Y.A.M 1/20: Tickled By The Butterflies.

577 63 13
                                    

"White."

Bisikan itu membuatku mengerjapkan mata, saat itu yang pertama kali ku lihat adalah sepasang manik berwarna biru di depanku. Aku mengerang dan merenggangkan otot-otot sambil masih berbaring di antara pelukan tangan kak Tobi. Tapi, tanpa berharap untuk bangun, aku kembali mendekapkan diriku dalam pelukan hangatnya.

"Sepuluh menit lagi, ini sangat nyaman" gumamku lalu kembali menutupkan kedua mataku.

"Tidurlah sampai badainya berhenti" bisik kak Tobi sambil menciumi punggungku.

"Mhmm..!"

"Hahaha, kau sangat sensitif di belakang sini. Punggungmu adalah spot terbaik."

"K-kau membuatku geli, kak!" Protesku.

Kami tidak melakukan banyak hal, ya setelah melakukan itu di tengah badai, aku tertidur sampai terbangun. Entah kapan badai akan berhenti, tapi begini saja aku tidak mempermasalahkannya. Aku suka tubuh hangat kak Tobi, seperti ibu saja.

"Kadang aku berharap badai tak pernah berhenti, selama aku bersamamu, White" bisik kak Tobi tiba-tiba.

Begitu saja tubuhku langsung menegang, dan aku bisa merasakan sesuatu di dalam perut menggelitik ku.

"K-kau gila... Kita tak tak akan bertahan kak!"

"Seyakin itu?"

"I-iyalah! Apa kau tak memikirkan apa yang akan kau makan?" Protesku lagi.

"Aku bisa memakanmu... mau dari depan, atau belakang?"

"KAK BERHENTILAH BERBICARA!"
Aku memukul tangannya yang merangkul perutku, agar dia berhenti dengan pikiran liarnya itu!

"Hahaha! Baiklah."

Kami sama-sama diam untuk sementara waktu, menikmati pelukan sederhana ini bersama. Tiba-tiba saja, kak Tobi kembali berbisik di belakangku.

"Thanks to God for creating a beautiful creature like you, White."

Dan begitu saja, aku merasakan sesuatu di dalam perutku begitu menggelitikiku, serta degup jantungku yang semakin cepat.

"Thanks to God for Introducing me to you, White."

Aku memberanikan diri untuk berbalik, melihat kedua mata berwarna biru itu tengah mengarahkan pandangannya padaku. Lihatlah, lihatlah wajah serius yang berhasil membuatku susah bernafas ini.

"I know, i suppose to not saying this to you. But, i love you so bad."

Bisikan kak Tobi membuat perutku semakin geli dan jantungku yang terus berdetak kencang. Aku tak mengerti kenapa aku seperti ini. Tapi, aku merasa senang mendengarnya. Sampai aku benar-benar berbalik dan memeluknya.

Mungkin sekitar dua jam setelah matahari benar-benar terbit, badai berhenti untuk sementara waktu. Aku dan kak Tobi bergegas ke puncak, ke tempat vila itu berada. Sebab, pasti mereka sedang khawatir pada kami berdua.

Perjalanannya cukup jauh, karna kami jatuh dan harus berjalan di tapak yang sama untuk ke atas. Hingga sekiranya ketika kaki kak Tobi kembali lelah karena harus menggendongku selama itu, kami tiba di akhir tanjakan. Ada sekiranya lima bangunan besar terbuat dari kayu di depanku. Tepat di depanku, orang-orang yang sudah terlebih dahulu sampai tengah membersihkan kekacauan karena badai tadi malam.

"White!" Teriak kak Chris dari kejauhan, membuat semua mata tertuju padaku. Dia segera lari dari bagian atas dan menghampiriku.

"Kau membuatku tak bisa tidur semalaman! Apa yang terjadi sampai kalain tak menyusul kami?!" Ucapnya panik.

You Are Mine (BXB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang