Bajak Laut Viet

10 3 0
                                    

Kapal Santo Domingues, bersama tiga kapal dalam rombongannya, sudah enam hari berlayar keluar dari wilayah Macau. Rombongan kapal Portugis itu berlayar melewati rute perairan berbahaya antara Macau dan Tumasek, melintasi Mare da China atau yang biasa disebut laut Cina bagian selatan oleh para pelaut Tiongkok.

Rombongan kapal itu berlayar beriringan, dengan formasi Marie de la Mar dan Maria de Rose di depan, diikuti Santo Domingues dan Emilie yang berada di paling belakang. Mereka saat ini memasuki wilayah Viet yang rawan bajak laut. Sudah banyak cerita yang didengar dari para pelaut yang pernah melintasi perairan antara Macau dan Tumasek, mengenai keganasan para perompak dari Viet. Jung kecil mereka begitu cepat mengejar dan bermanuver. Kapal Jung besar dengan muatan yang berat bukan tandingan Jung perompak Viet.

Reputasi keganasan perompak Viet di kawasan itu, sejajar dengan keganasan perompak di Karibia atau bahkan pelaut Turks di selat Bosphorus. Tidak ada yang tahu secara jelas asal usul dari para perompak Viet berasal. Ada kabar bahwa mereka adalah bekas anggota armada laut kekaisaran Tiongkok yang memberontak, ada yang mengabarkan asal mereka dari kepulauan Nihon selatan, atau dari bangsa Khmer yang menguasai dataran Viet, tetapi ada juga yang mengatakan mereka berasal dari semenanjung Medini dan Sumatra.

Perjalanan rombongan kapal Portugis ini selama enam hari belakangan tidak menemui hambatan, angin utara dalam cuaca yang cukup tenang membawa mereka semakin mendekati Tumasek. Sejak keluar dari pelabuhan Macau, tidak ada peristiwa yang menarik perhatian para pelaut Portugis. Semua berjalan normal seperti biasa.

Para pelaut melakukan kegiatan rutin seperti umumnya, mereka mengecek keadaan lambung kapal secara teratur, mengatur dan mengecek gulungan-gulungan tali layar, membersihkan lantai geladak, memancing ikan atau hanya sekedar bermalas-malasan dibawah cahaya matahari.

Hampir semua anak buah kapal tidak ada yang menyadari, bahwa ada seorang penumpang baru yang berlayar bersama mereka sejak dari Macau. Penumpang itu tidak pernah menampakkan dirinya ke luar kabin kecil, yang lokasinya bersebelahan dengan gudang mesiu. Hanya para perwira dek yang diperbolehkan berada di wilayah itu.

Capitão Hugo Fonseca mengetuk pintu kabin Chiaki Miura, beberapa kali, sesuai kode yang sudah dia sepakati. Hanya Capitão Hugo dan beberapa orang kepercayaannya saja yang tahu kode ketukan itu. Kode ketukan sengaja diterapkan untuk menjaga si gadis Nihon yang cantik itu, dari gangguan anak buah kapal yang sangat mungkin terjadi.

Hugo Fonseca adalah seorang pelaut terhormat yang disegani, dan sang Capitão sangat menjaga kehormatannya. Hugo Fonseca menerima permintaan keluarga Miura untuk membawa gadis itu keluar menjauh dari wilayah Nihon, karena dia sangat menghormati Miura Yoshiatsu, ayah gadis itu, yang sudah sangat lama dikenalnya.

Dan dari ayah si gadis dia tahu, tidak banyak keluarga terpandang di kepulauan Nihon yang mempercayai seorang gaijin, seperti dirinya, untuk menjaga anak perempuannya. Terutama anak perempuan dari istri pertama.

Dengan ditemani Centromestre Sandro Gomez, Capitão Hugo Fonseca menemui gadis Nihon itu di kabinnya yang terletak jauh dari lokasi kabin pelaut lainnya. Terdengar kunci pintu kabin diputar, lalu Chiaki membuka pintu kabin sambil menunduk sopan.

"Sumimasen, Chiaki-sama. Chotto i deska?", tanya Hugo Fonseca kepada gadis itu.

"Umm. Doushite - kenapa?", jawab Chiaki mengangguk pelan sambil melangkah keluar pintu, dan kemudian menutup kembali pintunya.

"Chotto kite kudasai - datanglah kemari", kata Hugo Fonseca sambil berjalan menjauhi pintu kabin si gadis. Chiaki mengikutinya dari belakang. Yukata putih berpola bunga sakura yang dipakai gadis itu, membuat penampilannya sangat anggun.

Chiaki 1511 - Buku SatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang