lima puluh satu.

5.4K 626 60
                                    

Rutinitas pagi ini di awali dengan Guanlin yang membangunkan putra sulungnya ketika sang suami memandikan anak kedua mereka. Seperti biasa, Guanlin akan menjahili anak sulungnya terlebih dahulu sebelum mengawali hari.

"Kak, bangun kak. Jangan ngebo aja kamu" ucapnya sembari menggoyang goyangkan lengan Ayden yang masih terlelap tidur disampingnya

"Bangun. Kalau gak bangun boneka kamu Papa kasihin pak Mamat"

Ayden yang setengah sadar dan mendengar itu sontak melebarkan matanya dan langsung segera duduk dan menarik boneka rakun yang ada disampingnya.

"Ndak boyeh!! Pwapa janan nakal!!"

Guanlin tergelak, ternyata cukup gampang membangunkan anak sulungnya ini.

"Ayo mandi sama Papa. Nanti Papa yang antar sekolah"

"Mayess. Mawu bobo"

"Loh? Kok males? Uang sekolah kamu mahal banget loh kak, jangan males gitu"

Ayden menghela, "Pwapa, dicana ada anak nakal. Akak gak cuka"

Guanlin mengerutkan keningnya, ia kemudian duduk menghadap Ayden. "Gak suka kenapa? Nakalnya gimana?"

Ayden merebahkan dirinya kembali. "Eh? Jangan bobo lagi, ayo duduk. Kamu ini kayak Papa soalnya, kalau rebahan lagi langsung lanjut tidur" lanjut Guanlin membuat Ayden dengan berat hati kembali mendudukan dirinya.

"Jadi gimana? Siapa yang nakalin kamu?"

"Namana acel, cuka maintain cokat akak" 

"Loh? Kan gapapa kak, berbagi. Papi kan juga sering kan ngajarin kakak berbagi?"

"Tapi cokat akak jadi cuma cegini" Ayden menyatukan telunjuk dan jempolnya membentuk lingkaran, "kulanggg"

Guanlin terkekeh, "ya udah nanti minta Papa bawain coklatnya agak banyakan ya? Biar kakak bisa berbagi?"

"Cepuluh ya?"

"Nah itu mah kamu aja yang ngelunjak namanya" jawab Guanlin disertai kekehan yang kemudian langsung bangkit dan menggendong Ayden menuju kamar mandi.

Cukup lama Guanlin dan Ayden dikamar mandi. Membuat Renjun yang tadinya tengah berjemur bersama Mingrui seketika merasa bingung.

Renjun kembali naik dengan Mingrui menuju kamar utama dan tidak melihat keduanya disana. Renjun melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Dan benar saja ternyata Guanlin dan Ayden masih di kamar mandi.

"Kakak, Papa cepetan mandinya" teriak Renjun dari luar

"Bentall piii, bebekna akak tenggelam" jawab Ayden membuat Renjun mengerutkan keningnya, pasti mereka berdua tidak benar benar mandi, tapi banyak bermain dengan bebek-bebek karet koleksi Ayden.

"Pa, Rui tidur lagi. Aku mau masak sarapan bentar ya. Nanti kalau dia kebangun tolong gendong kebawah"

"Iya Pwiii, nanti akak gendong" jawab Ayden

"Ada ada aja bocilnya Alin ini" gumam Renjun sembari terkekeh.

Sekitar dua puluh menit, makanan yang Renjun masak sudah tersaji di atas meja makan. Makanan cukup sederhana di pagi hari, hanya sup telur dan ayam goreng.

Guanlin turun dengan mingrui di gendongan depannya dan Ayden yang merangkulnya dari belakang.

"Kalian makan dulu aja, biar dedek sama Papi"

Renjun memindahkan Rui ke gendongannya, sedangkan Guanlin mendudukan Ayden di kursinya kemudian ia sendiri mendudukan dirinya di kursi samping Ayden.

"Pwapii, mawu bawa cokat cepuluh" ucap Ayden

Kisah Papa Papi - GuanrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang