pembicaraan

318 25 2
                                    

"Maafkan aku Chitt bukan maksudku". Sesalnya karena kesalahannya.

"Aku akan tanggung jawab bila ada sesuatu terjadi padamu".

"Tak apa lagian bukan salahmu sepenuhnya. Jadi jangan berlebihan".

"Dan kau tak perlu bertanggung jawab karena tak akan ada sesuatu". Ucap Chitta dan memberesi barangnya.

Sudah satu bulan ini ia terbayang tentang kejadian dihotel tempatnya menginap saat perjalanan bisnis. Bayangan buruk selalu menghantuinya dan bagaimanapun ia merasa bersalah dengan Chitta.

Bahkan sudah sebulan ini ia merasa canggung terhadap Chitta akan tetapi Chitta merasa seperti biasa saja seolah-olah tak terjadi pada mereka.

"Selamat siang pak sekedar menyampaikan bahwasanya bapak nanti meeting dengan Narendra grup".

"Baiklah. Kal boleh kembali ketempatmu".

"Baik pak, permisi".

"Chitta tunggu". Ucapnya untuk menahan Chitta agar tak menjauh dari sana.

"Ya pak?". Tanyanya dengan heran.

"Apakah tak terjadi sesuatu?. Maksudku". Ucapnya yang terpotong karena penuturan Chitta.

"Jika anda khawatir tentang kejadian 1 bulan lalu, maka anda tak perlu khawatir pak".

"Bagaimana jika kalau hamil?". Ucapnya, ya fakta itu yang membuat fikiranya bercabang kemana-mana satu fakta itu yang membuatnya takut.

"Bapak tenang saja itu tak akan terjadi dan saya bisa menjamin itu".

"Bagaimana kau bisa setenang itu Chitta?".

"Lalu saya harus apa pak menangis seperti gadis yang diprawani?, lagian pak saya sudah tak bisa hamil dan saya tak memiliki rahim pasti anda sudah pernah mendengar itu dari Haekal jadi anda tak perlu khawatir kalau saya akan hamil". Ucap Chitta dengan tersenyum getir

"Bukan maksudku menyindirmu Chitta, tapi...". Ucapnya dengan perasaan gugup seketika.

"Tak apa pak maaf atas kelancangan saya dan saya memberi ini dan saya mengharap kedatangan bapak saya izin undur diri permisi pak". Ucapnya dan meninggalkan ruangan Jordan.

"Akhhh kau terlambat Jord kau terlambat. Bodoh". Ucapnya dan menatap nanar apa yang diberikan oleh Citta.

🌱🌱🌱

Sesuai janji Chitta dengan Jordan kini ia membujuk ke2 anaknya agar menemui Jordan. Bukan suatu hal yang mudah membujuk Haekal agar mau pergi dengan sang ayah.

"Mau ya bang satu hari aja". Rayunya untuk sekian kalinya.

"Gak mau mae pokoknya gak mau". Tolaknya lagi.

"Aeval aja mau kenapa abang gak mau?". Tanyanya untuk memancing penyebab sang putra tak mau bertemu sang ayah.

"Mae harusnya tau penyebabnya, bukanya sekali menolak harusnya terus menolak?". Balas tanyanya kepada yang bunda.

"Ayah sudah menyesal, bukanya ayah sering datang meminta maaf kepada abang?".

"Mae gak akan ngerti perasaan abang".

*degh*. Sunggu hati Chitta sakit bila sang anak berucap seperti itu seakan akan ia tak memahami perasan sang anak selama ini.

Apakah ia terlalu egois sampai memaksa sang anak agar dekat dengan sang ayah?. Padahal dulu itu adalah keinginan dia agar sang anak dekat dan mendapat pengakuan dari sang ayah. Dan apakah ia harus membiarkan sang anak tak mau dengan sang ayah bila saat ini sang ayahlah yang memintanya?. Sungguh bimbang hati Chitta saat ini.

BAD FAMILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang