Sadarlah

530 33 5
                                    

Happy B'Day Ten Lee
27/02/96
💚💚💚

---
--
--
---

Kini Haekal dan Haeval membawa Jordan kerumah sakit dengan ambulan. Bahkan dari tempat kejadian sampai kerumah sakit Haeval tak henti-hentinya memanggil sang ayah yang keadaannya semakin melemah sementara Haekal menangis dengan diam dengan mengusap tubuh adiknya.

"Aeval udah ya yang tenang". Ucapnya walaupun dengan menangis.

"Gak bisa bang pokoknya Aeval mau ayah, ayah". Rengeknya kembali bahkan sudah berbagai cara ia lakukan agar adiknya tenang tak memanggil sang ayah.

"Aeval mau ayah, Aeval mau maafin ayah".

Raungnya kembali dan dengan sigap Haekal memeluk adiknya yang meronta-ronta ingin menrobos pintu dimana Jordan ditangani.

"Yang sabar abang juga tau". Ucapnya dengan mencium kepala sang adik.

Sementara dibelahan lain terdapat orang yang cemas karena tak melihat kedua anaknya tak kunjung pulang. Bukanya kalau kedua anaknya main akan bilang padanya tapi kenapa ini enggak?.

"Abang gak hubungi kamu kak?". Tanyanya dengan cemas.

Bagaimana tidak ini sudah hampir malam tapi kedua anaknya tak menghubunginya.

"Enggak bund". Ucapnya dengan mengemil sambil melihat tv.

"Coba hubungi ayahmu, siapa tahu masih sama ayahmu". Ucap Chitta dan langsung saja Haelan menjalankan perintah sang ibu.

"Gak aktif bun". Ucapnya.

"Kemana tu anak gak pulang-pulang".

"Main mungkin bun".

"Ada apa Chitt". Ucap Kai yang baru saja keluar dari kamar mandi didekat ruang tamu.

"Aekal ama Aeval belum balek".

"Udah dihubungi?". Tanya Kai.

"Udah tapi gak dibales".

"Coba lan kau telpon Haekal". Ucap Kai dan langsung saja ia menghubungi adiknya.

Baru sekali telpon saya adiknya sudah mengangkatnya bahkan nada cemas dapat Haelan dengar. Dan sontak saja kabar mengejutkan ia dengar dan seakan-akan jantungnya dipaksa untuk berhenti detik itu juga.

"Bagiamana bisa?, oke kakak kesana sekarang". Ucapnya dan langsung mematikan telponnya.

"Ada apa kak?". Tanya Chitta yang ikut cemas saat melihat perubahan sang putra.

"Ayah kecelakaan bun, dan Aekal sama Aeval sedang menunggu ayah diruang oprasi". Ucap Haelan dengan menangis dan langsung saja Chitta memeluk anaknya untuk menenangkannya.

"Haelan tenang oke, kita kerumah sakit sekarang biar om yang nyetir Haelan bilang dimana rumah sakitnya". Ucap Kai.

Kemudian mereka kerumag sakit yang disebutkan Haelan memang memakan waktu untuk sampai kesana. Setelah sampai disana bertepatan dengan pintu oprasi yang terbuka menandakan oprasi telah selesai.

"Haekalya". Triak Haelan saat melihat sang adik.

*ceklek*.

"Oprasi berhasil akan tetapi keadaan pasien yang kritis pasien harus dibawa keICU untuk terus dipantau perkembanganya, harap bila menjenguk bergantian". Ucap dokter tersebut dan beranjak pergi.

"Kakak maafkan Aekal". Ucapnya dan mulai menangis lagi.

"Kenapa?". Tanya Haelan.

"Seharusnya dia tak menyelamatkan Aekal harusnya Haekal yang tertabrak bukan dia". Ungkap Haekal dengan senggukan.

Dan langsung saja Haelan mengeret adiknya untuk dipeluk. Karena saat ini adiknya perlu dukungan dan orang yang menenangkannya.

"Sutss ini bukan salah Haekal ini takdir, kita do'akan saja yang terbaik untuk ayah". Ucap Haelan yang diangguki oleh Haekal. Sementara Aeval sudah ditenangkan oleh sang bunda.

🌱🌱🌱

Ruangan yang sunyi dan hanya terdengar suara mesin EKG menghiasi ruangan yang sunyi seorang pria tertidur tanpa terganggu oleh suara mesin EKG seakan enggan membuka matanya.

"Mau sampai kapan Jord kau menutup matamu?. Bangunlah anakmu mencarimu".

"Ayah bangun ya Aeval dah maafin ayah".

"Ayah gak capek tidur terus?". Kini giliran Haelan yang bicara.

Sementara Haekal hanya diam saja dan menyalahkan semua ini karena kecerobohannya, padahal Haelan sudah menasehati adiknya itu untuk tak menyalahkan dirinya begitu dalam.

"Aelan ajaklah adikmu makan biar bunda yang menjaga ayah kalian". Ucap Chitra agar sang anak mau mengajak adiknya untuk makan.

"Baik bunda, ayo Val kal".

"Abang gak mau abang mau disini sama ayah". Ucap Haekal kata itu yang selalu meluncur saat ia disuruh makan atau pulang untuk beristirahat.

"Ayolah bang jangan begitu ayah akan sedih kalau melihat abang menyiksa diri abang sendiri".

"Abang mau ya kasiahan Aeval". Rayu Chitta karena hanya Haevalya saja kelemahan Haekal saat ini.

Dengan berat hari ia menganggukan kepalanya dan mengikuti langkah kakak dan adiknya, bahkan saat makan saja ia hanya memakan sedikit makananya dan ingin segera kembali keruangan sang ayah.

Sementara diruangan Jordan kini Chitta dapat menujukkan kesedihannya setelah sang anak pergi meninggalkannya.

"Bangunlah Jord aku sakit melihatmu begini, aku mohon sadarlah".

"Aku mencintaimu Jord aku rapuh melihatmu tak berdaya. Bohong bila aku membencimu bahkan rasa ini tak hilang".

"Bila kau marah padaku karena aku memilih yang lain ingatlah Jord kau mempunyai tempat dihatiku bahkan tak akan ada yang menggantikannya". Ucap Chitta dengan berderai air mata.

Tanpa ia sadari terdapat seseorang yang mendengar ungkapan hati Chitta. Niatnya untuk membuka pintu dan masuk keruangan itu ia urungkan karena mendengar ucapan Chitta yang melukai hatinya.

"Ternyata kau tak bisa menerimaku sepenuhnya Chitt dan sepertinya aku mulai ragu dengan hatiku entah karena kedatanganya atau karena hatimu".

"Aku memilih mundur Chitt dan kejarlah dia aku pergi". Ucapnya dengan menghapus air matanya dan menutup pintu itu kembali.

Sementara Chitta tak menyadari itu bahkan ia sudah menangis

"Cepatlah sadar Jord kami semua menunggumu, jangan tinggalkan aku untuk kedua kalinya aku tak sanggup bila berjauhan lagi denganmu". Ucapnya dengan mencium dahi Jordan begitu lama.

*tittttttttttt*. Bunyi EKG dengan garis lurus bahkan bunyi itu lebih nyaring dari pada tadi.

"TIDAK ".

"AYAHHHHHH".

------

Nb: banyak typo bertebaran

27/02/24

(Wonogiri/jateng)
👋👋👋👋
28_06

BAD FAMILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang