Subuh menjelang pagi, Tun Qawi Idham sudah berada di teras istana kesultanan Melaka, yang megah. Dari sisi selatan teras itu, dia dapat mengamati jalannya pertempuran antara Portugis dengan pasukan kesultanan Melaka. Dari lokasi itu juga, Panglima pasukan kesultanan Melaka itu, memberikan perintah kepada pasukan kesultanan Melaka, untuk menjalankan taktik peperangan.
Pasukan Portugis yang telah memblokade kota Melaka dari setiap arah, terus menerus melakukan tembakan meriam dari kapal-kapal perang mereka. Portugis membombardir kota Pelabuhan Melaka, selama hampir satu bulan.
Tetapi meskipun kota pelabuhan terus-menerus dihujani tembakan meriam, pasukan kesultanan Melaka terus bertahan dari gempuran meriam-meriam Portugis, dan membalas tembakan mereka dengan tembakan meriam pertahanan kota. Dan karena kekuatan meriam pertahanan kota Melaka jauh lebih unggul dalam hal jarak tembak dan daya hancur, kapal-kapal Portugis tidak dapat menurunkan tentara infanterinya, untuk melakukan serangan langsung ke jantung kota Melaka, tanpa resiko terkena tembakan meriam-meriam tersebut.
Tetapi dua hari yang lalu, Portugis mengubah taktik mereka dengan meluncurkan serangan sabotase, langsung ke pos-pos meriam pertahanan kota Melaka. Serangan diam-diam yang efektif tersebut, menyebabkan seluruh meriam pertahanan lumpuh total. Pasukan penyusup itu telah merusak titik pertahanan strategis, dan membunuh sebagian besar tentara artileri kesultanan Melaka, yang bertugas mengawaki meriam-meriam pertahanan tersebut
Dan karena seluruh meriam-meriam pertahanan lumpuh, kapal-kapal perang Portugis dengan leluasa mendaratkan tentara infanterinya di pantai teluk Melaka, tanpa dapat dicegah dengan tembakan artileri. Mendaratnya tentara infanteri Portugis membuat posisi pertahanan pasukan kesultanan Melaka, yang sudah menderita akibat pemboman selama satu bulan itu, menjadi semakin goyah.
Keadaan semakin tidak mendukung, karena pasukan kesultanan Melaka harus membagi konsentrasi bertahan pada dua wilayah pertempuran, yang meliputi benteng kota Melaka disisi timur sungai, dengan kota Melaka disisi barat sungai tersebut. Dikarenakan terbaginya kekuatan pasukan kesultanan Melaka, ditambah lumpuhnya artileri pertahan kota, maka pertahanan mereka menjadi tidak efektif dan sangat terbatas.
Akibatnya hanya dalam waktu satu hari, kemarin sore, bagian kota Melaka disisi barat sungai seluruhnya jatuh ke tangan Portugis. Semua pasukan kesultanan Melaka yang bertempur disisi barat mundur, masuk ke dalam benteng yang berada disisi timur sungai.
Tun Qawi Idham, panglima dan pemimpin pasukan kesultanan Melaka menyadari, bahwa meskipun personel pasukan kesultanan Melaka memiliki jumlah yang lebih banyak dari jumlah personel pasukan Portugis, mereka tetap membutuhkan tambahan personel. Kemarin malam, setelah serangan pasukan Portugis pada hari itu berhenti, Tun Qawi menghubungi para pemimpin masyarakat India, Cina, dan Melayu pribumi, untuk mempersenjatai diri, dan membantu pasukan kesultanan bertempur dengan Postugis.
Apabila semua berjalan sesuai rencana, hari ini pasukan kesultanan akan memperoleh tenaga tambahan dari gabungan pasukan penduduk India dan Cina. Tun Qawi sudah mendapat konfirmasi dari para pemimpin masyarakat India dan Cina, bahwa mereka menyanggupi dan bersedia untuk membantu pasukan kesultanan, mengusir Portugis dari tanah Melaka. Dengan tambahan personel tersebut, kekuatan pasukan Melaka akan bertambah dengan signifikan.
Semalaman suntuk Tun Qawi Idham, panglima perang pasukan kesultanan Melaka itu, tidak bisa tidur memikirkan rencana untuk memukul balik pasukan Portugis dari wilayah kota disisi barat, yang telah jatuh ketangan Portugis.
Bersama beberapa orang komandan lapangannya, Sang Panglima berembuk dan memikirkan setiap kemungkinan yang akan terjadi, kira-kira seperti apa jalan keluarnya, dan langkah apa yang kemudian harus diambil. Masih teringat dengan jelas peperangan besar yang terjadi kemarin. Dari teras istana kesultanan Melaka yang megah, dirinya bersama Baginda Sultan Mahmud Syah, mengamati jalannya pertempuran dan menyaksikan taktik perang, yang Baginda Sultan sepakati, gagal dan hancur berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chiaki 1511 - Buku Satu
Historical FictionPerjalanan Chiaki Miura, seorang Onna-bugeisha dari klan Miura, melaksanakan tugas terakhir dari ayahnya, untuk menemukan "hidup". ----------------------------------------------------------------------------------------------------------- "History h...