Setelah kejadian itu, Raden jadi sering melihat gang Savero membuat ulah di jalanan. Jiwa nya yang suci itu pun tergerak untuk menyadarkan mereka bahwa perbuatan itu salah dan menuntun mereka ke jalan yang di ridoi oleh Allah, tak ada cara lain. Raden terpaksa harus bergabung ke gang itu meskipun sebenarnya ia takut, ya takut jika ia akan ikut terjerumus karena mereka. Naudzubillah...
Siang ini, Raden memutuskan untuk pergi ke markas Savero. Saat itu markas Savero tidak sama seperti saat ini, markas itu terletak di pinggir jalan. Sebuah bangunan kosong yang sudah lama di tinggal oleh pemiliknya, namun Savero menempati nya sebagai markas.
Raden melangkah masuk ke dalam gerbang, ia berdiri tepat di depan pintu utama markas.
Tok! Tok! Tok!
"Asalamualaikum," salam Raden, tak ada jawaban. Raden pun kembali mengulang salam itu, sampai tiga kali setelah itu ia diam menunggu sang pemilik keluar.
Pintu di buka, terlihatlah para anggota Savero berdiri di depan pintu. Mereka tertawa keras melihat penampilan Raden, padahal menurut nya biasa saja karena itu memang pakaian yang ia kenakan sehari-hari.
"Eh pak ustadz, mau apa kesini? Kaya nya lo nyasar deh," kekeh Yanuar.
"Saya ngga nyasar," balas Raden, masih dengan raut wajah datar.
"Terus lo mau apa kesini? Mau minta sumbangan, sorry ngga ada receh," solot Aidan.
"Astaghfirullah, bukan itu maksud kedatangan saya kesini," balas Raden tetap tenang meskipun mereka mulai memojokkan nya.
"Terus apa hah? Cepet-cepet, gue ga ada waktu," tegas Deon.
"Kedatangan saya kesini, saya ingin meminta izin untuk bergabung dengan gang ini,"
.
.
.Krik! Krik!
Semuanya terdiam, hingga pada akhirnya.
HAHAHA!
Suara tawa pecah, perut mereka serasa di gelitiki mendengar perkataan Raden itu. Apakah mungkin seseorang yang alim seperti Raden benar-benar ingin bergabung bersama gang berandalan seperti Savero?
"Ga usah ngelawak deh lo," tawa Renan.
"Saya serius!" tegas Raden, para anggota yang tadi nya ketawa mulai terdiam kala melihat tatapan Raden yang terlihat bersungguh-sungguh itu. Mereka saling menatap dan berusaha mencari tau kebenaran tentang ucapan laki-laki alim itu tadi.
"Lo yang serius bangsat!" bentak Yanuar sembari mencengkram kerah Raden kasar, laki-laki iyu hanya diam tak berbuat apapun.
"Saya serius, sangat serius,"
Brak!
"Ada tujuan apa lo mau gabung hah? Lo udah bosen hidup?!"
Bugh!
Raden terbanting ke lantai lumayan keras, sudut bibirnya berdarah namun laki-laki itu tak merintih atau apapun. Ia tetap berusaha berdiri, tiba-tiba saja seseorang datang dan mengulurkan tangan nya untuk membantu Raden.
Laki-laki itu mendongak, namun seketika ia kembali menunduk dan berdiri sendiri mengabaikan uluran tangan dari gadis itu. "Maaf, saya sedang menjaga wudhu," ucap Raden, tatapan nya tak bisa di palingkan dari tanah.
Gadis itu tersenyum. "Gue ngerti, kalo boleh tau nama lo siapa?"
"Raden,"
"Gue Liza, salam kenal,"
Raden tersenyum simpul lalu kembali menunduk, gadis itu sudah tertarik dengan Raden sejak pertemuan nya tadi. Apalagi penampilan Raden yang sederhana namun sangat sempurna. Di tambah wajah rupawan dan bagaimama caranya dia menghargai wanita yang bukan mahram nya. Hal itu mampu membuat hati Liza berdebar kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alkazhai dan senja nya
Teen FictionMuhammad Raden Alkhazai, seorang Gus tampan yang memilih jalan hidupnya sendiri menjadi ketua gang motor. Menentang ayah nya yang statusnya ialah seorang kyai, meskipun begitu sekalipun Raden tak pernah berlaku kasar pada sang ayah karena agama yang...