Humaira?

7.2K 550 28
                                    

***

Happy reading guys, ramein lagi yuk.




Fiza pun kembali ke ruang tamu untuk menemui sang guru, abah langsung tersenyum dan mempersilahkan Fiza untuk duduk ke tempat nya semula setelah itu abah merangkul pundak Fiza pelan.

"Sudah khatam?" tanya abah.

"Alhamdulillah sudah Kyai," balas Fiza di iringi senyum manis nya.

"Oh iya Kyai, dimana Ning Liza? Saya sudah lama tidak bertemu dengan nya," Fiza pun mengungkapkan pertanyaan yang sedari tadi mengganggu nya.

"Ahh anak itu memulai hidupnya sendiri, dia bilang tidak boleh ada yang mengganggu nya karena dia ingin menjadi anak yang mandiri," balas abah bohong, tidak mungkin ia mengatakan hal buruk tentang anak perempuan nya meskipun hal itu merupakan sebuah fakta yang tidak bisa di elak kan.

"Apa Liza bekerja di luar negri?" tanya Fiza.

"Tidak, dia masih di indonesia. Namun jarang pulang karena sibuk," balas Umi, Fiza hanya membalas nya dengan anggukan pelan.

"Lalu perempuan tadi.."

"Ah pasti Lo liat Kinan pas lagi ke kamar mandi?" tebak Ivan.

"Iya, siapa dia?" tanya Fiza penasaran,

"Adik gue," balas Ivan singkat namun mampu membuat Fiza terkejut.

"Hah? Adik kamu? Berarti.."

"Iya dia putri bungsu saya," balas abah menjawab pertanyaan yang memutar di kepala Fiza.

"Saya tidak tau jika Kyai mempunyai putri lagi selain Liza,"

"Iya karena saat kamu mondok disini Kinan masih di dalam kandungan, Ivan saja masih kecil," balas abah.

"Loh emang dia umur berapa bah?" tanya Ivan heran, pasalnya laki-laki itu kelihatan lebih muda dari nya.

"29 tahun," balas Fiza.

Uhuk! Uhuk!

Saking kaget nya Ivan sampai tersedak air liur nya sendiri, bagaimana bisa umur nya sudah hampir mencapai kepala 3 namun wajah nya masih sangat muda? Apa dia memakai semacam susuk atau apalah itu? Pikir Ivan.

"Jadi dia 10 tahun lebih tua dari gue dong?" tanya Ivan yang di balas anggukan oleh abah, umi dan Fiza itu sendiri.

Brak!

Semua terkejut saat Ivan tiba-tiba tak sadarkan diri, apa dia sedang bercanda? Umi langsung menepuk-nepuk pipi Ivan berusaha menyadarkan nya namun tak ada reaksi apapun dari laki-laki itu membuat mereka khawatir.

"Van nyapo kyo ngene toh? Ojo guyonan! Ga lucu!" teriak Umi khawatir.

"Van umi khawatir ki Loh,"

"Sebaiknya kita pindahkan ke kamar saja Kyai, bu nyai," saran Fiza yang langsung di balas anggukan oleh mereka.

Dengan sigap Fiza menggendong tubuh Ivan dan membawa nya ke kamar diikuti abah di belakang, saat di pertengahan jalan tiba-tiba ia berpapasan dengan Kinan yang saat itu juga akan pergi ke ruang tamu. Tatapan kedua nya bertemu dan saat itu juga jantung Fiza terasa berhenti berdetak, namun ia segera masuk ke kamar milik Ivan mengingat kondisi laki-laki itu.

Setelah membaringkan tubuh Ivan di kasur, Fiza lanjut mengambil minyak kayu putih lalu menghirupkan nya ke hidup Ivan tujuan nya agar laki-laki itu cepat sadar. Tak butuh waktu lama kedua kelopak mata Ivan pun mulai membuka,

"Alhamdulillah," ucap mereka lega.

"L--lo..?" setelah mengucapkan kalimat itu sembari menunjuk Fiza laki-laki tampan itu kembali tak sadarkan diri

Alkazhai dan senja nyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang