Sahabat kecil Raden?

10.5K 835 80
                                    

Kinan masih menutup mata nya sedang kan Raden, ia tersenyum menatap wajah sang istri dari dekat. Sosok wanita yang tidak ia sangka akan menjadi penyempurna agama nya, jawaban dari atas segala doa nya. Raden menyelipkan anak rambut Kinan di telinga nya, gadis itu pun perlahan mulai membuka mata nya menatap wajah tampan Raden lekat.

"Mau tau satu rahasia gue ga?" tanya Raden, mata nya fokus menatap netra abu-abu milik sang istri.

"Rahasia apa?"

"Tapi lo harus janji ga boleh bocorin rahasia ini sama siapapun," ucap Raden, Kinan hanya membalas nya dengan anggukan.

Raden tersenyum. "Jadi, gue ga pernah nyangka kalo di antara miliyaran manusia berhati baik dan jutaan orang berparas menawan. Gue bisa nemuin kedua nya pada satu sosok makhluk di depan gue ini,"

"Maksud lo?" tanya Kinan yang masih belum paham.

"Lo Nan, jawaban dari doa-doa gue. Penyempurna agama gue, wanita yang in sya Allah bakal gue tuntun sampe ke jannah nya Allah,"

Deg!

"Ana uhibuki fillah, Ya zaujati," lirih nya namun masih terdengar jelas oleh telinga Kinan.

Raden menarik tengkuk Kinan pelan, ia mendekatkan wajah nya hendak mencium sang istri. Seakan terbawa suasana Kinan pun ikut memejamkan mata nya namun tiba-tiba...

Ceklek!

"Astaghfirullah Kinan, ngapain kamu?!" teriak seseorang dari ambang pintu membuat kedua sejoli itu tersentak kaget dan refleks menoleh, ternyata ibunda Kinan yang ada di sana.

"Heh kalian ngapain?" tanya Umi tegas, Kinan mendekati umi nya berusaha menjelaskan hal yang tengah terjadi.

"Umi, Kinan bisa jelasin--ahhh,"

"Jelasin apa hah? Berani banget kamu bawa cowo kesini, mau berbuat aneh-aneh lagi. Kamu ini Ning, Kinan!" teriak umi sembari menjewer telinga Kinan.

"Ahh umi s---sakit, Kinan bisa jelasin. Umi salah paham ahh," gadis itu berusaha melepaskan jeweran umi dari telinga nya.

"Umi, biar saya jelasin," ucap Raden, ia tidak tega melihat istri nya itu kesakitan.

Umi melepaskan jeweran nya dari telinga Kinan lalu beralih menatap laki-laki itu. "Kamu ini siapa? Berani banget nyentuh anak saya, berani mahar berapa kamu?"

Raden menggaruk tengkuk nya yang tak gatal, bagaimana ia bisa menjelaskan jika mertua nya saja terus memotong ucapan nya. "Umi, sebenarnya sa-- ahh sakit umi," rintih Raden kala umi kini malah menjewer telinga nya kasar.

"Udah berapa lama kamu pacaran sama anak saya hah? Sampe berani nyentuh-nyentuh anak saya," bentak Umi, ia terus mengeraskan jeweran nya di telinga Raden.

"Ahh b--baru semalem umi," balas Raden, entah kenapa dari sekian banyak luka yang ia dapat jeweran dari mertua nya itu yang paling parah.

"Baru semalem udah berani nyentuh, dasar bocah brandalan kamu!"

"A--ahh s--sakit umi,"

"Ngga usah panggil saya umi, halalin dulu anak saya baru kamu panggil saya umi!"

"Umi kasihan Raden umi," ucap Kinan memohon, Umi pun melepaskan jeweran nya dan menatap mereka dengan tatapan yang mematikan.

Kinan mengusap telinga Raden pelan, "Sakit ya?" tanya Kinan yang di balas anggukan oleh laki-laki itu.

"Malah semakin menjadi, pergi dari rumah saya sekarang sebelum sapu ini melayang ke muka kamu," tegas Umi.

"Umi salah paham, dia sebenarnya suami Kinan," ucap Kinan sembari menunduk, ia tak berani menatap wajah ibunda nya itu sedikitpun.

Alkazhai dan senja nyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang