Aldivano?

11.5K 893 31
                                    

Dengan kaki jenjang nya, gadis cantik itu berjalan pelan menuju kamar sang kakak. Sebenarnya ia takut, namun mau bagaimana pun Ivan tetaplah kakak nya. Kinan berhenti di depan pintu kakak nya, ia menggigit bibir bawah nya tak kala detak jantung nya semakin kencang.

Hembusan nafas terdengar jelas. "Ayo Nan, lo ngga boleh takut," gumam nya berusaha menyemangati dirinya sendiri.

Kinan meraih gagang pintu itu dan...

Ceklek!

Prang!

"Udah gue bilang, bawa Kinan kesini!" bentak Ivan setelah melemparkan Vas bunga itu tepat mengenai pintu membuat Kinan yang baru akan masuk langsung kembali keluar.

Gadis cantik itu berusaha mengatur nafas nya yang tak beraturan, rasanya untuk bernafas saja sulit. "Ayo nan, lo pasti bisa," batin nya.

Kinan kembali memberanikan diri untuk masuk, hingga akhirnya ia berhasil masuk dan menutup pintu. Ia tak berani membuka mata nya sedikitpun, rasa takut benar-benar menghantui nya.

Tiba-tiba seseorang memeluk nya membuat gadis itu terdiam membisu, "Abang kangen Kinan,"

Deg!

Tanpa sadar air mata Kinan kini sudah jatuh membasahi pipi nya, ia mulai membuka mata nya saat merasa punggung nya basah.

"Abang nangis?" tanya Kinan lirih, Ivan tersenyum namun ia tak dapat menyembunyikan air mata nya.

"Kinan benci sama abang ya?"

Gadis cantik itu menggeleng. "Kinan ngga pernah benci sama abang,"

Ivan tersenyum dan mengeratkan pelukan nya sedangkan Kinan tak melakukan apapun, rasanya tubuhnya tak bisa bergerak sedikitpun. "Abang mabuk?"

"Ngga,"

"Bohong,"

"Sedikit,"

"Sampe kapan?"

"Nan,"

Kinan melepaskan pelukan nya dan menatap wajah tampan kakak laki-laki nya itu. "Sampai kapan kakak mau di perbudak sama dia?" tanya Kinan.

"Nan, dia ngga seperti yang kamu pikirin,"

"Dia udah ngerusak semuanya,"

"Ngerusak apa sih Nan?" tanya Ivan.

"Keluarga kita,"

Deg!

"Nan,"

"Kinan harap abang bisa..." seakan tak bisa melanjutkan ucapan nya, Kinan kembali menarik sang kakak ke dalam pelukan nya. Ia melampiaskan kerinduan nya yang sudah ia pendam selama berminggu-minggu, dia hanya ingin keluarga nya kembali seperti semula.

"Kinan sayang abang," lirih nya.

***

Malam harinya, seperti biasa setelah mandi Kinan membuka buku diary nya dan menuliskan hal-hal menarik yang terjadi pada nya hari ini.

<Hari ini aku bertemu sahabat kecilku, Arsen>

<Menabrak laki-laki pengecut>

Kinan kembali menutup buku diary nya, tiba-tiba sebuah pesan masuk ke dalam hp nya. Ia pun segera mengeceknya,

+62***

Nan.
Ini Arsen.
Bisa ke alamat ini sekarang?.
*lock*

                                                            Iya
                                                         Lagi jalan

Alkazhai dan senja nyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang