Semua nya terdiam mendengar setiap kata yang di lontarkan gadis cilik itu, mungkin semua orang menganggapnya sebagai sebuah candaan belaka namun anak kecil tidak mungkin berbohong tentang perasaan mereka. Abah menekuk kaki sebelah kanan nya untuk menyamakan tinggi badan nya dengan putri kecilnya itu, perlahan tangan nya mengusap pipi Ila yang tertutup cadar hitam.
"Kalo Ila beneran cinta sama kak Arsen, doakan dia. Meskipun kak Arsen lebih dewasa dari Ila, tapi kalo sudah jodoh meskipun sejauh subuh ke isya maka Allah akan dekatkan," nasihat abah pada putri semata wayang nya itu.
Ila tersenyum dan memeluk tubuh abah nya yang sudah menua di gerogoti usia, "Ila pasti akan selalu inget ucapan abah," balas nya lembut, ia sangat menyayangi laki-laki paruh baya yang menjadi cinta pertama nya itu.
"Ini baru putri abah," ucap abah lalu mencubit pipi Ila pelan membuat gadis itu mengaduh kesakitan namun kembali tertawa pelan.
Raden dan Kinan pun ikut tersenyum melihat kedekatan mereka, jujur saja jauh di dalam lubuk hati Raden ia sangat iri melihat kedekatan adik perempuan nya dengan sang abah. Saat kecil ia tidak dengan abah nya, ia hanya dekat dengan sang bunda hingga akhirnya ketika sang bunda di ambil kembali oleh sang pencipta Raden menjadi gila dan tak terkontrol.
'Bunda apa kabar di sana?' batin nya, tiba-tiba saja ia kembali merindukan bunda nya.
Raden menoleh ketika merasakan sebuah sentuhan hangat di tangan nya, hati nya terasa bergetar kala melihat senyuman indah milik sang istri yanh selalu menghiasi hari nya. Ia merasa bersyukur karena setelah kehilangan wanita yang teramat berarti dalam hidupnya, kini Allah mengganti nya dengan gadis cantik yang akan menemani proses hijrah nya.
Ceklek!
"Asalamualaikum,"
Suara berat seseorang berhasil membuat drama di ruangan itu berakhir, Ila langsung bersembunyi di balik tubuh abah nya saat mengetahui pria yang berdiri di ambang pintu itu sedangkan abah, Raden dan Kinan hanya bisa tersenyum melihatnya.
"Waalaikumsalam Ar," balas Abah, melihat sang guru di sana Arsen pun langsung mencium punggung tangan kyai Hafidz.
"Ning," sapa Arsen pada gadis kecil itu, tanpa di sadari Ila tersenyum malu di balik cadar nya.
"Jangan di senyumin Ar, kasihan. Nanti pingsan," sindir Raden, ia pun mendapat tatapan tajam dari sang adik.
Arsen mengernyit bingung, apa yang di maksud oleh sahabat nya itu? Di sela-sela kebingungan nya, tiba-tiba seseorang kembali masuk membuat perhatian mereka teralihkan ke pintu. Terlihat seorang gadis cantik berambut pendek tengah tersenyum menatap Raden, sedangkan yang di tatap langsung menundukkan pandangam nya.
"Kak Liza?" gumam Kinan, ia langsung mengeratkan genggaman tangan nya membuat Raden tersenyum salting dan ikut mengeratkan genggaman nya.
"Halo semuanya, saya Liza. Kakak kandung nya Kinan," ucao Liza tiba-tiba memperkenalkan diri, abah hanya tersenyum dan mengangguk begitu pula dengan Arsen namun Ila malah menatap gadis itu dengan tatapan tajam.
"Kak Arsen ngga boleh deket-deket sama dia, bukan muhrim," tegas Ila, Arsen yang mendapat perintah dari sang ning pun akhirnya langsung menjauh menghampiri Raden.
"Adik gue cemburu tuh," gumam Raden, namun sedari tadi Arsen masih tak paham dengan hal yang sedang terjadi.
"Kakak ngapain kesini?" tanya Ila, Liza pun menunduk untuk melihat lawan bicara nya itu.
"Mau jenguk adik ipar kakak, emang ngga boleh?" tanya Liza, sebenarnya ia kesal dengan gadis kecil di hadapan nya ini. Menurutnya Ila begitu cerewet untuk ukuran anak kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alkazhai dan senja nya
Teen FictionMuhammad Raden Alkhazai, seorang Gus tampan yang memilih jalan hidupnya sendiri menjadi ketua gang motor. Menentang ayah nya yang statusnya ialah seorang kyai, meskipun begitu sekalipun Raden tak pernah berlaku kasar pada sang ayah karena agama yang...