037

10.9K 836 84
                                    

WARNING ⚠️

TIDAK ADA SANGKUT PAUT DENGAN KEHIDUPAN NYATA, MAU ITU SIFAT, KARAKTER ATAU TOKOH DALAM CERITA.

MENGANDUNG KATA-KATA KASAR DAN TAK SOPAN, KEKERASAN DAN LINGKUNGAN BXB.

BAGI KAMU HOMOPHOBIC ATAU TOXICPHOBIC, TOLONG JANGAN DIBACA.

***

“Haechan..”

Haechan menoleh dengan linangan air mata, disana terdapat Mark yang memanggilnya. “Jeno mau ketemu kamu..”

Haechan bukannya ingin menolak, tapi ia benar-benar tak bisa meninggalkan tubuh Jaemin yang benar-benar tanpa jiwa.

“Jaemin biar diurus dulu... kamu ke Jeno dulu ya? dengerin apa yang dia omongin sebentar aja..” Ujar Mark.

Haechan pasrah, dirinya menatap mata pejam Jaemin. Merasa tak ada semangat lagi saat mendengar bahwa Jaemin sudah tak bernyawa.

Dengan lemas, dirinya melangkah meninggalkan Mark, Renjun dan Guanlin diruangan itu.

Mark yang sudah memastikan Haechan pergi keruangan Jeno pun beralih menatap mayat yang ada dihadapannya itu.

Sama hal nya dengan Haechan, ia juga merasa kehilangan. Semakin merasa saat melihat Winwin dan Renjun yang menangisi Jaemin.

Haechan, membuka pintu ruangan itu. Bau obat-obatan semakin menyengat, suara suara dari mesin yang tak ia kenal terdengar.

“Haechan..”

Mendengar suara serak dari sosok yang sedang berbaring lemah, Haechan segera mendekati sosok itu.

Jeno menatap lelaki yang sempat ia cintai. Tidak, mungkin sampai saat ini karna dirinya memang masih terjebak dalam perasaan yang membingungkan ini.

“Nono..” Haechan tak bisa menahan air matanya, semakin deras air matanya mengingat Jaemin yang sudah pergi dan Jeno yang ditempeli benda-benda aneh tak ia kenali.

Jeno menggeleng dengan gerakan kaku dan patah, ingin sekali ia mengusap air mata itu namun dirinya benar-benar tak sanggup.

“bahagia gak... sama Mark?” dengan perlahan Jeno berbicara.

Dengan sesegukan Haechan mengangguk, dirinya duduk ditepi kasur saat Jeno memberinya kode.

Membiarkan tangan nya dipegang oleh pria itu.

“cuman pegang.. gapapa.. kan?” Haechan mengangguk, semakin menggigit bibir bawahnya menahan isakan.

“Echan.. aku beneran.. gak sengaja suka sama kamu..”

Genggaman tangan Haechan sedikit mengerat “Haechan.. maaf aku gak pernah jujur.. aku pengecut..”

“Haechan, aku.. harap kamu bahagia sama Mark..”

Haechan hanya diam menatap Jeno dan mendengarkan semua hal yang dipendam oleh lelaki ini.

“aku seneng, bisa pegang kamu kaya gini... berdua.. walau disaat aku lemah gini..”

“aku cuma bisa elus kepala kamu.. itu pun cuma sebentar..”

“aku pengen peluk kamu.. tapi gak bisa.. sesederhana itu aku gak bisa ngelakuin nya..”

Dengan perlahan Haechan mendekatkan diri nya ke tubuh Jeno, memeluk tubuh lemah itu.

Walau pelukan itu tak bisa Jeno balas, tapi ia benar-benar senang!

Haechan memeluknya.

Setelah beberapa menit, barulah Haechan kembali duduk seperti semula.

“hangat.. pelukan kamu hangat..”

“aku suka..”

Haechan masih setia mendengarkan semuanya, air matanya masih lancar keluar menetes.

“Aku boleh.. cium tangan kamu?” pinta Jeno

Haechan ragu, tapi dengan seadanya ia mengangguk.

Tangan nya tertarik mendekat kewajah Jeno, memejamkan matanya saat punggung tangan nya menempel pada benda kenyal, kering dan dingin.

“kamu... cantik banget..”

“kamu hebat bikin aku berpaling...”

Haechan hanya diam, semakin lama hatinya semakin sakit. Merasa bersalah pada Jeno, Jaemin dan Mark.

Hingga kemudian, mereka benar-benar pasrah pada Tuhan.

Sampai demikian pun, mereka pasrah. Terlebih lagi Jeno yang saat ini benar-benar menyerahkan diri.

“Haechan, aku sayang kamu.. lebih dari apapun itu.”

“aku.. sayang kamu.. sampai akhir hayat.”

Tepat, tepat di detik itu.

Tepat pada kalimat itu, hembusan nafas Jeno tak terasa lagi pada punggung tangannya.

Dengan gemetar Haechan membuka matanya, semakin menangis mendengar suara monitor yang berbunyi panjang.

Bahkan suara langkah kaki yang cepat dan gebrakan pintu tak membuat Haechan bergerak dari tempat duduknya.

Kali ini tangan nya yang menggenggam erat tangan Jeno, tak membiarkan Jeno melepaskan genggaman mereka.

“Haechan..” Haechan bahkan tak menoleh menatap Mark yang kini sudah memeluknya erat.

Mark tak marah, ia membiarkan Haechan menggenggam erat tangan sang adik.

Menundukkan kepalanya, mencium pucuk kepala Haechan lalu ikut menangis.

Taeyong yang sudah berada disana dengan Jaehyun tak sanggup untuk melihat anak mereka sendiri.

Semua nya, benar-benar selesai.

Jeno dan Jaemin, pergi meninggalkan mereka semua.

Dokter yang berada disana hanya bisa diam, merasa hawa yang menyedihkan dalam ruangan itu.

Kekawanan mereka yang juga ikut pasrah dan sedih, Mark dan Haechan yang saling menguatkan, Taeyong dan Jaehyun yang sudah tak sanggup, dan Jeno Jaemin yang kini pergi meninggalkan raganya di bumi.

Dua orang yang penuh kenangan, penuh perhatian dan penuh segala hal untuk mereka.

Semoga mereka kembali bertemu dikehidupan selanjutnya.


BE AMOURE - MARKHYUCK ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang