Kinan benar-benar di buat terkejut dengan keberadaan Raden di sana, tak ada yang bisa ia lakukan selain diam sembari menunduk. Raden mengernyit. "Lo nguntit gue?"Pertanyaan itu membuat Kinan refleks mendongak, ia menggeleng cepat. "Ngga, gue ngga sengaja lewat. Gue ngga ada niatan buat ngin--"
"Nan," panggil seseorang membuat gadis itu menoleh.
"Lo ngapain disini? Nyasar?" heran Arsen,
"Itu Sen, gue ngga sengaja kesini. Tapi dia--"
Kinan menghentikan ucapan nya kala tak melihat laki-laki tadi disana, kemana dia? Gadis itu membuka pintu kamar nya sedikit, ia terheran-heran kala melihat Raden masih melakukan solat. Bukankah tadi...?
Arsen langsung menutup pintu kamar Raden. "Jangan di ganggu Nan, Ketua lagi solat," ucap Arsen.
"Tapi tadi--"
"Lo mau ke toilet kan? Ayo gue anter,"
"Tapi Sen, tadi dia--"
"Udah ayo," ajak Arsen, ia pun pergi duluan. Kinan menatap pintu kamar itu sebentar lalu pergi menyusul sang sahabat.
Diam-diam Raden mengukir senyum tipis nya, perasaan nya sedikit aneh setiap kali bertemu dengan Kinan namun ia berusaha untuk menghilangkan perasaan itu. Ia tidak mau keimanan nya hilang gara-gara seorang wanita, tangan kekarnya meraih tasbih yang tergeletak di atas nakas nya.
Raden mulai melantunkan dzikir memuji nama Allah. "Ya Allah, jika dia membuatku semakin dekat dengan mu. Maka satukanlah kami dalam garis takdir yang telah di tentukan,"
***
Jam menunjukan pukul 00.15 namun Kinan masih asik bercanda tawa bersama para anggota Savero, mendengar suara tawa yang semakin lama semakin keras membuat Raden mulai terganggu. Ia meletakkan Al-qur'an yang sedari tadi ia genggam ke atas nakas, tak lupa menciumnya.
Raden melipat sajadahnya dan pergi keluar kamar mencari asal suara itu. "Astaghfirullah," gumam Raden kala melihat Kinan di kelilingi puluhan laki-laki itu.
"Lagi apa? Maksiat?" tanya Raden to the point, mereka yang tadinya sedang tertawa pun refleks terdiam sembari menatap wajah Raden yang datar.
"Ngga ketua, kita cuma--"
"Gue ngga mau tempat yang gue bangun susah payah malah jadi tempat buat maksiat," potong Raden.
Kinan menghampiri Raden, namun laki-laki itu malah menjauh. "Maaf, gue lagi jaga wudu,"
Kinan menghela nafas pelan, tadi nya ia ingin menenangkan Raden namun melihat sikap nya itu membuat Kinan mengurungkan niat nya dan kembali duduk.
"Siapa yang nyuruh lo duduk di situ lagi?" Kinan terdiam dan menoleh.
"Duduk di sana," ucap Raden sembari menunjuk kursi yang kosong.
Tak bisa menolak, Kinan pun hanya bisa pasrah dan mengikuti kemauan laki-laki itu. Masih dengan posisi nya tadi, kini Raden beralih anggota nya itu datar.
"Sen,"
"Iya den?"
"Lo tau kan hukum nya berdekatan dengan wanita yang belum mahrom?"
"Tau,"
"Terus kenapa lo diem aja? Lo ga ada niat negur mereka?" tanya Raden membuat Arsen terdiam, ia sedari tadi sibuk dengan hp nya dan tak memperdulikan apapun.
"Maaf den,"
"Karena hp lo jadi lupa segala nya? Emang ada apa di dalam hp itu? Cewe? Game?"
"Ada yang lebih penting dari teman-teman lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Alkazhai dan senja nya
Teen FictionMuhammad Raden Alkhazai, seorang Gus tampan yang memilih jalan hidupnya sendiri menjadi ketua gang motor. Menentang ayah nya yang statusnya ialah seorang kyai, meskipun begitu sekalipun Raden tak pernah berlaku kasar pada sang ayah karena agama yang...