Praktik Fathul izar?

14.4K 1K 81
                                    

Kedua gadis itu asik bercanda, menghabiskan waktu bersama untuk saling mengenal lebih jauh. Sesekali Ila mengadukan kelakuan abang nya dulu pada Kinan, gadis itu pun hanya bisa menanggapi ucapan Ila dengan senyuman dan anggukan kecil.

"Emang kenapa abang kamu bisa jadi berandalan gitu?" tanya Kinan penasaran, Ila terdiam membuat Kinan heran.

"La, kakak salah ngomong ya?" lirih Kinan, ia merasa ucapan nya menyinggung gadis cilik itu.

Ila tersenyum dan menggeleng pelan. "Bunda,"

"Bunda? Maksudnya bunda Ila? Emang bunda Ila kenapa?" tanya Kinan lagi, ia semakin penasaran dengan hal itu.

"Bunda--"

"Yang berhak menjawab adalah gue, karena gue suami lo." ucap Raden yang baru saja tiba, ia tidak mau Kinan mendengar cerita pilu itu dari mulut orang lain selain diri nya. Meskipun pernikahan itu tidak di rencanakan atau terbilang mendadak namun Raden masih mempunyai tanggung jawab sebagai seorang suami, jadi dia pikir Kinan harus mendengar langsung dari mulutnya.

Kinan terdiam, jantung nya berdebar tak karuan. 'Apa? Suami? Jadi kemarin dia beneran nikahin gue? Tapi kenapa? Apa alasan nya? Gue pikir cuman candaan,' batin Kinan, pertanyaan itu terus berputar di otaknya.

Raden menghampiri Ila dan membisikkan sesuatu, gadis cilik itu tersenyum sumringah mendengar bisikan dari sang kakak. "Yess--"

"Syutt, jangan berisik," peringat Raden, gadis kecil itu pun mengangguk.

"Semangat bang, muachh," ucap Ila lalu mencium pipi sang kakak, meskipun terhalang cadar namun Raden tetap bisa merasakan hangatnya ciuman dari adik kecilnya itu.

Ila pun langsung bergegas pergi, melihat Kinan yang masih sibuk dengan pikiran nya itu pun Raden langsung naik ke atas ranjang dan menghampiri istri cantik nya itu. Raden tersenyum tipis. "Sekarang kalo gue natep lo gini ga akan jadi dosa Nan, tapi malah jadi pahala,"

Merasa ada sesuatu yang aneh, Kinan pun menoleh. Betapa terkejutnya ia saat melihat wajah Raden sudah sangat dekat dengan nya, Kinan langsung menutup mata membuat Raden menahan senyum nya.

"Lo ngarep di cium sama gue?" tanya Raden, gadis itu membuka mata nya. Netra kedua nya bertemu, Raden sengaja menatap lekat mata abu-abu milik sang istri untuk menguji nya dan benar saja. Baru beberapa detik pipi Kinan sudah memerah.

Raden tak bisa menahan tawa nya lagi, ia langsung menjauhkan wajahnya dari Kinan. "HAHAHA, blush on alami ya Nan?" ledek Raden membuat pipi Kinan semakin memerah.

Buk!

"Apa sih lo??" kesal Kinan sembari memukul tubuh Raden dengan bantal, Raden berusaha menghindar namun Kinan tetap mengejar dan memukulkan bantal itu ke tubuh Raden.

Kedua nya berlari-lari mengelilingi ruangan itu, pikiran jail Raden tiba-tiba muncul. Ia mengunci pintu kamar dan menindih tubuh Kinan, gadis itu terkejut bukan main. Ia berusaha melepaskan diri dari laki-laki tampan yang kini sudah sah menjadi suaminya namun kekuatan laki-laki itu terlalu kuat hingga membuat Kinan tak berdaya.

Beberapa saat kemudian...


Keringat bercucuran membasahi tubuh Kinan, ia lelah. Sangat lelah namun Raden tak mau berhenti dan terus bermain, meskipun Kinan sudah menyuruhnya untuk berhenti namun karena Raden belum puas ia tetap melanjutkan permainan nya dan seakan tak peduli dengan Kinan yang sudah merengek kesakitan.

"Ahh Raden udah, sakitt,"

"Tubuh gue merinding,"

"Raden bangke,"

Alkazhai dan senja nyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang