Penyesalan

1K 59 2
                                    

Kini Haekal sudah diruangan adiknya yang dibelakangnya terdapat Haelan.

*ceklek*.

"Aeval kenapa kok cari abang". Tanyanya dan duduk disamping adiknya.

"Pergi Aeval gak suka kak Aelan, kakak Aelan pasti juga mau jahat kaya om tadi". Ucap Haeval dengan mencoba melempar bantal yang ada.

"Aeval kenapa?". Tanya Haekal karena bingung dengan sikap adiknya padahal beberapa hari ini adiknya sangat lengket dengan kakaknya dan sekarang dari sorot matanya bisa Haekal lihat terdapat kebencian yang mendalam.

"Pergi Aeval bilang pergi". Teriaknya lagi bahkan keadaan Haeval seperti orang yang kacau.

Sementara Aelan tercengang dengan apa yang diucapkan adiknya barusan.

"Aeval ada apa kakak salah apa?".

"Pergi". Teriaknya lagi.

"Haeyy Aeval tenang oke cerita sama abang ada apa jangan begini abang gak suka abang takut Aeval nanti sakit". Ucapnya dengan memengang pundak adiknya bahkan sekarang dia sudah memeluk adiknya itu.

"Suruh dia pergi bang". Ucapnya disela tangisnya.

"Kak lebih baik elu pergi dulu biar gue tenangin Aeval". Ucap Haekal dan menatap kakaknya dengan masih memeluk Haeval.

"Tapii?".

"Percaya ama gue".

Karena melihat keadaan itu Chitta sebagai seorang ibu mengajak Haelan agar mau pergi keruangan itu untuk menenangkan Haelan yang syok dengan apa yang diucapkan adiknya.

"Aeval kenapa bicara gitu sama kakak Aelan?". Tanya dengan lembut dan melepas pelukannya agar bisa melihat muka sembab adiknya.

"Aeval gak suka kak, dia anak om jahat itu kakak Aelan tinggal sama om itu, Aeval dengar apa yang kakak dan bunda ucapkan". Ucapnya dan menghapus air matanya dengan kasar.

"Om itu juga bilang Aeval anaknya, Aeval gak percaya kalau bukan bunda yang bilang".

"Hayy itukan yang jahat om itu bukan kak Aelan, Aeval pernah lihat kak Aelan jahat dengan Aeval enggak?". Tanyanya dengan menghapus air mata adiknya yang turun dengan lembut.

"Kalau Aeval benci dengan om itu jagan benci kak Aelan ya kak Aelan gak salah kak Aelan juga jadi korban disini sama kaya kita".

"Enggak Aeval bukan anak om itu Aeval anak bunda".

"Iya abang tau jadi Aeval jangan seperti itu sama kak Aelan ya nanti kak Aelan sedih". Ucapnya dan mengusap rambut adiknya.

"Jadi Aeval gak benci kakak Aelan kan?". Tanyanya lagi dan dibalas gelengan oleh Aeval.

"Aeval mau minta maaf sama kak Aelan". Ucapnya.

"Iya abang telpon dulu kak Aelannya". Ucapnya dan mengambil Hpnya untuk menghubungi kakaknya tersebut.

Semtara ditaman rumah sakit Haelan sedang menenangkan pikirannya karena penolakan adik prempuannya.

"Aelan kepana?".

"Enggak bund". Ucapnya setelah melihat siapa orang yang datang.

"Maafin Aeval ya yang bicara kaya gitu".

"Kakak gak pp kok mungkin Aeval hanya kesal dengan ayah makanya bicara kaya gitu".

"Kakak bisa memaklumi semua kok bund".

"Maafkan bunda ya karena bunda kakak, abang dan adik jadi kena imbasnya". Ucapnya dan menitihkan air mata karena pemikiran dewasa anak-anaknya.

"Bunda jangan menangis ini bukan salah bunda ini takdir kita jadi bunda jangan menangis oke". Ucap dan menghapus air mata bundanya.

BAD FAMILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang