis-gadis itu lari. Berlari sekencang mungkin. Sungguh,dunia ini tidak membiarkan mereka istrahat semenit pun ya.

"Astaga,kita harus kemana lagii"

"Kesini Alice!" Ajak vara.

Kedua gadis itu menemukan sebuah gubuk kecil yang bisa menjadi tempat persembunyian mereka sebentar.

Kedua gadis itu bernafas lega ketika tidak ada sesuatu yang terjadi kepada mereka. Rupanya ranting-ranting itu tidak lagi mengejar mereka.

Alice menangis. Dirinya sudah tidak mampu menjalani hari-harinya seperti ini.

Ditengah kesedihan itu, untuk pertama kalinya Alice melihat seorang gadis yang terkenal cuek,tidak peduli tentang sekitarnya,tomboy,bisa melawan preman sekalipun menangis?

"Lo juga menangis?" Tanya Alice seraya mengusap pipinya yang basah.

Mendengar itu vara dengan cepat mengusap pipinya yang basah. "Entahlah,gue pengen mati aja kalau hidupnya kayak gini"

Alice menunduk,dirinya juga sama capeknya dengan vara,tetapi dirinya juga tidak ingin mati. Apa ada cara lain untuk istrahat dalam damai 
Selain mati?

"Kita hanya harus sabar aja var,mungkin kita bisa keluar dari sini,nanti."

"Mungkin ya..gak bisa pasti gitu?"

Alice hanya terdiam. Dirinya juga tidak tahu apa mereka betul-betul bisa keluar dari tempat ini atau justru sebaliknya?.

Tidak ingin larut dalam kesedihan terlalu jauh,Alice memilih untuk mengganti topik pembicaraan saja. "Oh iya,gimana caranya biar kita bisa ketemu Lena dan yang lainnya?"

ALAM LAIN! (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang