Y.A.M 2/25: A Farewell For a While.

495 54 5
                                    

Pagi itu, adalah hari baru untuk Whittaker. Sudah sejak tadi malam, saat Tobias terpaksa pergi untuk berkemas karen keberangkatannya, ia berada di istana kecilnya di kamarnya sendiri.

Whittaker bangun dengan matanya yang kemerahan dan sembab, sejak tadi malam dia tetus menangisi keputusan Ignatius. Meskipun ia tau, ia harus bersyukur Ignatius tak benar-benar memisahkannya dengan Tobias, namun kesedihan itu nyata di hati kecilnya.

Laki-laki berambut putih itu beranjak dari kasurnya yang sepi. Dia ingat bagaimana pagi harinya yang ia lalui, ketika menemukan Tobias di samping tidurnya yang mengganggu hidung Whittaker agar ia bangun. Tapi, kini ia harus bangun sendirian.

Whittaker melangkah di atas lantai dingin dengan kaki telanjang, dia berjalan ke arah balkon unyuk menyegarkan pikirannya yang kusut seperti benang. Pemandangan halaman belakang rumah itu membuatnya sedikit lega.

Dia menjulurkan tangan dan merasakan butir-butir salju yang tak henti turun sejak kepulangannya ke kota itu. Bahkan, alam seakan tau Whittaker sedang bersedih, sehingga ia turut menangisi kesedihannya.

Setelah cukup puas, Whittaker berjalan ke arah kamar mandi untuk berendam air panas agar pikiran benar-benar jernih. Dia membuka seluruh pakaiannya dan melihat pantulannya di cermin. Bekan-bekas cinta yang diukir disekitar leher dan bahunya hingga ke dada oleh Tobias itu membuatnya tanpa sadar tersenyum simpul.

"Aku harap, ukiran ini tak akan pernah hilang..." gumamnya sambil menyentuh tempat dimana ukiran itu semua berada.

Lalu, ia memasukkan drinya ke dalam bath up dengan air hangat yang menenangkan. Dia nyaris menenggelamkan dirinya sendiri di dalam sana, dan rasa kantuk datang begitu saja, membuatnya tertidur kembali di dalam sana.















"...te..."

"...white..."

"White.. Bangunlah.."

Kedua mata White mulai terbuka. Saat itu dia melihat Astley yang ada di hadapannya.

"Kau tertidur.. Cepat keluar dari bath up dan keringkan dirimu! Untung saja kau tidak demam!"

Setelah keluar, White langsung mengeringkan dirinya dan mengenakan baju. Dia menyelimuti seluruh tubuhnya di atas kasur agar lebih hangat.

"Ayo, sarapan!" Astley meletakkan sarapan pagi untuk Whittaker di atas meja untuk kasur  di depannya.

"Aku membuat sup jagung, masih hangat, jadi ayo makanlah" ujarnya.

Whittaker mengangguk, lalu mulai memakan sarapannya dengan lahap. Matanya lalu tertuju pada pintu kamarnya yang terbuka lebar, "Kenapa pintu itu tak ditutup?"

Astley tersenyum, "Karena sebentar lagi kekasihmu akan tiba!"

Whittaker langsung terpaku dengan senyumannya ketiak mendengar hal itu dari bibir plum Astley, "Benarkah?! Kak Tobi akan datang?!!"

Laki-laki di depannya mengangguk, "Dia datang padaku tadi malam dan memintaku untuk megizinkannya menemuimu sebelum keberangkatannya hari ini, aku juga sudah mengatakannya pada Ignatius."

Tercetak wajah bahagia Whittaker dengan senyuman indah yang diinginkan Astley sejak malam tadi, "Oh.. Astley... Terimakasih telah berbicara pada kak Aige... Kalau kau tak datang.. Mungkin saja-"

"Shhh.... Sudah, sudah. Kalau kau terus berbicara, bagaimana sarapanmu bisa habis?" Ucap Astley sambil melirik sarapan Whittaker. Laki-laki itu mengangguk senang dan mendengarkan ucapan Astley untuk kembali memakam sarapannya.

Astley tau, jika Whittaker tak melihat Tobias untuk terakhir kalinya, adik dari cintanya itu tak akan mau menyentuh makanan apapun sampai Tobias kembali ke pekukannya. Itulah sebabnya dia mau membicatakan permintaan sederhana Tobias kepada Ignatius.

You Are Mine (BXB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang