Liza terkejut bukan main, apakah hal yang ia lihat di depan nya benar-benar nyata? Adik perempuan satu-satu nya itu menikah dengan laki-laki yang ia sukai, Liza tertawa pelan seakan tak percaya.
"Kinan? Gue ga salah liat?" kekeh nya, Kinan mengernyit heran. Apa maksud kakak nya itu?
"Kak, lo udah nemuin abah?" tanya Kinan.
"Udah tadi,"
"Syukurlah, abah kangen banget sama lo soalnya,"
"Kok lo nikah ga ngundang-ngundang sih? Nikah nya sama Raden lagi," kekeh Liza.
"Lo kenal dia?" tanya Kinan, mendapat pertanyaan konyol dari adiknya membuat Liza memutar bola matanya malas.
"Jelas lah, pengganti Ivan kan? Gus yang kabur dari pondok, rumor nya sih gara-gara ibu nya meninggal."
Kinan beralih menatap sang suami, "Bener Den?" tanya Kinan yang di balas anggukan oleh nya,
"Yang dulu pernah G--"
Mendengar perkataan Liza membuat Raden refleks menatap nya tajam, tatapan nya seakan ingin membunuh gadis itu saat ini juga. Liza kembali tertawa, "Tenang Den, gue ga akan buka aib lo di depan Kinan kok. Ngga usah khawatir," kekeh Liza.
"Tutup mulut lo!" tegas Raden.
"Kaya nya suami lo marah sama gue Nan, ya udah gue balik dulu. Semoga bisa bertemu lagi," sinis nya.
Setelah itu Liza pun pergi, sebelum pergi ia menatap wajah Raden sebentar namun laki-laki itu tak memperdulikan nya sedikitpun. Usai Liza pergi, Kinan melepaskan pelukan Raden dari nya. Ia langsung pergi entah kemana, takut istri nya itu salah paham Raden pun segera menyusul Kinan.
Kinan masuk ke dalam sebuah ruangan yang berbau wangi itu, ya ruangan tempat abah nya di rawat. Kinan tersenyum kala melihat sang abah tengah memejamkan mata nya sembari memegang tasbih untuk berdzikir, Kinan mendekati sang abah dan mencium punggung tangan abah nya.
Abah membuka mata nya menatap putri tercinta nya itu, ia tersenyum. "Suamimu mana?"
Pertanyaan itu membuat Kinan terdiam, tiba-tiba Raden datang dan langsung mencium tangan ayah mertua nya itu. "Iki sing arane Raden toh?"
"Nggih bah,"
"Ngganteng ndok," puji Kyai Ahmad membuat laki-laki tampan itu tersenyum.
"Maaf atas kejadian semalam, saya benar-benar terpaksa menikahi putri abah dengan cara yang tidak baik," lirih Raden, ia merasa tak enak kepada ayah mertua nya.
"Lah nyapo? Tujuan mu apik kok,"
Raden mendongak, ia sempat berpikir jika ayah mertua nya itu akan memarahi nya namun ternyata dugaam nya salah. Kyai Ahmad menepuk kedua bahu Raden dan menatap nya sembari tersenyum, "Koe iki cah apik, cah bagus. Ora mungkin nggawe keputusan lek ora di pikir sing mateng, abah percoyo,"
"Kenapa abah bisa mutusin gitu? Kinan aja ga tau gimana sifat dia apalagi masa lalu nya," sahut Kinan.
Raden yang tadi nya tersenyum langsung murung, 'Pake ngode lagi tuh bocah, pasti gara-gara tadi,' batin Raden.
Abah tersenyum. "Sini nak," Kinan pun langsung mendekat namun ia masih tidak mau menatap wajah sang suami.
"Kenapa? Ada masalah?" tanya abah lembut sembari mengusap puncak kepala Kinan pelan.
"Bah, boleh ga sih suami itu rahasiain masa lalu nya? Bukan nya harus terbuka ya sama istri nya?" tanya Kinan.
'SINDIR terus Nan, gue gapapa kok sumpah,' batin Raden.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alkazhai dan senja nya
Teen FictionMuhammad Raden Alkhazai, seorang Gus tampan yang memilih jalan hidupnya sendiri menjadi ketua gang motor. Menentang ayah nya yang statusnya ialah seorang kyai, meskipun begitu sekalipun Raden tak pernah berlaku kasar pada sang ayah karena agama yang...