3 hari berlalu, kondisi Raden sudah mulai membaik bahkan dokter sudah bisa mengizinkan nya untuk pulang. Karena bosan hanya tiduran di rumah sakit, Raden akhirnya memutuskan untuk pulang di bantu oleh Kinan dan Arsen. Kali ini Raden tidak ingin pulang ke markas, ia ingin menghabiskan waktu nya bersama Kinan, abah dan adik kecilnya di rumah nya.
Meskipun awalnya Kinan menolak dengan alasan dia juga ingin pulang ke rumah nya menemui abah, bunda dan kakak laki-laki nya namun Raden berjanji setelah beberapa hari menginap di rumah nya mereka akan pulang ke rumah keluarga Kinan.
Sepanjang perjalanan hanya terdengar suara candaan kedua pasangan itu, mereka asik bercanda tawa sambil sesekali bermain entah memainkan apa. Arsen pun sesekali melirik ke kaca dan tersenyum tipis melihat keromantisan sahabat nya itu meskipun sebenarnya dia iri dan ingin merasakan nya juga.
"Udah romantis-romantisan nya, kita udah sampe," tegur Arsen membuat kedua sejoli itu tertawa pelan.
Ila yang sedang membaca buku itu langsung belari keluar saat mendengar suara mobil kakak nya, saat pintu mobil terbuka Ila langsung memeluk pinggang kakak nya. Ya karena tinggi nya hanya sekitar bagian atas perut Raden, sedangkan yang mendapat pelukan hanya terdiam mematung.
"Abang kok wangi banget sih?" tanya Ila, ia heran karena tak biasa nya Raden memakai wewangian seperti ini.
"La, kamu ngapain?" tanya Raden yang baru keluar dari mobil sembari menggandeng tangan sang istri, Ila menoleh menatap sang kakak.
"Loh kalo kakak disitu terus ini---"
Ila membelalakan mata nya terkejut, saat ia mendongak ke atas tatapan nya terpaku saat sadar jika yang dia peluk adalah seorang laki-laki tampan yang selama ini ia kagumi diam-diam. Arsen juga nampak shock saat tiba-tiba mendapat pelukan dari gadis kecil itu, Ila langsung melepaskan pelukan nya dan berlari masuk ke dalam rumah karena malu.
"Ila!" panggil Raden sedikit berteriak, namun adik kecilnya itu sudah terlanjur masuk ke dalam rumah.
"Ar maafin adik gue ya?" ucap Raden merasa bersalah, ia tau betul jika Arsen paling tidak suka di sentuh oleh wanita.
Arsen hanya tersenyum tipis. "Ngga papa Den, lagian ning Ila juga ngga sengaja. Kalo gue gue pamit dulu, Gus Raden, Ning Kinan," ucapnya.
"Apasih Ar, jangan pake embel-embel ning," kesal Kinan yang merasa geli saat Arsen memanggilnya dengan sebutan ning, padahal dirinya memang seorang ning.
Arsen hanya membalasnya dengan senyuman lalu ia kembali masuk ke dalam mobil, sebelum pergi Arsen sempat menatap ke rumah milik Kyai Hafidz itu. Ia tersenyum tipis saat melihat Ila mengintip dari balik kaca, ia kembali teringat dengan kejadian tadi yang hampir membuat detak jantung nya berhenti. Ia tersenyum dan mengusap bagian tubuh bekas di peluk Ila tadi.
"Apakah boleh ya Allah berharap jadi jodohnya ning Ila meskipun hamba merasa tidak pantas?" gumam nya.
***
Kinan membantu suami nya masuk ke dalam rumah meskipun Raden sebenarnya sudah pulih namun dia ingin mendapat perhatian lebih dari istri cantiknya itu, Kinan mengantarkan Raden ke kamar nya lalu membantu laki-laki tampan itu berbaring.
Saat akan berdiri tiba-tiba Raden menarik pinggang gadis itu hingga membuatnya kembali terjatuh ke pelukan Raden, keduanya terdiam sejenak saling memandang namun beberapa saat setelahnya Kinan langsung berdiri membuat Raden tertawa pelan melihat reaksi lucu istrinya itu.
"Kenapa sih Nan? Sama suami sendiri aja masih ragu-ragu," tanya Raden sembari menaik turunkan alis nya berusaha menggoda Kinan.
Kinan langsung membalikkan tubuhnya saat merasa pipi nya terasa panas, ia takut jika Raden tau dan meledeknya. "N--nggak kok, g--gue cuman takut lo kesakitan lagi. L--lo kan belum sembuh total," elaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alkazhai dan senja nya
Teen FictionMuhammad Raden Alkhazai, seorang Gus tampan yang memilih jalan hidupnya sendiri menjadi ketua gang motor. Menentang ayah nya yang statusnya ialah seorang kyai, meskipun begitu sekalipun Raden tak pernah berlaku kasar pada sang ayah karena agama yang...