Di dalam kamar bernuansa biru itu, Kinan duduk di atas kasur sembari melihat-lihat isi kamar Ila yang menurutnya sangat cantik dan rapi. Bahkan banyak foto-foto kecil Ila dan Raden yang terpajang jelas di dinding, Kinan sesekali tersenyum melihat foto masa kecil Raden yang menurutnya sangat lucu itu.
Di tengah-tengah kekaguman nya itu tiba-tiba tatapan mata Kinan tertuju pada sebuah buku kecil berwarna ungu yang ia yakini sebagai buku diary milik sang adik ipar. Kinan memutuskan untuk mengambilnya karena dia penasaran, baru saja membuka halaman pertama ia langsung meletakkan nya kembali saat mendengar suara pintu di buka.
"Kakak ngapain?" tanya Ila sembari berjalan menghampiri gadis cantik itu.
Kinan hanya menggeleng pelan, "Ngga ada, cuma kagum aja sama kamar Ila yang rapi dan bagus," puji Kinan.
"Abang yang hias kamar Ila," balasnya dengan muka polos, jujur saja Kinan terkejut. Di banding dengan kamar suaminya itu, kamar Ila sangat-sangat cantik. Kenapa Raden tidak menghias kamarnya juga? Batin Kinan heran.
"Oh ya?" tanya Kinan terkejut, Ila pun mengangguk sebagai jawaban Iya.
"Abang emang rajin banget cuman ya kadang-kadang aja hahaha," ucap Ila menertawakan kelakukan abang kandung nya itu, Kinan pun ikut tertawa karena ucapan adik iparnya itu yang pastinya bukan sebuah kebohongan belaka.
"Tapi serius kak, abang tuh kalo lagi rajin ya rajin banget, kalo lagi baik ya baik banget, kalo lagi ngeselin ya ngga ketolong. Pokoknya abang tuh kaya bunglon sifatnya, berubah-ubah ngga jelas,"
"Asal kakak tau abang tuh ngga pernah deket sama cewe, tapi sekali nya deket eh tau-tau udah nikah,"
"Aneh kan?" tanya Ila, ia jadi heran saat mengingat-ingat sifat aneh abang nya itu yang entah nurun dari siapa.
"Jadi abang kamu tuh sekali pengin sesuatu, langsung dia dapet. Gitu?" tanya Kinan berusaha memastikan, Ila hanya mengangguk pelan.
"Kok bisa ya La?"
"Jalur langit kak," balas Ila enteng, Kinan mengernyit tak paham dengan ucapan gadis kecil itu.
"Maksud kamu semacam pelet atau santet gitu? Jadi abang kamu main nya dukun dong?" tanya Kinan yang pikiran nya sudah kemana-mana.
Ila tersenyum dan menepuk kening nya seakan mengatakan jika Kinan ini lemot sekali. "Bukan gitu kakak cantik, maksudnya tuh melakukan amalan-amalan kaya dzikir, solat tahajud atau ibadah sunah lainnya untuk meminta sesuatu kepada Allah," jelas Ila.
"Jadi kaya merayu Allah gitu?" tanya Kinan yang mulai paham dengan penjelasan Ila itu.
"Iya, tapi anehnya doa abang tuh selalu terkabul. Ila pernah denger abang pernah doa kalo dia mau langsung di pertemukan dengan wanita lauhul mahfudz nya dan jadi kenyataan, abang sekarang udah jadi suaminya kak Kinan,"
"Kadang Ila iri tapi kata abang caranya cuman satu, berdoa dengan sungguh-sungguh dan niatnya berdoa itu lillahi ta'ala bukan karena hal lain. Harus sabar juga karena butuh proses jadi Ila lagi berusaha mengikuti saran dari abang," curhat Ila.
Kinan tersenyum gemas melihat tingkah lucu adik iparnya ini, pantas saja di dalam buku diary Ila tadi Kinan sempat membaca suatu kalimat yang membuatnya senyum-senyum sendiri. Mau tau apa kalimat nya?
°Ya Allah kalo kak Arsen bukan jodoh Ila maka jadikan lah Ila jodoh nya kak Arsen dan kalo ngga bisa tolong di pikir-pikir lagi ya Allah, ila pengin nya sama kak Arsen. Kali ini ila sedikite
maksa, ngga papa kan ya Allah?°Siapa yang tidak senyum-senyum sendiri melihat gadis sekecil Ila sudah berani mengagumi laki-laki bahkan memperjuangkan nya dalam doa? Tadi juga Kinan sempat melihat penggalan surat yusuf ayat 4 di dalam buku diary Ila, bahkan dia juga melihat doa agar mendapatkan jodoh yang diinginkan tertulis di dalam buku itu. Haishh, Ila ini sudah seperti orang dewasa saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alkazhai dan senja nya
Teen FictionMuhammad Raden Alkhazai, seorang Gus tampan yang memilih jalan hidupnya sendiri menjadi ketua gang motor. Menentang ayah nya yang statusnya ialah seorang kyai, meskipun begitu sekalipun Raden tak pernah berlaku kasar pada sang ayah karena agama yang...