Sensei

4 2 0
                                    

Chiaki Miura mengenakan hanten-nya, dan menarik kerudungnya menutupi kepala. Gadis itu sudah mendapat perintah dari Yoshiatsu Miura, ayahandanya, untuk menjalankan tugas mengantarkan surat didalam amplop tertutup, kepada seorang rekannya di Nagasaki, sebuah kota pelabuhan di selatan kepulauan Nihon.

Tugas pertama Chiaki pada tahun ini, dari ayahnya. Biasanya tugas-tugas seperti ini dilaksanakan oleh kakaknya, Yoshimoto Miura, tetapi untuk tahun ini, agaknya Chiaki akan memperoleh tugas seperti ini, lebih banyak. Yoshimoto akan lebih banyak mendampingi ayahandanya, untuk tugas lain, yang jauh lebih penting.

Waktu tempuh dari Kamakura, kota terdekat dari benteng Arai, menuju Nagasaki, akan memakan waktu sampai delapan hari perjalanan, dengan berkuda. Rute perjalanan gadis itu direncanakan akan melewati Nagoya, Kyoto, Pelabuhan Hyōgo-tsu (sekarang Kobe), lalu Horoshima, kemudian Fukuoka, sebelum akhirnya tiba di kota pelabuhan Nagasaki. 

Sebelumnya, Chiaki belum pernah melakukan perjalanan panjang sejauh ini. Perjalanan terjauhnya adalah menuju Kyoto, untuk menemui kakek dari pihak ibunya, tiga tahun yang lalu, saat dia masih berusia lima belas tahun.

Dalam perjalanan kali ini, Chiaki akan didampingi oleh orang kepercayaan ayahnya, sekaligus gurunya, Daisuke Tamahiro-sensei, sampai di Hiroshima. Setelah itu Chiaki akan berangkat menuju Nagasaki sendirian, tanpa Tama-sensei, karena ada urusan yang harus diselesaikan oleh gurunya tersebut terlebih dahulu di Hiroshima.

Untuk menghemat waktu dan biaya perjalanan itu, Chiaki akan menyampaikan surat tersebut, tanpa menunggu urusan Tama-sensei selesai. Dan Chiaki akan menemui Daisuke Tamahiro di Hiroshima, saat dia mengarah kembali dari Nagasaki.

Chiaki melompat dan menaiki kudanya, yang berwarna hitam legam, dengan ringan. Ayah dan kakak laki-lakinya mengamati dari halaman dalam benteng Arai. Sedangkan ibunya sudah kembali ke dalam ruangan keluarga yang hangat. Daisuke Tamahiro sensei kemudian menyusulnya dengan menunggangi seekor kuda coklat, yang lebih besar dan kekar, dibelakangnya. Keduanya keluar dari gerbang besi benteng Arai yang berat, dan berbelok kearah barat, menuju jalan utama ke Kamakura.

"Sāikō, Chiaki-sama", kata Tama-sensei, yang berpacu disebelah kirinya.

"Yukou, Tama-sensei", jawab Chiaki.

Keduanya kemudian memacu kuda-kuda mereka dengan kecepatan sedang. Mereka menempuh jalan setapak, menembus hutan pinus, dan melintasi susunan lahan pertanian, yang masih tertutup salju yang mencair.

Hanya dalam satu jam, mereka mencapai kota Kamakura yang ramai. Di Kamakura, kehadiran mereka sangat menyita perhatian orang ramai. Setiap orang yang berpapasan dengan mereka, selalu membungkuk memberi salam.

Wajah mereka memang sudah dikenal oleh penduduk Kamakura. Sebagai anak dari pemimpin klan Miura, yang berkuasa penuh di kota itu, tentunya Chiaki akan memperoleh perlakuan istimewa oleh penduduk disana. Beberapa kali mereka menolak tawaran singgah, dan beberapa kali mereka juga menolak untuk menerima pemberian dari masyarakat.

Bahkan dengan berat hati, mereka harus menolak pengawalan yang diajukan oleh seorang samurai, yang merelakan dirinya dan kelompoknya, untuk mengawal mereka sampai ke Nagasaki. Para samurai tersebut khawatir, karena Chiaki harus melalui beberapa wilayah yang sedang bergejolak.

Tetapi Daisuke Tamahiro berpendapat, apabila Chiaki dikawal oleh pasukan lengkap, maka selain menarik perhatian lebih banyak orang, justru hal tersebut akan menimbulkan banyak dugaan, dan spekulasi yang semakin memperburuk situasi saat ini. Setelah sejenak beramah-tamah dengan kelompok samurai tersebut, Mereka meneruskan perjalanan berkudanya, dan berbelok ke selatan, menuju Nagoya.

Chiaki 1511 - Buku SatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang