Sisi Lain

590 46 10
                                    

Seorang wanita menikmati malam dengan lampu remang-remang entah mengapa fikiranya saat ini sedang kacau dan tak tau ia harus apa.

"Sejak kapan kau mengonsusi itu?". Ucap seorang yang baru saja datang.

Niat awalnya ingin kekamar mandi karena ia tidur disofa ruang tamu  ia memutuskan pergi kekamar mandi dekat dapur akan tetapi malah ia melihat seorang didapur.

"Ngapain kau kemari?". Tanyanya saat melihat siapa yang datang dan melanjutkan kegiatannya.

"Bukanya kau tak suka asapnya?". Tanya orang itu karena ia tahu saat tinggal bersama wanita itu tak menyukai asap itu bahkan ia selalu menjauh saat ia menghisapnya.

Menemukan bungkusnya saja mengomel apa lagi melihat ia menyesapnya katanya demi kesehatan anak-anak tapi entahlah.

"Bukan urusanmu lagian kau bukan siapa siapaku". Balasnya dan meresapi nikotin ditanganya.

"Ternyata banyak yang berubah ya selama 16 tahun ini". Ucapnya dan mengambil sebatang nikotin dan meminta korek kewanita itu.

"Ya seperti yang kau lihat terkadang kita harus berubah demi bisa hidup lebih baik". Balasnya dan memberi korek kepada pria itu dan berakhir menikmati nikotin itu bersama.

"Bagaimana kabarmu selama ini?". Ucapnya dan ikut menikmati nikotin itu juga.

"Lebih baik, bahkan lebih baik saat tak hidup denganmu bahkan aku bisa hidup tenang tanpa kekanganmu".

"Maafkan aku harusnya aku menanyakan itu saat pertama bertemu dan tak mempercayai orang baru".

"Santai saja tak perlu menyesal lagian aku juga orang baru dihidupmu dulu, bahkan kita kenal hanya lewat perjodohan itu. Jadi tak ada salahnya kau mencari kebahagian lain". Ucapnya setenang mungkin dan mengambil sebatang lagi.

Mungkin hanya dengan nikotin ini dia bisa tenang dari depresi yang pernah ia alami dan berkat anak-anaknya juga ia bisa bangkit sampai sekarang.

"Harusnya aku menuruti kata ayahku maka tak akan terjadi seperti ini".

"Sudahlah anggap saja jalan tuhan dan mari kita jalani hidup masing-masing".

"Apakah kita masih bisa bersama untuk membesarkan anak-anak?". Tanyanya dan menyesap rokoknya kembali.

"Aku tak bisa mungkin untuk anak-anak kau bisa mendekatkan dirimu".

"Selama anak-anakku tak keberatan aku tak melarangnya karena anak-anak punya pilihan masing-masing". Balasnya kembali.

"Ya aku mengerti mungkin luka yang aku buat terlalu dalam dan membekas".

"Syukurlah bila kau sadar dan tak memaksa".

"Aku sadar aku terlalu bajingan menjadi suamimu dulu menduakanmu dan menuduhmu yang selingkuh, bahkan menyuruhmu bekerja serta tak memenuhi kebutuhanmu dan tak mengakui anakku sendiri".

"Bahkan lebih kejamnya aku menyiksanya dan hampir membununya dan malah mengusirmu serta menceraikanmu saat hamil kembali".

"Bagaimana kabarmu saat kecelakan itu?". Tanyanya kembali.

"Kau mengetahuinya?". Tanyanya dengan heran dan menghadap kearah laki-laki itu.

"Tahu, Haekal yang bercerita".

"Harusnya aku curiga saat kau datang dengan kursi roda dan tak membawa Haekal. Akan tetapi karena dibutakan nafsu dan cinta aku tak menggubisnya".

"Benar kata Yuda penyesalan akan datang kepadaku".

"Sudahlah anggap saja masa lalu dan mari kita jalani hidup disaat kita belum mengetahui yang sekarang". Ucapnya dengan menghisap rokoknya dengan mendalam karena sesak saat kejadian 16 tahun silam saat kecelakan itu.

BAD FAMILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang