Mereka?

11.5K 708 23
                                    

***

Di sisi lain, tepatnya di sebuah bar yang lumayan ramai terlihatlah seorang gadis cantik berambut sebahu dengan pakaian feminim tengah memegang segelas kecil amr sembari melihat-lihat foto seorang laki-laki yang ia simpan di galeri nya. Laki-laki tampan yang berpakaian layaknya seorang santri tengah tersenyum hingga membuat kedua mata nya membentuk bulan sabit.

Gadis itu tersenyum, tersenyum karena setelah sekian lama akhirnya ia bisa bertemu kembali dengan laki-laki yang ia cintai namun sesaat setelah nya senyum itu kembali pudar saat gadis itu baru tau jika laki-laki yang di cintai nya ternyata telah menikah dengan adik kandung nya sendiri.

"Kenapa harus selalu Kinan yang beruntung?"

"Kenapa harus selalu Kinan yang menang?"

"Dia cantik, pintar, di sayang abah, di sayang Ivan, multitalent, Terkenal, Kenapa semua nya harus dia?"

"Setelah ngorbanin keluarga gue demi dia, apa sekarang gue juga harus ngorbanin cinta gue buat dia?"

Prank!!

"Aishh sial!" umpat nya, ia membanting segelas amr itu ke lantai hingga membuat nya berserakan dimana-mana.

"Kenapa sih Za, tumben lo gini?" tanya seorang perempuan pelayan bar itu, ia merupakan satu-satu nya sahabat Liza dan orang yang paling dekat dengan Liza.

Liza menghela nafas kasar. "Kenapa dunia selalu berpihak sama cewe sialan itu sih Ren?"

Wanita bernama Rena itu tersenyum lalu mengelus punggung Liza pelan, "Kali ini lo ngga boleh ngalah sama dia, rebut selagi lo bisa," saran nya.

Liza berpikir sebentar, apa dia harus melakukan hal yang di sarankan oleh sahabat nya? Tapi dia paham betul jika laki-laki se alim Raden tidak akan mungkin tergoda oleh rayuan nya, lagian mereka juga sudah menikah. Mungkinkah Liza bisa memisahkan kedua insan yang tengah kasmaran itu?

"Gue ngga yakin Ren, gue tau Raden orang nya kaya apa. Dia ngga segampang itu kegoda sama rayuan gue," ucap Liza putus asa, sepertinya berjuang pun tidak ada guna nya. Jika laki-laki lain mungkin Liza masih bisa mengatasi nya, namun jika Raden seperti nya akan sia-sia.

"Kalo di goda ngga mempan, pake cara yang lebih licik," ucap Rena sembari tersenyum sinis, Liza mengernyit heran. Apa yang di maksud Rena dengan cara yang lebih licik?

Rena membisikkan sesuatu di telinga nya, gadis itu hanya mengangguk dan tersenyum. Seperti nya ide dari sahabat nya itu tidak terlalu buruk, ia bisa mencoba nya meskipun ia tidak yakin itu akan berhasil atau tidak.

"Boleh juga," gumam nya.

"Ya udah sekarang lo ngga boleh galau-galau lagi, mending minum biar pikiran lo tenang," rayu Rena.

"Oke, gue pesen 3 botol lagi," balas Liza, entah lah dia hanya ingin menenangkan pikiran nya sejenak.

"Itu baru sahabat gue,"


***

Allahu akbar... Allahu akbar....


Mendengar suara adzan, seorang laki-laki yang tengah terbaring lemas di atas kasur pun terbangun. Ia bimbang antara ingin melaksanakan solat asar atau tidak, ketika hati nya berkata iya namun tubuh dan pikiran nya menolak. Akhirnya dia kembali memejamkan mata nya, baru beberapa menit berlalu tiba-tiba...

Tok! Tok! Tok!

"Bang solat, udah asar," Suara lembut seseorang dari balik pintu membuat nya kembali terbangun.

"Bang.."

"Masuk mi, ngga di kunci," Ivan berusaha mengeraskan suara nya agar sang ibu mendengar.

Pintu di buka, seorang wanita berpakaian muslimah itu masuk dan menghampiri putra nya yang masih terbaring lemas di sana. Umi mengusap kepala Ivan pelan membuat laki-laki itu tersenyum, sungguh rasa nya ia sangat merindukan saat-saat seperti ini.

Alkazhai dan senja nyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang