Ia terus membisikkan butiran-butiran doa itu ke dalam sujudnya, tak bisa di bohongi jika hati nya benar-benar sangat tersentuh mendapat mimpi yang teramat menyeramkan sekaligus mulia itu. Raden bangkit dari sujudnya dan memutuskan untuk mengambil wudhu, ia berniat untuk solat taubat agar hatinya menjadi tenang.
Raden terus melaksanakan solat berpuluh-puluh rakaat, ia tidak akan berhenti sebelum hatinya menyuruhnya untuk berhenti. Hingga pada ke rakaat 62, kaki Raden sudah tak mampu berdiri lagi hingga akhirnya ia memutuskan untuk bersujud.
Ia berdoa sembari menangis, rasa penyesalan menghantam qolbu nya bertubi-tubi hingga ia merasakan sakit yang amat luar biasa.
"Maaf ya Allah," lirihnya dengan suara yang bergetar menahan tangis yang begitu hebat, mengingat betapa dulu ia sangat membenci sang pencipta dan melalaikan perintahnya.
'Mulut hamba sudah tak bisa berucap lagi saking besarnya kesalahan hamba, maka dengarkan suara hati kecil hamba ya Allah,'
'Dengarlah rintihan tulus nya, terimalah taubat dari hambamu yang kotor ini,'
'Kasihanilah hambamu yang lemah ini, maafkan lah kesalahan nya dan dosanya yang tak pernah bisa di hitung sebesar apa,'
'Maafkan hamba ya Allah,'
'Begitu banyak kesalahan hamba hingga solat 62 rakaat ini pun rasanya masih belum cukup untuk menebusnya,'
Raden bersujud dari jam 1 siang sampai jam setengah dua, selebihnya ia gunakan untuk berdzikir dan mendekatkan diri kepada Allah sedekat-dekat nya. Hingga akhirnya waktu asar telah tiba, Raden membuka matanya yang sedari tadi terpejam. Ia mengusap bekas air mata yang sedari tadi tak mau berhenti.
Kini pikiran Raden tertuju pada teman-teman nya di luar, apa mereka juga sudah melaksanakan solat zuhur tadi? Laki-laki itu pun memutuskan untuk mengeceknya, saat keluar dari ruangan pribadi nya para anggota Savero mengalihkan pandangan nya pada sang ketua.
Mereka terkejut, tentu saja. Bagaimana tidak? Wajah Raden kini benar-benar merah, kedua matanya pun sama dan bendul. Entah sedalam apa tangisan yang nya hingga membuat mata nya sampai membengkak seperti itu.
"Den, lo ga papa?" tanya Arsen khawatir, laki-laki itu menggeleng pelan.
"Anak-anak udah solat zuhur?"
Arsen menggeleng, sebenarnya ia juga belum solat zuhur.
"Lo juga belum?" tanya Raden lagi, Arsen kembali menggeleng.
"Ya udah, ayo solat asar. Udah adzan," ajak Raden membuat mereka terdiam, apa itu benar-benar ketua mereka?
Mereka tau Raden adalah seorang Gus, bahkan jika mereka melakukan kesalahan hukuman nya pasti tak jauh-jauh dari agama seperti hafalan Al-qur'an dan kitab lainnya namun yang membuat mereka terkejut adalah ketika Raden mengajak mereka solat berjama'ah karena ini baru pertama kali nya.
"Ayo pada ambil wudhu, gue yang imamin,"
Perintah Raden pun langsung di terima baik oleh para anggota nya meskipun awalnya mereka begitu terkejut, setelah mengambil air wudhu. Anak-anak Savero pun mengambil sajadah masing-masing dan menggelarnya, lalu mereka mulai mengisi saf yang sudah di sediakan.
Raden berdiri dan menyuruh mereka merapatkan saf nya. "Dan iqomat,"
"Gue ketua?" tanya Aidan terkejut, Raden hanya mengangguk.
"Ga usah pura-pura ga bisa kali Dan, lo kan yang paling jago iqomat disini," sindir Yanuar.
"Bang--"
"Jangan kotorin tempat yang udah suci ini dengan omongan lo," tegur Raden membuat Aidan terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alkazhai dan senja nya
Teen FictionMuhammad Raden Alkhazai, seorang Gus tampan yang memilih jalan hidupnya sendiri menjadi ketua gang motor. Menentang ayah nya yang statusnya ialah seorang kyai, meskipun begitu sekalipun Raden tak pernah berlaku kasar pada sang ayah karena agama yang...