Y.A.M 1/21: Mafia Award.

639 63 5
                                    

Aku benar-benar jatuh sakit, ku rasa.

Empat hari di vila puncak gunung, tidak terasa apa-apa bagiku. Kecuali saat kak Aige yang tiba sehari kemudian ketika aku dan kak Tobi sampai, mengizinkanku untuk turun ke halaman tengah, sekedar menikmati daging panggang yang mereka buat, atau duduk dalam kehangatan kak Tobi.

Padahal, aku hanya demam dan sedikit flu menyerang. Tidak seburuk itu sampai aku tidak di bolehkan untuk berkeliaran sendirian. Mengesalkan.

Tapi, beginilah aku. Memang, aku sangat jarang jatuh sakit. Namun sekalinya aku sakit, walaupun hanya hal sederhana seperti demam dan flu, akan sangat lama sakit itu menemaniku. Bahkan, ini sudah hari ke tujuh aku jatuh sakit.

"Mungkin sebaiknya kau tak ikut ke gedung putih?" Tanya kak Aige saat ia menghampiri kasurku.
Sudah dua hari sejak kegiatan akhir mandakit itu kami kembali ke rumah. Selama aku sakit, kak Aige yang mengurus semuanya.

"Ah.. Aku tetap akan pergi ke sana.." rengekku lalu mengambil posisi duduk, sambil mematah-matahkan leherku agar berbunyi.

"Kau sedang sakit, aku tak ingin sakitmu tambah parah" tegas kak Aige lalu berjalan ke arah pintu.

"Aku tak apa-apa, ini hanya demam biasa. Kau tau, ini seperti saat aku pertama kali masuk sekolah. Aku hanya tidak kerasan" ucapku berhasil membuat langkah besarnya berhenti.

"Bahkan seharusnya kau tak ikut mendaki sejak awal" katanya di ambang pintu.

"Kalau begitu, aku tak mendapatkan pengalaman."

"Tobias yang mengajarimu?" Tanya kak Aige tiba-tiba.

"Ajari apa?"

"Ajari kau melawan perkataanku."

Aku memutar bola mata, malas, "Aku tak melawan perkataanmu, kak. Aku tau kau melarangku, itu demi kebaikanku, 'kan?"

Kak Aige mengangguk, "Itu kau tau, lalu apa lagi?"

"Tapi, aku sudah bukan anak kecil lagi" ucapku sambil beranjak dan berjalan ke walk in closet untuk mengambil pakaianku.

"Memang, tapi aku yang memegang kendalimu."

Ketika aku telah mengambil pakaianku, aku langsung kembali untuk melihat kak Aige dengan perkataannya barusan, "Apa maksudnya?"

"Maksudku, jika aku berkata tidak, maka segala sesuatu yang kau inginkan itu hanyalah angan-anganmu saja. Sejak dulu itulah yang aku terapkan, dan baru saja kau mencoba untuk melawanku."

"A-aku tidak melawanmu, aku hanya bilang, kalau aku tidak sakit seburuk itu, dan aku tetap ingin pergi ke gedung putih untuk acara malam ini" kataku.

"Biasanya kau akan menurut, sekarang kau malah memberi alasan kalau perintahku bisa kau lawan begitu saja."

Aku mengerutkan keningku menatapinya. Inilah yang aku tidak suka dari sifat kakak, dia begitu overprotective, sangat-sangat overprotective.

"Kak, aku bukannya ingin melawanmu" ucapku sambil mendekatinya.

"Jadi?"

"Aku hanya sakit biasa, semua orang pernah mengalaminya. Tapi, malam ini begitu seru untuk di lewatkan."

Kak Aige berhenti menatapiku, "Berjanjilah kau tak akan memakan atau meminum apapun di sana yang bisa membuat sakitmu tambah parah."

Yes! Kakak mengizinkanku! "Aku akan minum air mineral saja!!"

"Hmm, ya sudah, bersiaplah dan turun ke bawah. Semua orang sudah menunggu dari tadi" ucap kak Aige lalu pergi meninggalkan kamarku setelah ia puas mengusap-usap rambut berantakanku.

You Are Mine (BXB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang