Y.A.M 2/36: Touch by Touch Tonight I.

933 48 1
                                    

Ku kerjapkan mata dan mendapatkan ruangan gelap gulita. Entah berapa jam ku tidur, tapi bisa ku lihat matahari masih meninggalkan sedikit cahayanya lewat luar balkon.

Aku bangun dan merenggangkan otot-ototku, rasanya lelahku hilang semua karena telah tidur sejak siang tadi. Ku letakkan punggung telapak tanganku di kening secara mandiri, dan demam itu tak ada. Memang, sebenarnya siapa juga yang demam? White hanya begitu cemas dan lebih mendengarkan si Eris sialan itu.

Ngomong-ngomong, dimana Whiteku saat ini? Kenapa dia tak ada saat aku terbangun?

Tiba-tiba pendengaranku mulai bekerja dengan baik, aku baru sadar suara air begitu terdengar jelas dari arah kamar mandi. Dengan perlahan aku beranjak dari tempat tidurku, tanpa ku perkirakan kepalaku langsung di serang oleh rasa sakit, mungkin sebab aku tertidur lama.

Ku yakinkan diri dan seimbangkan tubuhku, kemudian aku melangkah memasuki kamar mandi. Aku tak menemukan siapa-siapa, kecuali suara gumamam seperti nyanyian kecil-kecil di balik kain penutup bath-up.

Aku tersenyum saat melihat bayangan seseorang di dalam sana yang sedang menyentuh kulit tangannya. Tak sabar, aku berjalan menghampiri bath-up dan membuka tirai putih itu.
White langsung terkejut dan hampir menyiramiku dengan air sabunnya.

"KAK TOBI! KAU BIKIN AKU KAGET SAJA!"

Aku tersenyum melihatnya yang langsung menenggelamkan tubuh telanjangnya ke dalam air penuh busa sabun, "Apa yang aku tutupi?"

"Tentu saja tubuhku! Lagian... Untuk apa kau ke sini? Aku sedang mandi!"

"Macam aku tak pernah melihat tubuhmu saja" komentarku.

"Ya kan!-"

"Ayo mandi bersama" ucapku sambil membuka baju.

"Jangan! Kau kan sedang sakit, jangan berendam dulu, kak Tobi..."

"Aku tak sakit, sayang" kataku, yang sudah entah seberapa kalinya kuucapkan, tapi White tetaplah White. Dia bangun dari bath-up, tanpa menyembunyikan lagi tubuhnya yang mengkilap karna air sabun, tanpa sehelai kain, tanpa yang menghalanginya.

Aku terpaku melihat White, sudah lama aku tak melihat tubuhnya yang putih indah seperti itu. Rasanya aku ingin merasakan setiap lekukan dan himpitan di tubuhnya. Dia langsung menarik tanganku, membawaku masuk ke shower.

Entah apa yang dipikirannya, tapi tiba-tiba dia membantu melepaskan pakaianku hingga tak satupun dari pakaianku bersisa. Kami sama-sama telanjang saat ini.

White membuka shower air hangat yang begitu nyaman ku rasakan, mengalir di sekujur tubuhku. Lalu tiba-tiba dia memelukku, membuatku sungguh kebingungan dengan tingkah tak biasanya.

"Jangan pergi lagi, mengerti?" Tanyanya.

Aku pun ikut memeluknya, "Aku tak akan pergi kemana-mana, kecuali bersamamu."

White menengadahkan kepalanya melihatku, "Tubuhmu hangat, kau benar-benar sakit."

"Bukankah ini karena airnya?"

"Aku ini tak bodoh, kak Tobi... Kau kelelahan sampai sakit begini... Pokoknya kau harus istirahat total mulai malam ini."

Aku menggeleng, "Bahkan aku belum menunaikan keinginkanku, kau sudah menyuruhku istirahat saja."

"Apa? Apa lagi yang kau inginkan selain diriku?" Dengan terang-terangan dia mengatakan hal itu sambil senyum-senyum .

"Aku ingin menghabiskan malam bersamamu, aku ingin menyapa tubuhmu, aku ingin... ularku kembali ke sarang lamanya..." Bisikku, dan hal itu berhasil membuat White terkejut.

"Darimana kau belajar kata-kata seperti itu?!"

"Ya... Aku banyak bertemu rekan baru di sana, kami sering melakukan pertemuan penting dan minum-minum, hal itu lah yang ku ambil sebagai pelajaran" jujurku.

White tertawa, "Itu geli sekali, kau menggodaku seakan kau pria tua saja, kak Tobi!"

Tak ada yang spesial di kamar mandi, sebab setiap kali aku mencari kesempatan untuk menerkam White, dia selalu menghentikanku secara terang-terangan. Dia akan menepis tanganku yang berusaha meraih tubuhnya.

Nasibku begini sekali...

Setelah mandi, kami keluar bersama. White menyuruhku untuk kembali ke atas kasur, sementara dia pergi ke bawah untuk mengambil makan malam.
Lalu, dia datang dengan nampan berisi makanan kami berdua.

"Cepat makan, lalu kau minum obat dan tidur lagi" kata White yang telah menyiapkan papan meja untuk kami makan di atas kasur.

"Aku tak mau minum obat, aku tak sakit, White. Lagipula, aku baru bangun, mana mungkin aku bisa tidur lagi?" Protesku.

Tiba-tiba dia menyentuh keningku, "Tuh, kau sedikit panas. Pokoknya kau harus minum obat dan tidur kembali."

Ku pegang keningku dan merasakan hangat itu di sana, sialan, perasaan tadi saat ku bangun aku tak merasakan apapun di keningku. Sekarang aku malah terasa seperti sakit saja.

"Aku tak mau, White."

White menghentikan makannya, "Terus... Kau mau apa, kak Tobi? Tak mau minum obat, tak mau tidur, bahkan kau tak mau makan?"

"Oh ayolah, aku punya keinginan lain."

"Mmemangnya apa yang kau inginkan selain diriku, hm?"

Cukup sudah, dia harus tau ala keinginanku yang sebenarnya. Bukan obat, ataupun tidur. Aku ingin White malam ini.

"Aku mau seks, aku mau kita melakukannya. Ini sudah begitu lama, aku merindukan hal itu darimu. Aku ingin kita melakukan seks" kataku terang-terangan.

Membuat White tersenyum tiba-tiba, "Kalau kau mau, habiskan makananmu lalu minum obat."

Aku sungguh tak mengerti kenapa dia malah membicarakan tentang makanan dan obat, "White, aku mau-"

"Shhh, habiskan makananmu lalu minum obat, aku akan melakukannya."

Sungguh? Dia akan melakukannya? Ini yang ku nanti-nantikan, bersetubuh dengan White.... Aku sudah memimpikannya sejak lama.

Aku langsung memakan makananku dengan lahap, sampai White terheran melihatku dan tertawa pelan. Kami makan bersama-sama di atas kasur, hingga akhirnya terpaksa pula aku harus meminum obat itu.

White meletakkan nampan kosong di meja dekat pintu, lalu ikut naik ke kasur bersamaku. Dia tak tidur di sampingku, namun hal yang ia lakukan lebih mengejutkanku lagi. White malah mendudukkan dirinya di atas pinggangku, bukan, tapi tepat di atas ularku.

"Kau itu sakit, kak Tobi. Ingat yang dikatakan kak Kanagi? Kau tak boleh banyak bergerak, kau tak boleh sampai kelelahan" ucapnya sambil melepaskan celananya, sampai hanya menyisakan dua bulatan sintal yang menduduki penisku.

"Jadi, tutup matamu dan tidurlah. Aku akan melakukannya untukmu"

Bagimana bisa aku menutup mataku dan tertidur, sementara penisku memilih untuk bangun? Aku tak bisa diam saja kalau soal ini, aku tak akan puas. Ya, meskipun begitu, aku suka White memimpin malam ini.

"Aku tak bisa diam saja" kataku.

"Kau ini, mau apa tidak?"

Aku mengangguk, "Mau."

"Ya sudah, diam saja dan mulai tidurlah. Lagipula kau sudah minum obat, dan seks juga termasuk cara tidur paling ampuh."

Kalau di pikir lagi, mungkin aku harus mendengarkan White dan menikmati setiap hentakan pantatnya saja.

Jarang juga aku mendapatkan kenikmatan ini.

TBC

asli pakarmaru nyekek waktu, tidur sehari cmn bisa 6 jam :(

support.

You Are Mine (BXB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang