Hukuman?

15.3K 1K 34
                                    

Karena emosi Raden yang tak bisa terkontrol, akhirnya Kyai Hafidz mengajak adiknya itu untuk keluar dari ruang IGD dan membiarkan putra nya untuk menenangkan diri.

Raden melepas semua alat yang ada di tubuhnya dan melemparkan nya ke sembarang arah.

Brak!

"Arghhh!"

"Raden cape Mi, Raden butuh Umi," ucap Raden di sela-sela tangisan nya.


***

Tak terasa sudah 3 hari berlalu, keadaan Raden sudah mulai membaik meskipun belum sembuh total. Tak ingin berlama-lama di rumah sakit, laki-laki itu pun langsung pergi ke markas nya. Satu-satu nya tempat yang bisa membuatnya tenang tanpa harus memikirkan beban hidup dan kesedihan yang selama ini ia rasakan.

Markas Savero

Markas Savero

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Raden mengembuskan nafas pelan menatap sebuah bangunan mewah yang berada di tengah-tengah hutan, gedung yang warna nya hampir menyatu dengan alam membuat siapapun yang lewat tidak akan berani masuk. Senyum manis ia sematkan di wajah tampan nya yang masih terdapat banyak luka-luka, dengan langkah pelan ia masuk ke dalamnya.

Ceklek!

Semua anggota Savero yang tengah bermain dan bercanda tawa itu pun langsung mengalihkan pandangan mereka ke arah pintu,

"Oy den, kenapa lo baru kesini?" tanya seorang laki-laki sembari menghampiri Raden di ambang pintu.

"Ini lagi, muka lo kenapa bonyok gini?"

"Kecelakaan,"

"Kok bisa?"

"Takdir tuhan,, katanya."

Raden berjalan menghampiri mereka, ia menatap laki-laki itu satu persatu dengan tatapan yang sulit di artikan. Raden mengulurkan tangan nya, namun mereka hanya diam dan saling menatap satu sama lain.

"Dan.."

Laki-laki bernama Aidan itu langsung memberikan sebungkus rokok yang ia sembunyikan di saku nya.

Raden tersenyum. "Udah?"

Seakan tau jika ketua nya itu sedang tak main-main, mereka pun langsung memberikan sesuatu yang mereka sembunyikan dari tadi. Tertangkap sudah, puluhan bungkus rokok dan puluhan botol Bir, Amr dan jenis minuman keras lain nya.

Raden mengumpulkan nya di meja depan mereka. "Silahkan kalo mau di nikmati, gue izinin,"

Tak ada yang menyahut, sungguh suasana di dalam ruangan itu sangat mencekam membuat para anggota itu hanya terdiam. "Kenapa? Nikmatin aja, bukan nya pas gue ga ada kalian emang gini?"

"Kan sekarang udah gue izinin, masih ga mau?" tanya Raden.

Aidan mencubit pinggang teman di sebelahnya, membuat laki-laki itu menoleh. "Buang aja yuk, dari pada kiamat," bisiknya.

Alkazhai dan senja nyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang