Hafeez tertegun mendengar laporan kematian salah satu hulubalang tangguhnya. Hazeer Wan Ali bukanlah seorang prajurit biasa. Laki-laki Melayu rupawan, kerabat sultan, itu terkenal memiliki ilmu kesaktian yang tinggi.
Keris Naga Biru berlekuk sembilan, yang dimiliki oleh Hazeer, bukanlah keris sembarangan, senjata yang diturunkan dari keluarga ayahandanya itu diperoleh dari seorang mpu sakti di Jawa. Ditempa dari kombinasi logam pilihan, dan dibalut mantra-mantra sakti serta ritual khusus, semasa pembuatannya. Belum lagi ilmu-ilmu sakti yang diturunkan dari almarhum panglima Tun Ahmad Ali, ayahandanya, secara langsung kepada Hazeer. Sungguh tidak mudah untuk mengalahkan kesaktian anak muda itu.
Komandan pasukan itu tidak habis pikir setelah mengetahui, hampir satu regu hulubalang kesultanan Melaka, yang alim, tangguh dan sakti, dihabisi oleh seorang perempuan dari bangsa lain yang tidak diketahui asal usulnya. Kalau berdasarkan laporan yang diterimanya dari Hamdan Sufi dan Noordin Duri, dua hulubalang yang dapat meloloskan diri dari insiden tersebut, wajah perempuan itu tidak seperti wajah bangsa eropa yang mereka ketahui selama ini. Perempuan yang menghabisi Hazeer Wan Ali lebih mirip perempuan bangsa Tiongkok.
Adakah hubungan antara perempuan Tongkok itu dengan kehadiran dengan serangan kapal-kapal perang Portugis ke kota Melaka? Apakah Tiongkok berkerjasama dengan Portugis melakukan penyerangan ini? Apakah ada pasukan lain, selain Portugis, yang akan menyerang Melaka?, Hafeez bertanya-tanya dalam benaknya. Dia harus mengetahui apa yang sebenarnya telah terjadi.
Tanah yang sekarang dipijak ini adalah tanah Melayu, milik bangsa Melayu, tidak ada cerita dalam sejarah bahwa orang Melayu dapat dikalahkan oleh bangsa lain ditanah ini. Tidak oleh bangsa Jawa, bangsa Tiongkok, bangsa India, atau bahkan bangsa Portugis sekalipun. Para komandan prajurit, yang tengah berkumpul ditenda komando tentara kesultanan Melaka pada saat itu-pun, semua terkejut dan setengah tidak mempercayai laporan tersebut.
Komentar pedas kepada dua orang hulubalang yang selamat terlontar riuh. Bahkan sempat terlontar hujatan dan cacian kepada mereka, karena dianggap pengecut dan tidak berjiwa ksatria membela komandan mereka.
Dengan wajah ekspresi wajah kecewa, Hafeez memanggil salah seorang ajudannya. Dia membisikkan perintah yang dibalas dengan anggukan mengerti oleh ajudannya tersebut. Prajurit tersebut segera berlalu melaksanakan perintah Hafeez, dan kembali bersama seorang laki-laki bertubuh tinggi besar. Laki-laki itu membungkuk memberi hormat kepada Hafeez, sebelum berdiri tegak mengangkang dengan gagah dihadapan sang komandan.
Prajurit yang baru saja tiba tersebut berpostur tinggi besar, dengan otot-otot yang bertonjolan. Sorot matanya tajam tak berkedip dengan tatapan meremehkan orang disekitarnya. Wajahnya garang dibingkai janggut hitam lebat yang tumbuh di dagunya. Dadanya telanjang berbulu dan membusung kekar. Sebilah keris tanpa lekuk, berukuran besar, terselip pada pinggangnya. Pria ini bukan tentara biasa, dia adalah salah satu yang paling sakti dan kejam dikalangan tentara kesultanan. Kehadirannya saja memberikan aura kengerian kepada yang hadir.
"Mat Badik...", kata Hafeez menahan kekecewaan dan kemarahan.
"Awak bawa satu kali askar korang yang paling sakti, ikuti Hamdan dan Noordin... Bagi tahu apa yang sebenarnya telah berlaku. Lalu kejar dan tewaskan sundal tu! Tak payah bagi hidup, mati-pon lagi bagus! Bawa kepala pompuan tu. Awak nak tanam kepalanya dihujung tombak diatas gerbang istana. Awak nak kasih faham Portugis, bahkan pontianak pon mati dihujung keris Melayu!", perintah Hafeez pelan dengan tekanan emosi yang dalam.
"Duli tuanku. Hamba akan persembahkan kepala pompuan tu sebelum datang maghrib. Tak payah ambik askar lagi. Insyaallah dengan perlindungan dan persetujuan Allah, kami dalam tiga orang boleh tewaskan dia", jawab Mat Badik menyanggupi, dengan nada menggetarkan pada setiap katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chiaki 1511 - Buku Satu
Historical FictionPerjalanan Chiaki Miura, seorang Onna-bugeisha dari klan Miura, melaksanakan tugas terakhir dari ayahnya, untuk menemukan "hidup". ----------------------------------------------------------------------------------------------------------- "History h...