Onna-bugeisha

16 3 0
                                    

Enriques de Guzman membuka kedua matanya perlahan-lahan. Pikirannya berkecamuk. Sudah hampir dua bulan dia berlayar dari Macau menuju Melaka. Rombongannya terdiri atas empat kapal, Santo Domingues, Marie de la Mar, Maria de Rose, dan kapal yang di nahkodainya Emilie. Perintah yang diterimanya dari Capitão de fragata Hugo Fonseca, pimpinan rombongannya yang menahkodai Santo Domingues, adalah bergabung dengan rombongan besar Alfonso d'Alburqueque, sang Estado da India, di perairan Selat Melaka. Mereka semua sudah mendapat perintah dari Baginda Raja Manuel I untuk menyerang dan menduduki Melaka, setelah penguasa Melaka, Sultan Mahmud Syah, memperlakukan Admiral Diogo Lopes de Sequeira dengan buruk, menahan dan membunuhi orang - orangnya dengan licik.

Sambil meregangkan kedua lengannya, Enrique bangkit dari tempat tidur hammock-nya yang menempel pada salah satu sisi dinding kabinnya. Sejenak dia menguap dalam-dalam sebelum membasuh wajahnya dengan air di baskom logam yang ada diatas meja kecil disamping tempat tidurnya. Diamati wajahnya yang dipenuhi rambut kasar di cermin kecil yang diselipkan di dinding kabin. Mata birunya tampak aneh dengan rona merah disekitarnya. Mata yang lelah akibat kurang tidur.

Sambil melangkah gontai, Enriques membuka pintu kabinnya dan melangkah keluar. Dia menaiki tangga sempit diseberang kabin dan muncul di geladak kemudi. Beberapa pelaut menyapanya dan memberi hormat. Diamatinya kondisi kapal yang menjadi tanggungjawabnya. Emelie adalah kapal jenis caravela redonda bertiang empat yang dibangun oleh para pembuat kapal handal di Lisbon. Tipe caravela redonda merupakan tipe kapal portugis yang terbaik di dunia.

Kapal jenis caravela redondo ini menggunakan satu layar segi empat dan tiga layar latin/segitiga, yang mampu berlayar meskipun melawan arah angin. Emelie yang memiliki kapasitas sampai enam puluh ton puluh ton dan diawaki sampai delapan puluh orang pelaut, bukanlah kapal terbesar di armada Portugis, tetapi ia merupakan salah satu yang memiliki kemampuan bermanuver tinggi. Dengan delapan pasang meriam sumbu yang berjejer di sisi kiri dan kanannya, membuat kapal Emelie memiliki kecepatan dan kemampuan tempur yang mumpuni.

Dihaluan kirinya Santo Domingues melego jangkar dan berayun pelan dipermainkan gelombang. Dari buritan tampak dua kapal, Marie de la Mar dan Maria de Rose, berjejer berdampingan. Enriques de Guzman dapat mendengar para suara pelaut saling berbicara bersahutan dikejauhan. Berbeda dengan Emilie, Marie de la Mar, dan Maria de Rose yang bertipe Caravela, kapal Santo Domingues yang di nahkodai Capitão de fragata Hugo Fonseca, adalah tipe Caracca dengan bobot seratus ton lebih.

Santo Domingues, dengan delapan belas pasang meriam dan diawaki hampir seratus orang awak kapal, merupakan monster lautan yang sesungguhnya. Daya bunuhnya luar biasa mengerikan. Kemampuan meriam-meriamnya yang manakutkan menenutupi kekurangannya dalam bermanuver. Meskipun tidak sebesar tipe Galleon, seperti Flor del Rei yang dipimpin oleh Estado da India Alfonso d'Alburqueque, dengan lebih dari seratus meriam, Santo Domingues tetap merupakan mesin pembunuh yang efektif.

Rombongan empat kapal Portugis dari Macau itu sudah berada di wilayah perairan Selat Melaka sesuai titik pertemuan, di sebelah timur kota Melaka. Keempatnya sudah melego jangkar di dalam teluk yang terlindung dari pengamatan secara langsung. Sekoci - sekoci pengintai sudah mendarat di pantai berpasir, para awak kapal sudah membangun kamp kecil dan membuat pos intai. Berpuluh-puluh tong air sudah diturunkan untuk diisi air bersih dari sungai kecil yang ditemukan oleh tim pengintai, tidak jauh dari kamp. Para pelaut memulai kegiatan bersih-bersih dan persiapan penyerbuan. Geladak dibersihkan dan peluru meriam dikeluarkan dari gudang amunisi, untuk kemudian disusun berjajar rapi sesuai urutan meriam.

Ada hal menarik yang terjadi diatas geladak Santo Domingues. Dari atas kapal Emelie, Enriques meraih teropong yang tergantung dipinggangnya dan mengamati geladak kapal besar itu. Tampak Capitão de fragata Hugo Fonseca sedang berbicara serius dengan seorang perempuan muda berwajah oriental yang sangat cantik. Gadis itu mengenakan pakaian tempur khas yang ia belum pernah lihat sebelumnya, dan dia mengapit sebuah tombak bermata belati di lengan kirinya. Rambut panjang sepunggung dibiarkan tergerai bebas dipermainan angin laut. Jubah panjang berwarna hitam dengan pola lingkaran menutupi perawakan gadis itu.

Alis mata Enriques bertautan, dia pernah mendengar cerita dari seorang penjelajah Italia yang pernah menempuh rute perjalanan darat Marcopolo, bahwa di bagian timur Tiongkok terdapat gugusan kepulauan yang penduduknya memiliki kebudayaan dan pengetahuan tinggi dalam hal bercocok tanam. Masyarakat kepulauan tersebut memiliki aturan pemerintahan tersendiri. 

Meskipun berhubungan erat dengan Cina, mereka tidak tunduk dibawah Kekaisaran Dinasti Sung yang saat itu berkuasa. Selain memiliki petani-petani yang cakap, masyarakat di kepulauan itu juga diketahui memiliki pandai besi yang menghasilkan peralatan logam terbaik di seantaro Cina. Para pandai besi di kepulauan tersebut diketahui memiliki teknik metalurgi yang jauh lebih baik dari pandai besi bangsa Turk yang fenomenal. Pedang, tombak, dan pisau yang mereka buat adalah yang terbaik.

Benaknya penuh dengan bermacam-macam pertanyaan, siapakah gadis yang dibawa oleh Capitão Hugo Fonseca itu? Apakah dia seorang selir simpanan si Capitão,terkanya. Sudah menjadi rahasia umum apabila seorang kapten kapal sering membawa perempuan simpanan kesukaannya ke dalam kapal. Tetapi kali ini Enriques dapat merasakan bahwa gadis ini bukan sekadar perempuan simpanan biasa, selain dari penampilan fisiknya yang tidak biasa, sikap dan gerak-geriknya menunjukkan sikap seorang bangsawan. Sambil kembali mengamati gadis cantik itu, Enriques lagi-lagi mencoba menerka asalnya dari bagian dunia sebelah mana.

Setelah hampir satu menit dia mengamati, Enriques de Guzman pada akhirnya hanya dapat menduga-duga asal dan keberadaan gadis cantik itu. Dia sama sekali tidak mengetahui bahwa gadis itu adalah seorang Onna-bugeisha, seorang petarung yang berasal dari gugusan kepulauan yang berada di sebelah timur Tiongkok. Gugusan kepulauan yang biasanya disebut Nihon oleh masyarakat Tiongkok.

Pola lingkaran mengelilingi tiga garis, yang tercetak di sudut-sudut jubah hitam si gadis, disebut kamon atau panji keluarga (klan) yang menguasai sebagian wilayah di kepulauan tersebut. Setiap keluarga (klan) yang berkuasa di beberapa wilayah Nihon memiliki kamon/panji sendiri-sendiri untuk membedakan asal dan identitas setiap keluarga (klan). Pola lingkaran mengelilingi tiga garis sejajar, yang tampak pada jubah gadis itu, adalah kamon kepunyaan klan Miura, salah satu keluarga yang menguasai wilayah semenanjung sebelah timur di salah satu pulau utama kepulauan Nihon.

Dan tidak seperti petarung/ksatria laki-laki dari Nihon yang biasanya menggunakan sebilah pedang panjang bernama Katana sebagai senjata utamanya, para petarung perempuan disana lebih memilih menggunakan Nagitana, sebuah tombak dengan bilah belati tajam sebagai matanya. Nagitana memiliki jangkauan panjang yang lebih stabil untuk digunakan perempuan. Ditangan ksatria yang mahir, sebuah Nagitana akan jauh lebih berbahaya dari pada sebilah Katana.

Keberadaan Onna-bugeisha sangat langka. Mereka sangat tertutup dan eksklusif. Hanya pada peristiwa - peristiwa tertentu saja seorang Onna-bugeisha tampil keluar. Tidak semua keluarga (klan) mendirikan pasukan tersebut. Hanya beberapa klan besar yang berpengaruh yang memilikinya. Biasanya Onna-bugeisha hanya tampil pada saat-saat genting, terutama sebagai pertahanan terakhir dari sebuah klan, meskipun pada kesempatan tertentu mereka juga dapat diterjunkan lebih awal untuk melakukan penyerangan.

Seorang Onna-bugeisha menjalani pelatihan sama beratnya dengan ksatria lainnya, dengan tidak memandang gender. Dan mereka-pun bisa bertempur sama sengitnya dengan dengan para lelaki. Perempuan dari Nihon yang ingin menjadi Onna-bugeisha sudah berlatih sejak usia delapan tahun, dan kemudian dapat mengabdi kepada klannya sejak usia enam belas tahun.

Gadis cantik itu menuruni tangga tali dengan cekatan ke sebuah sekoci yang sudah disiapkan sebelumnya. Dengan dikawal oleh dua orang pelaut, gadis itu berlayar ke arah pantai. Mau kemana dia? tanya Enriques dalam hati. Matanya mengamati rambut hitam si gadis yang tergerai bebas. Wajahnya yang putih begitu mempesona berkilauan dibawah cahaya matahari tropis.

Mendadak gadis itu memalingkan kepalanya dan memandang tajam kearah Enriques de Guzman, seakan tahu bahwa dia sedang diamati. Kapten kapal Emelie itu terkejut dibuatnya. Mata si gadis yang hitam legam seakan menusuk jantungnya. Enriques dengan kikuk perlahan-lahan menurunkan teropong menghindari tatapan langsungnya.

"Capitão Hugo, siapa gadis yang kau bawa sebenarnya...", gumamnya.

Chiaki 1511 - Buku SatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang