Rasanya, aku mau pingsan saja...
"Kalian jalan terlebih dahulu, tampaknya White butuh istirahat" ucap kak Tobi dengan mempersilahkan beberapa orang yang ada di belakang kami untuk tetap jalan.
Kak Tobi membantuku untuk duduk di bebatuan, ia mengeluarkan botol mineral dan sebuah pack penghangat. Dia memberikanku air, dan begitu saja dia menaruh pack penghangat itu di perut dan punggungku.
"Sudah lebih baik?" Tanyanya sambil merapihkan penutup kepalaku agar tetap menghangatkanku.
"Iya..."
"Haruskah kami menunggu?" Tanya kak Chris.
"Jangan, lebih baik kalian duluan saja" ucap kak Tobi.
"Sungguh?"
"Iya, lagipula aku tidak mau kita tidak kebagian vila, jadi ambilah bagian untuk kita."
"Hahaha, baiklah. Tas White biar kami bawa, seperti dia tak sanggup membawanya" kak Chris langsung melepaskan tas di punggungku dan mengangkatnya dengan mudah.
"Aku benar-benar merepotkan banyak orang" gumamku.
"Tidak, jangan berkata seperti itu. Ini kali pertamamu, jadi wajar saja" katanya lalu kembali mendaki.
Ini sudah berjam-jam, tapi kenapa kami tak sampai juga...
"Ku rasa, akan ada badai malam ini" ucap kak Tobi sambil ikut mendudukkan dirinya.
"B-benarkah?"
Dia tersenyum, "Bukankah itu sangat menyenangkan?"
Aku segera memukul lengannya, "Jangan aneh-aneh. Kalau begitu, ayo kita mendaki lagi. Aku takut jika badai itu datang dengan cepat."
"Apa yang harus ditakutkan?"
"Kau ini, seakan tak takut apapun."
Kami berdua kembali bergerak, meski sudah sangat tertinggal dengan yang lainnya. Tapi, aku tak begitu khawatir karna ada kak Tobi di sini.
Ku pikir, mendaki hanya berjalan di atas permukaan yang menanjak saja. Ternyata, ada banyak hal yang harus dilewati seperti medannya yang tinggi, pepohonan yang jatuh, atau bebatuannya yang menyusahkan.
"Naik ke atas sini, perlahan saja" kak Tobi membantuku untuk naik ke jalannya yang lebih tinggi. Kemudian, dia menaikkan dirinya sendiri tanpa bantuanku dengan begitu mudah.
"Kak, sepertinya tinggal kita saja di sini..." gumamku sambil melihat sekitar. Tak ada orang sama sekali, hanya hutannya, suara-suara aneh, dan kami.
"Tenanglah.."
Kami berjalan lagi, sampai di saat aku menoleh ke arah kanan karna mendengar suara itu, aku melihat seakan ada dua mata bercahaya kekuningan di antara pepohonan.
"Kak! Aku lihat sesuatu! Aku lihat sesuatu! Aku lihat sesuatu!" Pekikku dengan bersembunyi di belakang kak Tobi.
"Lihat apa, hm?" Tanyanya.
"Aku lihat mata di sana!"
"Oh, bukan apa-apa."
Aku memberanikan diri untuk melihatnya lagi. Ternyata kak Tobi menyalakan senternya dan mengarahkan ke tempat penampakan itu terlihat, di sana hanya ada seekor burung hantu yang sedang terjaga.
"It's just an owl?!"
"Hahaha, kau lucu sekali" ketawanya.
"Ayolah cepat, kak... aku sudah takut sekarang..." aku menarik tangan kak Tobi agar melanjutkan perjalanan.
Kami semakin naik ke atas, dan istirahat sebentar karna aku benar-benar kelelahan.
"Kalau aku tau ini sangat menyusahkan, aku tak akan ikut. Lebih baik di rumah dengan secangkir coklat panas... dan pie susu... dan drama..." kataku membayangkam hal-hal itu terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Mine (BXB)
RomansSEQUEL #1 dari MINE ARE MINE Completed. Terjerumus dalam ancaman Tobias, Whittaker harus menuruti semua perkataannya. Tapi, Kanagi yang mulai curiga tak tinggal diam. Siapakah yang akan mendapatkan hati Whittaker? WARNING: BXB / BOYSLOVE bukan tempa...