Menceritakan

613 55 6
                                    

Kini Chitta dan Haekal sedang menunggu hasil pemeriksaan Haeval yang telah keluar.

"Bagaimana dok hasilnya?".

"Ternyata benar bu bahwa pasien mengalami leukimia, apakah dari keluarga ada yang mengalamai juga bu?. Mungkin saja faktor keturunan".

*duwarr*.
Bagaikan disambar petir kabar tentang penyakit itu sungguh memukul Chitta maupun Haekal.

Sementara Chitta sudah menangis dan menggelengkan jawaban untuk menjawab pertanyaan dokter tersebut.

"Adik saya bisa sembuhkan dok?". Tanya Haekal kepada dokter tersebut dan memeluk bundanya.

"Dengan cara kemo akan tetapi itu hanya menghambat saja, akan tetapi ada jalan lain yaitu cangkok tulang sumsum".

"Saya siap dok".

"Tapi dalam pencangkokan ini DNA antara pendonor dan pasien harus cocok, dan lebih akurat lagi apa bila dengan keluarga pasien".

"Lalukan tes itu sekarang dok saya siap menjadi pendonor". Ucap Haekal.

"Baik nanti akan ada orang leb yang akan mengambil sempel kecocokan dengan pasien".

"Saya juga siap dok".

"Baik bu, semoga dari kalian ada yang cocok dan oprasi bisa segera dilakukan". Ucap dokter tersebut.

Kemudian datanglah seorang yang mengambil sempel darah untuk dibawa kelaboratorium. Setelah itu Chitta dan Haekal pergi kekamar Haeval karena mendapat kabar bahwa pasien sudah sadar dan bisa dijenguk.

"Abang Aeval sakit ya?". Tanyanya dengan menggengam tangan abangnya. Sementara Aekal hanya diam saja dan tersenyum kepada adiknya.

"Aeval tau kok, bunda jangan sedih Aeval gak suka lihat bunda seperti itu, nanti kalau Aeval gak ada bunda sama abang gak boleh sedih ya". Ucapnya.

"Aeval ngomong apa sih Aeval bakal sembuh kok". Ucapnya dan mengelus tangan adiknya.

"Aeval gak ngarep lebih kok".

"Udah ya putri bunda yang cantik sekarang tidur aja biar cepat sembuh". Ucap Chitta yang sedari tadi diam dan mengelus rambut anaknya yang sedikit rontok ditangannya.

"Selamat malam bu bisa keruangan dokter rian ada yang ingin disampaikan". Ucap seorang suster yang datang.

"Baik sus makasih ya". Ucapnya kemudian ia melirih anaknya dan mereka pun pergi keruangan dokter itu.

"Malam dok bagaimana hasilnya?".

"Dari hasil pemeriksaan hasilnya berbeda bu tidak cocok, jadi saya nyatakan kalian tidak bisa menjadi pendonor".

"Saya akan usahakan untuk mencari dok".

"Baik bu dari pihak rumah sakit juga sedang mencarikan".

"Baik dok saya permisi". Ucapnya dan meninggalkan ruangan itu.

Sesampainya mereka diruangan Aeval Chitta kembali menangis lagi karena mendengar kabar bahwa ia tak bisa menjadi pendonor untuk putrinya. Dia sudah mulai curiga bahwa putrinya lebih banyak mewarisi Gen ayahnya dari pada dirinya.

Sementara Haekal masih termenung karena merasa tak berguna untuk adiknya saat ini mendonorkan darahnya saja ia tak bisa dan apalagi mendonorkan sumsumnya. Menangis dalam diam yang hanya bisa ia lalukan.

Beruntung Aeval saat ini sedang tertidur jadi ia tak dapat melihat bundanya yang mengusap kepalanya dengan menangis dan begitu juga ia tak dapat melihat kakaknya yang juga menangisinya.

"Semoga saja ia mau menyelamatkan putriku, ini saatnya aku bercerita dengan Haekal dan semoga saja ia membuka matanya dan menerima kedua anaknya". Batinnya dan mencium kepala Aeval.

BAD FAMILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang