Salting?

7.3K 563 26
                                    

Kinan terus berlari menelusuri jalan agar cepat sampai di rumah milik suami nya itu, sepanjang jalan ia terus menyumpah serapahi Reza karena perbuatan nya tadi yang ingin memperkosa gadis itu. Sesampai nya di rumah, Kinan segera membuka pintu dan kembali menutupnya namun karena tidak fokus kepala nya menabrak dada bidang seseorang.

Dugh!

"Aww," ringis nya sembari memegang kening yang kejedot tadi.

"Hey sayang, kenapa lari-lari hmm?" tanya Raden heran, tanpa menjawab apapun gadis itu langsung memeluk tubuh suami nya erat dan menyembunyikan wajah nya di dada bidang milik suami nya itu.

Raden mengusap puncak kepala Kinan pelan dan sesekali menciumnya. "Are you okay?" tanya Raden lembut, Kinan hanya membalas nya dengan anggukan pelan.

"Hah iya udah, ayo siap-siap!" ucap Raden tiba-tiba, tentu saja membuat gadis itu mengernyit heran.

"Mau kemana?"

"Ke rumah Lo, kata nya kemarin setelah nginep disini Lo mau nginep di rumah Lo?" Jelas Raden berusaha mengingatkan Kinan, gadis itu langsung paham dan mengangguk.

"Ah iya, bentar gue ambil tas dulu," Baru saja Kinan akan pergi namun langkah nya langsung di hentikan oleh Raden.

"Nah itu yang di tangan Lo apa?" tanya Raden, otomatis Kinan langsung mengarahkan pandangan nya pada lengan nya.

"Tas,"

"Nah udah kan? Ayo!" ajak Raden, tanpa basa-basi ia menarik lengan Kinan agar mengikuti nya keluar. Tak lupa terlebih dahulu ia mengunci pintu rumah karena takut ada maling atau apapun itu, setelah nya Raden mengambil mobil yang berada di parkiran dan menghentikan mobilnya tepat di depan Kinan.

Raden membuka pintu mobil dan tersenyum, "Silahkan masuk tuan putri," ucap nya membuat kedua pipi Kinan memerah.

"Apaan sih? Gue bisa sendiri ya," kesal Kinan lalu duduk di samping Raden buru-buru, ia tidak mau melihat wajah suami nya saat ini karena ia sudah tau pasti ujung-ujung nya salting lagi.

Raden hanya menggelengkan kepala nya pelan lalu kembali fokus menyetir, sepanjang perjalanan tak ada obrolan sama sekali hingga membuat suasana di dalam mobil sangat hening hanya ada suara mesin saja. Di tengah perjalanan, Raden tiba-tiba menggenggam tangan Kinan dan mengelusnya pelan tanpa melihat ke arah Kinan.

'Kenapa lagi makhluk ini ya allah?' batin Kinan frustasi.

"Nan," panggil nya.

'Nah tuh, pertanda buruk. Jangan biarkan jantung ku berdisco lagi ya allah,' batin Kinan sembari menutup kedua mata nya.

"Nan?" panggil Raden lagi, Kinan langsung membuka mata nya dan menatap Raden yang juga tengah menatap nya.

"Lo ngga papa?"

'Ngga! Gue hampir sekarat gara-gara Lo,' umpat Kinan dalam hati.

"Kinanan?"

"A--ah iya ngga papa," balas Kinan, ia langsung melepaskan genggaman tangan Raden dari nya.

"Kenapa?"

"Kan gue bilang ngga papa," balas Kinan lagi.

"Bukan itu, kenapa di lepas?" tanya Raden, ia menyetir namun juga memperhatikan Kinan.

"A--ah itu panas," balas Kinan, Raden di buat kebingungan dengan jawaban gadis itu. Sudah jelas di atas kepala Kinan terdapat 2 Ac dan kaca mobil juga di buka separuh, apa nya yang panas? Namun daripada memperpanjang nya, Raden lebih memilih untuk mengiyakan ucapan Kinan tadi.

Selang beberapa menit kemudian...

"Nan," panggilnya lagi, Kinan hanya menoleh sebentar lalu kembali menatap lurus ke depan.

Alkazhai dan senja nyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang