Malam ini suasanya sangat hening, hanya suara alat medis yang menari di telinga Arsen. Perasaan bersalah kembali menyeruak, sakit, khawatir, sedih, marah bercampur jadi satu. Arsen tak tau hal apa yang seharusnya ia lakukan sekarang, ia hanya di hantui penyesalan karena telat menolong hadis kecil yang diam-diam ia kagumi itu.
Tanpa di sadari pipi nya sudah basah oleh air mata, ia ingat terakhir kali menangis karena di tinggal keluar negri dan di putuskan begitu saja oleh sang kekasih dan kejadiannya sudah bertahun-tahun yang lalu. Jika dulu ia menangis karena sakit hati, sekarang Arsen menangis karena mengkhawatirkan gadis kecil yang status nya merupakan anak dari guru nya dan adik dari sahabat nya.
Seorang gadis kecil yang membuat nya kagum selama bertahun-tahun, namun tak sedikitpun keinginan atau harapan Arsen untuk memiliki gadis itu karena ia sadar diri dan paham betul jika gurunya pasti mencari menantu yang paham agama dan tentu nya berstatus gus juga. Bukan seperti dia yang hanya santri biasa dan tidak sempurna agama nya.
Di tengah-tengah lamunan nya itu, seseorang duduk di samping Arsen dan menepuk bahu nya pelan membuat laki-laki tampan itu langsung menghapus air mata nya. Kyai hafidz tersenyum tipis,
"Nak, semua yang terjadi adalah takdir sang pencipta. Abah tidak menyalahkan siapapun termasuk kamu, apapun yang telah terjadi pada Ila adalah takdir Nya. Tugas kita hanya istiqomah dan bersabar menghadapi semuanya," ucap Kyai Hafidz menasehati anak asuhnya itu.
Arsen hanya mengangguk pelan tak sanggup menatap wajah sang guru.
"Lek, di kuatno iman mu. Ojo sampe kejadian iku ke ulang meneh,"
"Nggih bah,"
Arsen tersenyum getir saat bayang-bayang masa lalunya kembali dimana dulu ia begitu frustasi sampai masuk psikolog berkali-kali karena di tinggal wanita yang sudah menjadi separuh dari hidupnya. Wanita yang membantu nya melewati masa-masa sulit, wanita yang selalu menjadi pendengar yang baik, wanita yang tau kekurangan Arsen, wanita yang mengajarkan Arsen arti kehidupan yang sesungguhnya dan wanita yang ia pikir akan menjadi cinta terakhirnya.
5 tahun bukanlah waktu yang singkat untuk keduanya saling mengenal satu sama lain dan berbagi kebahagiaan, kehidupan Arsen terasa sempurna dengan keberadaan nya, ia tak lagi memikirkan tuntutan keluarga nya yang menginginkan Arsen menjadi seorang dokter. Tidak, Arsen sangat benci dengan rumah sakit dan semua hal yang terkait dengan nya. Ia terpaksa mempelajari ilmu kedokteran di usianya yang masih muda hanya demi memenuhi ambisi orang tua nya bahkan ia sampai melupakan keadaan mentalnya.
Hidupnya terasa suram selama bertahun-tahun namun seorang gadis cantik datang ke hidupnya dan merubah pandangan Arsen terhadap dunia, ia membuat Arsen berpikir jika hidup ini miliknya dan dia yang harus menentukan hidupnya sendiri tanpa campur tangan orang lain.
"Hidup ini milik lo, cuman lo yang berhak nentuin hidup lo mau kaya apa Ar. Intinya lo ngga perlu berusaha terlalu keras untuk memuaskan keinginan orang lain, cukup jadi diri lo sendiri dan hidup dengan bebas,"
"Din gue--"
"Sesulit apapun dan sehancur apapun lo nanti, gue siap jadi obat buat semua sakit yang lo punya."
"Cari gue dan jadiin gue rumah buat lo pulang,"
Percakapan mereka kala itu, kedua insan yang tengah di mabuk asmara itu terpaksa berpisah karena ada tembok besar yang menuntut keduanya untuk menjauh. Awal nya berat memang, kehilangan seseorang yang menjadi alasan nya bertahan hidup, bahkan Arsen pernah hampir bunuh diri dengan melompat dari atas jembatan namun untung nya tuhan masih memberi Arsen kesempatan untuk memperbaiki hidupnya.
Sampai akhirnya ia di pertemukan dengan Kyai Hafidz, seorang laki-laki paruh baya yang membuat hidup Arsen kembali terarah lagi. Bahkan saking mengabdi nya Arsen rela kabur dari rumah dan menetap di pesantren milik sang guru lalu di angkat menjadi khodam ndalem, tak lama setelahnya menjadi khodam pribadi Raden.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alkazhai dan senja nya
Teen FictionMuhammad Raden Alkhazai, seorang Gus tampan yang memilih jalan hidupnya sendiri menjadi ketua gang motor. Menentang ayah nya yang statusnya ialah seorang kyai, meskipun begitu sekalipun Raden tak pernah berlaku kasar pada sang ayah karena agama yang...