Y.A.M 2/35: War Is Over, My Love.

711 54 4
                                    

Tobias POV

Bagiku, sebulan tanpa kehadiran White di hidupku, seakan aku hidup dalam kematian. Aku tak bisa merasakan apapun, dunia rasanya hampa.

Kecuali saat aku mendengar suaranya yang seperti anak-anak itu lewat telepon, atau melihat wajahnya yang damai lewat panggilan video. Begitu saja aku kembali hidup.

Sebulan lebih aku berusaha keras untuk menyelesaikan permasalahan di sini. Aku memaksa diri untuk bangun lebih pagi dan pulang tengah malam hanya agar bisa kembali pada White. Benar yang di katakan para orang tua, bahwa tak ada kebahagian sebelum penderitaan.

Hari ini aku menginjakkan kaki lagi ke kota kelahiranku, Kota Utara yang terselimuti salju. Seperti kotanya, aku pun ikut terselimuti salju saat aku berlari ke arah Whittaker dan memeluknya dengan erat. Namun bedanya saljuku dengan salju Kota Utara, aku punya salju yang lebih hangat dari susu coklat khas natal.

Aku benar-benar merindukan White.

Aku tak pulang ke kediamanku. Melainkan White meminta Aige untuk mengizinkanku beristirahat di rumahnya, di kamarnya lebih tepatnya. Aku tak meminta lebih daripada dipertemukan dengan White, tapi Aige mengizinkanku untuk tinggal.

Seperti yang dikatakan White, aku istirahat, tidur di kasurnya. Aku tidur mungkin selama 3 jam sampai makan siang tiba. Namun aku memilih untuk tak turun, ikut makan bersama di meja dengan yang lain. Aku beralasan ingin tidur lebih lama.

Tiba-tiba saja White datang dengan nampan yang berisikan makan siang untukku, sontak aku bangun dan bingung melihatnya.

"Makanlah bersamaku" ajak White yang ternyata meninggalkan meja makan hanya untuk makan bersamaku.

"Aku rasanya begitu lelah, kau tau tubuhku seperti kejut semua. Karena biasanya jam segini aku bekerja" jujurku.

White mengambil meja lipat dan meletakkannya di atas kasur, lalu nampan itu ditaruh di atasnya dan dia duduk di depanku, "Kau harus istirahat, dan makan dengan teratur. Kata kak Christ, di sana kau sering telat makan?"

Aku mulai menggumpalkan makananku dan melahapnya, "Christ itu... Dia malah menceritakannya."

"Kalau kau tak menjaga kesehatanmu sendiri, bagaimana kau mau menjagaku?"

Hal itu membuatku meliriknya dan tersenyum, "Baiklah."

Ini menyenangkan. Makan berdua dengan begitu sederhana seperti ini bersama White benar-benar membuatku senang. Aku selalu makan sendiri selama sebulan di tempat kerja, tapi hari ini dengan resmi ku katakan, bahwa aku makan bersama seseorang. Seseorang yang ku cintai.

"Kau tampak sakit, kak Tobi" ucapnya lalu mengangkat tangan kanan dan diarahkan padaku. White melekatkan punggung telapak tangannya di keningku.

Seketika itu dia membelalakkan matanya, "Kau agak panas, kak!"

Aku memegang tangannya dan menyingkirkannya dari keningku, ku genggam erat-erat dan ku cium punggung telapak tangannya yang hangat, "Aku tak sakit, itu hanya perubahan suhu tubuh."

"Apanya yang perubahan suhu tubuh? Itu tandanya kau sakit, aku harus memanggil dokter-"

"Sungguh aku tak sakit, White. Aku hanya merasa hangat di dekatmu, kau tau itu" ku coba untuk membuatnya yakin, tapi tetap saja, White langsung menyalakan handphonenya.

"Aku panggil kak Kanagi saja kemari, ya?" Tanyanya.

Aku bingung, "Kenapa harus si Eris itu?"

"War is over, my love. Dia akan datang dan mengecek keadaanmu, ok?"

You Are Mine (BXB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang