002

20.7K 1.8K 9
                                    

WARNING ⚠️

TIDAK ADA SANGKUT PAUT DENGAN KEHIDUPAN NYATA, MAU ITU SIFAT, KARAKTER ATAU TOKOH DALAM CERITA.

MENGANDUNG KATA-KATA KASAR DAN TAK SOPAN, KEKERASAN DAN LINGKUNGAN BXB.

BAGI KAMU HOMOPHOBIC ATAU TOXICPHOBIC, TOLONG JANGAN DIBACA.

***

Seo's house, 17.03 KST.

Keluarga Seo sekarang sedang berkumpul di ruang tamu, terkecuali si Bungsu.

Sekarang yang berada diruang tamu mewah dan megah ini hanya ada sepasang orang tua yang sedang asik berbincang sambil menonton film yang disetel oleh anak pertama mereka, Seo Hendery.

“Dad.” panggil Hendery masih setia menatap film itu.

“hm?” lelaki yang jauh lebih tua itu hanya berdehem sembari mengelus kepala sang istri kecil manis nya itu.

“Haechan mana?” tanya Hendery beralih menatap kedua lelaki yang asik mengumbar mesra.

Hendery sudah berada dirumah nya 1 jam yang lalu, baru pulang dari ekstrakurikuler basket nya, tapi saat berada dirumah ia tak menemukan adik nya.

“Dikamar, kamu tau aja dia kaya gimana der.” jawab Johnny sambil melirik Ten yang tiba-tiba murung.

“kenapa sayang?” tanya Johnny menatap sang istri

“aku khawatir sama Haechan, dia pulang-pulang dapat memar lagi..” ucap Ten membuat Johnny menghela nafas dan menatap hendery yang menatapnya bingung juga sendu

“Sayang, nanti kita bujuk Haechan lagi ya?” ujar Johnny mengelus surai lembut itu

Ten hanya mengangguk dan memeluk tubuh kekar sang suami.

Hendery yang menatap Ten hanya bisa pasrah. Ingin melindungi sang adik, tapi selalu ditahan oleh adik nya sendiri.

Sontak Hendery mengepalkan tangannya mengingat kejadian dimana Haechan hancur dan merubah penampilan dirinya serta sifat ceria nya yang menghilang karna trauma tersebut

***

Haechan, lelaki itu sedang berkutik dimeja belajar. Dengan tumpukan buku-buku yang berbeda motif nya dan tangan yang masih setia menulis jawaban dari soal-soal yang belum pernah ia pelajari atau ada beberapa yang ia pelajari.

Ya, dirinya sedang mengerjakan tugas dari kakak kelas nya juga beberapa murid dari kelas sebelah.

Terdapat 6 buku, dan ia baru mengerjakan 5 buku, sisa 1 buku lagi. Ingin dirinya beristirahat tapi tak ada waktu, karna buku-buku ini harus ia berikan ke pemilik nya besok.

Haechan menghela nafasnya dan bersandar dikursi, memejamkan matanya sebentar dan membuka matanya menatap langit-langit kamarnya.

“ya Tuhan.” lirih Haechan pelan dan menghela nafas nya lagi.

Tiba-tiba sesuatu yang ia benci terlintas dalam benak nya membuat kepalanya langsung berdenyut.

Haechan meringis mengingat kala itu.

Kala dimana dirinya dipermalukan dan diperlakukan tak adil yang membuat nya berubah menjadi seperti ini.

Haechan berjanji, ia tak akan membuat hal itu terjadi lagi. Lebih baik fisik nya terluka dari pada mental nya yang terluka lagi.

Sudah cukup ia merasakan derita itu.

Haechan memijat pangkal hidungnya dan membenarkan duduknya lalu mulai mengerjakan tugas itu lagi.

Biarkan lah malam ini menjadi malam yang panjang bagi nya ditemani buku-buku penuh soal yang tak terjawab.

Tanpa Haechan sadari seseorang memperhatikan nya dari pintu kamar nya yang terbuka sedikit, ia Johnny.

Johnny menatap sendu sang anak, ia tahu. Ia tahu betul bahwa buku-buku itu bukan milik Haechan, ia selalu mendapat informasi tentang pembully an Haechan disekolah. Ia juga tahu bahwa Haechan rela mengerjakan tugas milik orang lain.

Johnny menghela nafas nya, matanya berkaca-kaca. Dirinya lemah jika soal keluarga.

Johnny mengetuk pintu dan meminta izin untuk masuk kekamar sang anak.

“daddy masuk ya?” ujar Johnny, Haechan hanya melirik dan melanjutkan tugas nya.

Johnny hanya tersenyum tipis lalu menghampiri sang anak dan duduk di sofa yang tak jauh dari meja belajar sang anak.

“Bear..” panggil johnny lembut membuat Haechan menoleh dan menaikkan alisnya sebelah

“Bear, kamu ga capek?” tanya Johnny, lagi-lagi tak ada jawaban dari anak itu.

“Haechan..”

“kalau Daddy mau ngebahas hal itu, jawaban Haechan tetap sama. Ga bisa diganggu gugat.” ujar Haechan sambil menutup buku itu dan merapikan semua barang-barang yang ada dimeja belajar nya.

Haechan meninggalkan sang ayah ke ranjang nya lalu menguburkan diri didalam selimut dengan membelakangi sang ayah.

Johnny hanya diam, memperhatikan punggung belakang Haechan. Dirinya tak bisa berbicara dengan si bungsu yang dulunya selalu ceria.

Si bungsu terlalu menahan tembok diantara mereka, membuat dirinya tak akrab seperti dulunya.

Yang dikatakan Hendery diruang tamu tadi benar.

“haechan berubah.”

Tak ada lagi ocehan dari si bungsu, tak ada lagi sinar matahari.

Johnny benar-benar menyesal membiarkan Haechan dulu bersama orang yang membuat Haechan seperti ini.

Semuanya kehilangan matahari yang ceria itu.

Tanpa sadar, Hendery melirik mereka berdua sedari tadi didepan pintu. Hendery berbalik menatap Ten yang menggerakkan kepalanya ke atas seolah bertanya.

Ten hanya mendapatkan gelengan dari Hendery membuat nya menghela nafas.

Haechan benar-benar menjaga jarak dari mereka.

BE AMOURE - MARKHYUCK ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang