Whittaker Tarrant
POV
Aneh.
Rasanya aku mati rasa.
Baru tadi pagi kak Tobi meninggalkanku untuk pergi ke Kota Barat, tapi aku seakan ingin menyudahi hidup saja.
Rasanya, tak apa juga dikurung dalam kamar. Lagipula aku tak berniat untuk melakukan apapun lagi sampai kak Tobi kembali ke kamarku.
Saat ini aku tertidur di lantai depan dinding kaca ke balkon. Sengaja sedikit pintunya ku buka agar angin sejuk mengalihkan perhatianku. Sejak sore tadi aku terus di sini, memandangi butiran-butiran salju yang tak henti-hentinya turun, bahkan sampai hari gelap seperti ini.
Kak Tobi, aku merindukanmu...
Kapan ini akan berakhir?
Tok tok tok..
Aku tak berniat untuk berbalik, melihat siapa saja di pintu yang menyaksikan kesengsaraanku. Aku tak begitu peduli. Bagaimanapun aku berharap para pelayan yang membawa makanan membuka pintu itu adalah kak Tobi, mereka tetap saja datang dengan nampan makananku.
Bukan itu yang sesungguhnya aku inginkan.
Aku hanya ingin kak Tobi...
Suara langkah diiringi dengan pintu tertutup itu membuatku yakin, kalau itu bukan pelayan, tapi Astley. Namun, langkah itu terhenti dan terdengar suara kasurku diduduki. Lagipula, aroma ini bukan seperti aroma Astley. Aroma parfum maskulin ini membuatku semakin malas untuk melihat pelaku yang telah masuk ke kamarku.
"White" panggilnya dengan nada rendah yang jarang ku dengarkan. Namun, aku pura-pura tuli dan diam tak menjawab panggilan darinya.
"White, apa kau marah padaku?"
Kali ini aku sedikit merespon dengan menggelengkan kepala. Marah padanya? Lagipula, jikapun aku marah, kak Tobi tak akan kembali ke hadapanku.
"Kau tau, aku melakukan ini utnuk kebaikanmu sendiri, 'kan?"
"Kak, jika kau datang hanya untuk bicara omong kosong, lebih baik pergi. Tinggalkan aku sendiri. Aneh, kau membuatku seperti ini, tapi kau malah datang ke kamarku" ucapku.
Sial.
Tenggorokanku mulai sakit, dan aku mulai susah untuk bernafas. Setiap kali aku patah hati, selalu ini yang ku rasakan. Tapi, aku tak mau menangis karna nasibku. Aku hanya akan menangisi kepergian kak Tobi saja.
"Demi kebaikanku, hah! Demi kebaikan teman bodohmu itu!" Sahutku lagi sambil meneteskan air mata. Aku tak sanggup menahan sakit di tenggorokanku, rasanya aku tercekik saja.
"Kau menyalahkan Kanagi karena memberitau perbuatan buruk Tobias padamu? Kau ini sudah di cuci otak atau apa?"
Perkataannya kak Aige membuatku meluruskan tubuh dan meliriknya, "Kak Tobi tak pernah benar-benar menyakitiku. Semua ancaman itu pada dasarnya untuk mendekatkanku padanya, semua ajakan makan malam, nonton bioskop, atau jalan-jalan di kota."
Aku perlahan bangun, "Dia tidak pernah mencampakkan dan melupakanku di jalanan kota tengah malam, seperti yang temanmu itu lakukan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Mine (BXB)
RomanceSEQUEL #1 dari MINE ARE MINE Completed. Terjerumus dalam ancaman Tobias, Whittaker harus menuruti semua perkataannya. Tapi, Kanagi yang mulai curiga tak tinggal diam. Siapakah yang akan mendapatkan hati Whittaker? WARNING: BXB / BOYSLOVE bukan tempa...